FRTR-11-So Sick

20.9K 1.6K 38
                                    


VOMMENT YA!

FRTR-11-So Sick

Pagi yang paling buruk, yang pernah ada di kehidupan Rain adalah pagi di mana ia terbangun dan langsung mengingat kejadian siang lalu. Tidaklah, Ron tidak dihadiahi apa-apa. Ia tidak diberi tendangan, cubitan, bahkan tamparan. Cukup sorot mata tajam sembari menghapus kasar bibir Rain yang diporak-porandakan Ron; semua itu sudah cukup jadi kode bahwa Rain tak mau dekat-dekat dengan si pencium ulung itu. Termasuk kode bagi Ron agar pria itu mengemis permintaan maaf kembali.

Ciuman yang penuh pemaksaan namun kasih sayang Ron akhirnya bisa tersalurkan saat wanitanya dalam keadaan sadar, meski seorang Rain terlalu lemot untuk merasakannya. Ron senang namun Rain geram. Bibir Ron manis dan bibir Rain asin karena air mata. Manekin dan gaun-gaun putih menjadi saksi bisu pertikaian batin dua manusia yang dekat tapi jauh. Ditinggal Rain yang saking marahnya tidak melancarkan serangan pembalasan ataupun sebuah umpatan kasar, Ron juga tak mengejar Rain. Ia tidak punya kekuatan, ia lemas menghadapi kenyataan bahwa lagi-lagi apa yang ia lakukan terhadap Rain justru bisa saja menjadi bomerang bagi impiannya. Ron lemah, kelemahannya adalah melihat Rain menangis karena perbuatan setan yang ia lakukan.

Dering jam weker mengharuskan Ron angkat pantat dari ranjang, sayangnya ia enggan. Ia sempat berdesis seraya mengacak-acak rambutnya. Ia berharap kalau hari kemarin, tak pernah terjadi.
"Jatuh cinta, bisa bikin orang keren kayak gue jadi orang bego sedunia," keluh Ron; melirik sebungkus rokok yang sudah robek di atas nakas.

Tangannya terulur dan dengan cepat ia menyalakannya lalu menghisap dalam-dalam barang itu. Ia bukan perokok aktif. Apa yang ia lakukan sekarang, hanya untuk mengalihkan pikirannya saja. Tetapi yang ada, saat Ron berdiam diri, bayangan kekecewaan wajah Rain menyelimutinya lagi. Ia berbaring lagi.

Di lain tempat. Di meja makan, Rain menyumpal mulutnya dengan toti tawar tanpa perlu memotongnya jadi bagian kecil.

Operasi bibir bisa kali ya? Itulah ucapan batin Rain yang kelakuannya itu diperhatikan oleh Arya.

"Lo makin hari, makin eror kelakuannya ya," decak Kakaknya yang sudah siap untuk pergi hunting pemandangan indah di luar kota.

"Gue gak perlu opini lo," ucap Rain dengan mulut yang penuh. Ekspresinya sekarang sudah mulai kelihatan mau muntah saking banyaknya roti yang ia berusaha telan bulat-bulat.

"Bukan opini tapi fakta." Arya menyengir; meledek adiknya.

"Btw, ceritain dong," ucap Arya lagi usai Rain mampu mendorong sumpalan roti tawar itu ke dalam perutnya memakai air putih.

"Cerita apaan?" jawab Rain ketus.

"Kok kemaren lo bisa-bisanya dijemput Bang Ron?" tanya Arya dan skakmat, Rain langsung membulatkan matanya.

"Mau tau banget dan mau gue gibeng lo?" Rain tersenyum-gak-usah-interogasi-gue-kepada Arya.

"Itu mamah yang minta," sahut Miranda yang sudah berdandan anggun pukul delapan pagi ini.

Sosialita satu ini punya jadwal penuh untuk mengembangkan kepopulerannya di kalangan ibu-ibu ber-uang banyak dari suami.

"Hah? Arya gak ngerti," tutur Arya sambil memeriksa ponselnya yang baru saja bergetar.

"Jadi sebenernya sih itu permintaan tante Anna soal mundurin jadwal pernikahannya Lexy sama Leon. Dan dia minta Rain sam Ron buat ngatur semuanya." Miranda tersenyum penuh arti kepada Rain yang balik lagi menyumpal mulutnya dengan roti tawar.

"Gimana? Udah tukeran nomor telpon kan?" tanya Miranda sambil berkedip ala ibu-ibu yang minat punya cucu.

"Udah," jawab Rain singkat dan ia tambah lagi di dalam hatinya kalau bukan hanya bertukar nomor saja, tapi juga bertukar sesuatu yang lain; yang lebih parah.

TAG [ 2 ] : From Rain To RonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang