FRTR-40-Heart to Heart

14.6K 1.5K 44
                                    

Happy reading dan aku belom cek typo. Nantilah, yang penting posting dulu, revisi bisa lain kali😚

FRTR-40-Heart to Heart

Mujur. Itulah yang Ron rasakan hari ini, meski kemujuran itu harus diawali dengan banyak kebohongan. Pertama, soal hujan-hujan, dan kedua tentang rasa pening yang melanda kepalanya. Nggak ada yang namanya rasa pusing sumpah, kalo rasa cinta mah banyak; udah meleber ke mana-mana, tapi semua itu pasti hanya akan dia persembahkan untuk istrinya.

Rumah Rain masih sepi, keluarganya masih ada yang di luar sana, dan Ron bisa bernapas lega, setidaknya papah mertuanya belum pulang juga. Ron jadi membandingkan sikap mereka berdua; Miranda itu ramah, sementara Tama, kayak nggak sudi banget buat dipanggil pakai embel-embel: ayah, papah, atau sejenisnya. Maunya om aja, entah sampai kapan. Semoga aja bukan sampai lebaran Doraemon. Namun ketimpangan dalam panggilan itu, tetap tidak akan mematikan semangat Ron untuk mengikis ketidaksukaan ayah mertuanya terhadap dirinya.

Di manakah Rain berada? Dia mengikuti langkah Ron dari belakang, sengaja ambil jarak. Ya ampun, baru jam delapan malam, tapi Miranda udah nyuruh Ron untuk beristirahat, berikut dengannya juga. Tadinya, Rain akan menolak, tapi dia sadar, jabatannya apa sekarang. Istri dari manusia di depannya, yang rambutnya masih agak basah akibat pengin buru-buru turun, dan bodo amat jika dia sakit beneran.

Merasa kalau bayangan Rain terasa jauh darinya, Ron menoleh ke belakang, dan benar saja, Rain segera menyorotinya dengan muka waspada.

"Kak Ron tidur di kamar Kak Arya aja," sembur Rain, yang jelas seperti memerintah.

Ron ingin tertawa saat melihat Rain sekarang, tapi yang dia tunjukkan adalah kelemahannya.

"Ngapain? Ada kamar kamu, buat apa numpang di kamar orang lain, lagian Arya tuh jagonya ngorok, cuma bikin aku tambah pusing aja." Dia pura-pura tidak tahu apa yang sedang Rain takutkan di dalam pikirannya.

Rain terlalu berpikiran negatif, sampai-sampai dia bahkan tidak berani menatap balik mata suaminya. Merasa kayak mau dimakan hidup-hidup sama harimau; itulah yang Rain gambarkan dari situasinya. Padahal, yang di depannya bukan harimau lagi, tapi serigala.

"Ya ... ya tetap aja, kan kita...."

Daripada kelamaan menjaga jarak, bagaimana jika Ron persempit saja sekalian? Dia menuruni tangga, untuk meraih tangan bebas istrinya.

"Kalo kita nggak sekamar, namanya kamu malah cari masalah," jawab Ron, dia sudah sadar, kalo dia menang banyak.

Ron tersenyum, tanpa Rain tahu, dan Rain mendengus, tanpa Ron tahu juga. Di dalam hati, Ron amat semangat untuk segera menggerakkan kenop pintu kamar Rain, dan membukanya, lalu....

Sebelum pintu itu terbuka, Rain berhenti melangkah, dan Ron pun begitu. "Cari masalah gimana?"

Entah kenapa, Rain masih ingin mempersulit semuanya, hingga Ron berbalik sambil menahan diri untuk tidak mendesis kesal. Demi Tuhan, di dalam kamar nanti, dia tidak akan melakukan hal-hal yang Rain tidak inginkan, kecuali, atas dasar izinnya.

Ron tersenyum tegar. "Papah kamu galak, atau... kamu mau kita pindah ke sebelah? Di sana kamarnya banyak dan bisa kita pake satu-satu?"

Rain menoleh ke tempat yang Ron maksud, rumah yang pasti berisi kebahagiaan Leon bersama orang lain itu. Memikirkannya saja, Rain sudah pengin muntah.

Ron baca bagaimana ekspresinya sekarang, meski dia rasa triknya mulai agak kotor. Mengorek kembali luka-luka di hati Rain, yang berniat dia sembuhkan. Tapi wanita ini memang perlu sedikit disentil-sentil, biar dia ingat, bahwa tak selamanya rumput tetangga lebih hijau dari punya sendiri; bahwa tak selamanya dia terus mengharapkan cinta dari orang lain.

TAG [ 2 ] : From Rain To RonWhere stories live. Discover now