Chapter Tiga Belas - Petak Umpat

24K 1.7K 129
                                    

Calvin Graham.

Calvin adalah sahabat Karin selama ia kuliah dulu, mereka bukan satu jurusan. Calvin lebih menyukai bau-bau obat hingga ia mengambil jurusan kedokteran. Calvin dan Karin bertemu ketika mereka sama-sama menjadi mahasiswa aktif untuk melawan kekerasan kepada perempuan. 

Karin awalnya terpana dengan Calvin, bukan soal wajah tapi bagaimana sifat sosialnya yang tinggi. Calvin selalu berusaha membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongan. Ia bahkan pernah membayarkan makanan untuk teman-temannya yang kurang mampu selama satu bulan penuh di kampusnya.

Selain itu, Calvin sangat ramah pada siapa pun, ia tidak pernah peduli darimana asal mu berada, karena baginya semua manusia itu sama. Tidak peduli kau berkulit putih, hitam, sawo matang, tidak peduli kau beragama apa pun dan asal mu darimana. Ia tetap menganggap kalian semua manusia yang sama, yang harus dihormati dan dihargai.

Namun, Calvin bukan orang yang gampang untuk jatuh cinta. Entah sudah berapa banyak wanita yang menyatakan perasaannya terlebih dahulu, ia tolak dengan lembut. Hal inilah yang membuat Karin akhirnya memendam perasaannya dan memilih untuk menjadi sahabat untuk Calvin.

Kini, Calvin sudah berdiri di depannya, air mata haru Karin hampir menetes jika saja Calvin tidak memeluknya dan ia membalas. Hal ini tidak lepas dari pandangan para tamu-tamu di sana. Siapa yang tak mengenal Calvin Graham? Sekarang ia sudah menjadi dokter spesialis jantung yang terkenal di negaranya. 

"I miss you so bad,  Kar." Ucap Calvin lalu melepaskan pelukannya, ia menangkup wajah Karin.

"I miss you too, Cal." Balas Karin tersenyum.

Calvin membalas senyuman itu, entah sudah berapa lama ia tidak melihat senyuman yang menenangkan hatinya ini.

"Ehem."

Calvin dan Karin menoleh ke arah Lana, wajah Lana seakan-akan meminta penjelasan dari mereka berdua. 

"Kalian saling mengenal?"

Calvin mengangguk lalu mengusap pelan rambut Karin, "Tentu, Karin adalah sahabat ku selama aku kuliah. Bagaimana dengan mu?"

"Kalian saling mengenal?" Kali ini Karin yang bertanya.

Lana mengangguk, "Kami bekerja di rumah sakit yang sama, aku tidak menyangka bahwa dunia akan sesempit ini."

"Ah, aku belum mengucapkan selamat untuk mu. Selamat, kau telah mendahului ku." Ucap Calvin sambil memberikan Lana buket bunga.

Lana menerimanya dengan senang, "Kau tak seharusnya memberikan aku ini. Orang lain bisa salah paham, tau."

Calvin terkekeh lalu melirik Karin, "Bagaimana kalian bisa saling mengenal?" Tanyanya.

"Karin merupakan keka-"

"Lepaskan tangan mu dari dirinya, sialan." 

Tubuh Karin menegang, ia dengan cepat melepaskan tangan Calvin yang berada di bahunya. Calvin memang merangkulnya sedari tadi.

Calvin mengerutkan keningnya, ia bingung dengan perubahan Karin. Ia bisa merasakan tadi tubuh Karin menegang. Sepertinya ia mengetahui apa penyebab Karin bersikap seperti itu, ia bisa melihat seseorang sedang menatapnya seperti ingin membunuh dirinya.

Kai mendekat kepada Lana, ia memilih untuk memberikan jarak kepada mereka bertiga. Ia tidak akan tahu bagaimana El akan bersikap, ia hanya mengetahui bahwa El tidak menyukai jika sesuatu miliknya disentuh oleh orang lain.

"Kemari." 

Karin meneguk salivanya pelan lalu dengan langkah yang lambat, ia mendekati El yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Ia meringis pelan saat El memeluknya tiba-tiba.

Angel of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang