FRTR-19-Solution

21.2K 1.5K 271
                                    

FRTR-19-Solution

Salah satu cara agar bisa menarik costumer ke sebuah tempat makan, adalah dengan memiliki makanan enak serta berkualitas, suasana yang cozy, furniture yang unik, pelayan yang ramah, atau pemilik yang rendah hati? Kebetulan, semuanya itu ada di sini!

William bahkan sudah terbiasa ikut membantu karyawannya untuk mengantarkan pesanan para pelanggan langsung ke meja mereka. Maka dari itu, restorannya bisa dibilang selalu ramai tiap hari, dengan pengunjung wanita yang lebih banyak. Peribahasa sambil menyelam minum air, mungkin berlaku bagi para perempuan itu. Dan kali ini, keuntungan para pelanggan wanita tempat ini jadi berlipat ganda. Usai meletakkan pesanan di meja lima; yang diisi sekumpulan kaum hawa, Willy pun berpindah ke meja tujuh di dekat jendela. Tak lupa pula tadi Willy mengucapkan selamat menikmati untuk penghuni meja lima, oh ya, mereka sangat menikmatinya!

"Gak gratis ya! Lo semua harus bayar!" Willy tertawa renyah sembari menarik kursi.

Di meja tujuh cuma ada kopi hitam, namun itu memang pesanan langganan mereka, ditambah rokok. Bukankah itu gaya lelaki sekali?

"Iya serah lo deh, sama temen sendiri aja perhitungan," kata Kenzo yang hanya pura-pura begitu.

Sekumpulan pria matang yang tampan, atau lebih baik kita sebut sekumpulan om-om ganteng saja? Masa bodohlah, yang penting bisa cuci mata.

Kopi hitam milik Kenzo sudah akan habis setengah, Mike sedang mencecap bagiannya, dan Willy menyelingak sana-sini.

"Biasa, ngaret," kata Kenzo yang mengerti dengan gerak-gerik Willy itu, "Dia yang butuh, dia yang telat."

"Gue gak bisa lama-lama, gue ada meeting," ujar Mike usai berulang kali mengecek arloji bermereknya, "Gue tau dia suka dandan, tapi dari dulu selalu suka datang terlambat!" Mr. Spencer rupanya menyukai kedisiplinan.

Meski Willy suka menengok ke arah pintu masuk restoran, dialah orang yang paling sabar di meja ini. "Mungkin macet?"

"Iya, macet. Macet kena hujan." Sarkasme Kenzo ditanggapi dengan tawa renyah dua pria lainnya.

"Dari dulu juga macet di hati doi," timpal Willy sembari mengorek masa lalu mereka berempat di dalam kepalanya, di mana mereka semua masih mengenakan seragam putih abu-abu.

Nostalgia Willy harus rusak karena orang yang mereka tunggu akhirnya datang juga.

"Sorry bro! Gue tadi kudu nungguin Rain periksa." Kedatangan Ron dengan wajah lelahnya, bukan mendapatkan belas kasihan, malahan diberi gelak tawa.

"Uhuk! Yang mau jadi Papa!" Itu ledekan dari Mike.

Ron mendesis; antara malu dan senang.

"Yang mau punya baby, yang akhirnya bakalan bahagia!" Giliran Willy menyindir Ron hanya untuk sekadar lucu-lucuan belaka.

Surgawi bukan? Melihat para pria dewasa dengan segala kesempurnaan fisik mereka, sedang bercengkerama akrab dan tertawa lepas. Pelanggan-pelanggan wanita makin gigit sendok! Gakuku-ganana! Mereka butuh oksigen!

"Uhuk! Yang bakalan sering dapet jatah-"

"Diem lo para jones!" Dengan sengaja Ron memotong ucapan Kenzo tadi, disertai seringaian menghinanya.

Cuma Willy dan Mike yang terkekeh-kekeh, sementara Kenzo mengumpat singkat.

Ron tertawa puas, bisa menghentikan ejekan teman-temannya. Ia sudah duduk dengan nyaman dan menyunggingkan senyum terima kasihnya saat mendapati kopi susu kesukaannya sudah tersedia.

TAG [ 2 ] : From Rain To RonWhere stories live. Discover now