Chapter Enam Belas - Hukuman Sesungguhnya

23.4K 1.5K 86
                                    

Selamat Berpuasa, Teman-Teman ku 💞

Happy reading, guys 💞

------

Karin memakan sarapannya dengan lemas, ia tidak tahu mengapa El bisa sekejam ini padanya. Ia harus menghabiskan sup jagung di depannya dan itu satu mangkok penuh. Ia tidak menyukai jagung, entah dalam bentuk apa pun itu, ia tidak akan pernah menyukainya. Bisa dibilang ia trauma memakan jagung, dulu kecil ia pernah tersedak saat makan jagung. Lucu bukan, tapi begitulah kisahnya.

"Jangan memandanginnya saja, makan itu." Ucap El sembari menikmati kopinya.

"Kau tau kan aku tak suka jagung." Ucap Karin pelan, diam-diam ia menjauhkan sup itu dari hadapannya.

"Makan itu, jika kau tidak mau hukuman mu bertambah." El menatapnya dengan tajam, matanya terus melihat gerak gerik Karin.

Karin menghela nafasnya panjang, ia menarik kembali mangkok itu. Ia kira ia tidak akan dihukum, tapi ternyata itu salah. Ternyata El sudah menyiapkan hal lain untuk menghukumnya, memang bukan hukuman fisik tapi El sudah menyiapkan hukuman yang lebih menyebalkan.

Bukankah baru tadi laki-laki ini berperilaku manis? Kenapa perilaku manis itu? Apa itu semua hanya delusi Karin? Laki-laki itu sekali berakting tadi, Karin menarik kembali lagi kata-katanya. Sampai kapan pun, El akan tetap menjadi malaikat kematiannya.

"Jangan menguji kesabaran ku, Karin." Tekan El saat melihat Karin tidak juga memakan sup itu.

Mendengar suara El berubah, Karin menyuapkan satu sendok ke mulutnya. Ia menguyah dengan sangat perlahan. Ia sudah tidak tahan, ingin sekali ia memuntahkannya tapi El sorot mata tajam El membuatnya takut. Tiga suap berhasil masuk ke mulut Karin. Haruskah ia bersorak suka cita atau bersedih? Karena sup ini masih terlihat penuh.

"Tentang pernikahan kita lusa nanti." Ucap El tiba-tiba membuat Karin berhenti makan.

"Aku akan mengundurnya, ada beberapa urusan yang harus aku kerjakan terlebih dahulu."

Seketika Karin bersorak ria dalam hatinya, ia pikir nerakanya sebentar lagi akan terbentuk. Namun, Tuhan masih menyayangi dirinya. Masa mudanya masih panjang, ia masih bisa kemana pun ia suka tanpa ada halangan El.

El mendekati Karin lalu mencengkram dagu gadisnya hingga Karin mendongkak menatap El, "Jangan coba-coba untuk kabur atau berpikir kau bisa menikahi lelaki lain. Kau cuma milikku, selamanya begitu. Hanya aku yang akan menikahi mu, mengerti?" Ucap El posesif, Karin mengganguk paham.

"Habiskan makanan mu, lalu istirahat. Hari ini kau akan diem di rumah seharian. Jangan kemana-mana tanpa ijin dari ku."

"Aku harus bekerja, El." 

"Kau sudah ku pecat." Balas El santai.

"APA? KAPAN? DAN BAGAIMANA BISA?" Tanya Karin terkejut, ia menghempas kasar tangan El dari dagunya, lelucon macam apalagi ini.

El menatap gadisnya dengan lembut, lalu berbisik di telinga Karin, "Ini hukuman mu. Jadi, patuhi aku, jika kau tak mau menyesal." 

Perkataan El terdengar lembut, tapi entah mengapa hal itu menakutkan bagi Karin. Perkataan El tadi adalah ancaman halus untuk dirinya. Ia sudah tidak bisa apa-apa lagi, perlahan El sudah mulai masuk ke dalam dunianya dan dirinya akan menjadi boneka hidup El kembali.

Tidak, ia tidak mau. Jika ia dipecat, gimana nasib Marc dan Karen? Ia sudah menjadi tulang punggung di keluarganya. 

"A-aku harus bekerja, El. Jika tidak-"

Angel of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang