Chapter Sembilan - Paksaan (2)

37.6K 2.1K 156
                                    

El tersenyum kecil saat melihat Karin dengan lahapnya memakan makanan yang sudah ia pesankan tadi. El tahu bahwa Jessica akan memberikan tugas yang tidak masuk akal karena Karin meninggalkan kantor sebelum jam pulang kantor.

El memanggil Karin untuk menemani dirinya makan siang, ia juga tahu bahwa Karin akan melewati jam makan siangnya untuk mengerjakan tugas-tugas yang Jessica berikan. Tentunya, El tidak ingin Karin melewatkan jam makan siangnya dan nantinya Karin sakit.

Apa harus ia memberikan sedikit pelajaran untuk Jessica karena sudah mengusik miliknya?

Tapi, sepertinya belum saatnya El bertindak. Ia akan melihat sejauh mana Jessica berani mengusik miliknya.

El juga tidak bisa melupakan ekspresi panik Karin ketika tiba di ruangan El. Mungkin Karin berpikir bahwa El akan menghukumnya, padahal tidak.

"E-El, kau tidak makan?" Tanya Karin bingung, ia bukannya tidak sadar bahwa dari tadi El memperhatikan dirimya makan. El bahkan belum menyentuh makanannya sendiri.

"Kurasa, aku cukup kenyang dengan melihat mu makan." El memangku wajahnya menggunakan tangan kanannya dan menatap Karin dengan sangat dalam.

Karin yang ditatap seperti itu, langsung memalingkan mukanya, entah mengapa ia merasa sangat malu ketika El menatapnya seperti itu.

"Kau sangat menggemaskan. Aku ingin mencium mu." Ujar El santai sembari mendekatkan dirinya kepada Karin, ia menahan pinggul Karin dengan salah satu tangannya lalu menipiskan jarak mereka berdua.

Karin merasa gugup, ia berusaha menahan tubuh El dengan kedua tangannya, "E-El, ini kantor, bagaimana jika ada yang masuk?" Tanya Karin gugup dan takut, takut jika ada yang masuk dan melihat mereka berdua, takut juga jika El merasa Karin melawannya dan ia akan dihukum.

"Tidak ada yang berani masuk tanpa ijin ku, sweetheart."

El menarik tubuh Karin agar semakin dekat dengannya, ia mulai mendekatkan kepalanya ke Karin, hanya tinggal beberapa centi lagi maka bibir mereka akan bertemu.

"My bro, El, bagaimana kalo kita ke-"

Karin langsung mendorong tubuh El dan menjauhkan tubuhnya. Ia juga merapikan pakaian serta rambutnya. Matilah ia kali ini, akan ada gosip baru tentangnya dan El.

El menatap kesal kepada pria yang masih di depan pintu dan menatap dirinya dengan tatapan tidak bersalah.

"Kembalilah ke ruangan mu dan aku akan mengantar kau pulang, mengerti?" El memegang dagu Karin agar tidak menunduk lagi. Karin mengangguk pelan lalu keluar dari ruangan El.

Sebelum keluar dari ruangan El, Karin dan pria itu sempat bertukar lirikan hingga akhirnya Karin dengan cepat keluar dari ruangan El.

El kembali ke kursi besarnya lalu melihat laptopnya kembali dan tidak menghiraukan pria yang sekarang sedang duduk di tempat Karin dan ia makan.

"Awalnya ku kira aku salah lihat, tapi setelah aku perhatikan, ternyata itu memang dirinya." Ucap pria itu santai tanpa takut dengan tatapan tajam El.

"Jangan pernah berani menyentuh milikku, Kai. Atau kau akan tahu akibatnya." Ancam El dan Kai malah terbahak mendengarnya.

Kai memperbaiki duduknya untuk lebih santai, "Tenanglah, aku tak akan menyentuhnya, paling hanya meraba-raba saja." Ujar Kai terkekeh ketika melihat El semakin menatapnya tajam.

"Aku bercanda, bung. Dimana kau berhasil menemukannya?" Tanya Kai penasaran.

"Bukan urusan mu." Balas El dingin.

"Uuhh, kau sangat menyeramkan ketika marah." Kai berpura-pura takut sembari memeluk dirinya sendiri.

El mendengus keras,"Ada apa kau kemari?"

Angel of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang