FRTR-3-Could you die, please?

24.5K 1.9K 14
                                    

FRTR-3-Could you die, please?

Terima kasih untuk temannya yang mau dimintai bantuan dan ternyata mobil Rain ada di tangan Fira, jadi Rain bisa pulang tanpa terlihat punya masalah sedikitpun ... dua hari yang lalu. Ya, sudah dua hari sejak kejadian mengejutkan antara dirinya dan Ron terjadi. Lalu di sinilah mereka berdua berada, keduanya sama-sama hendak menggeser pintu kamar rawat sebuah rumah sakit bersalin. Kalau Rain terpaksa menjenguk Lexy yang melahirkan secara prematur dini hari tadi; karena ia tidak enak dengan Anna dan Miranda tidak bisa langsung menjenguk kelahiran cucu sahabatnya karena urusan kerjaan. Sementara Ron yang notabene adalah kakak dari Leon, tentu harus hadir di tengah-tengah kebahagiaan adiknya. Keduanya datang dengan tangan kosong. Sebutlah Ron sebagai pria yang jahat karena tidak meminta maaf kalau ia telah merenggut kegadisan Rain, sejujurnya ia sendiri bingung dari mana harus memulainya.

"Ladies first." Ron mempersilahkan Rain masuk duluan ke ruang rawat inap taraf VIP rumah sakit bersalin.

Rain adalah Rain yang sedang cuek dan menahan kepedihan hatinya, ia tak mau susah-susah mencari atau mencermati ekspresi bersalah Ron.

Rain masuk ke dalam ruangan yang menurutnya lebih seram serta super menyesakkan daripada neraka. Leon sedang menyuapi Lexy bubur dengan sabar dan penuh cinta. Cinta Leon terhadap Lexy merupakan hal yang paling ampuh untuk membuat Rain merasa tercekik. Pemandangan yang bisa membutakan mata Rain kalau ia harus berlama-lama berada di sini. Niatnya Rain hanya sekadar mampir beberapa menit lalu pergi meninggalkan senyum serta ucapan selamat yang palsu. Kalau bisa sih beberapa detik saja.

"Astaga, Rain," Anna langsung menghambur ke arah gadis yang mematung sembari mengepalkan tangan. "Ya ampun. Kamu ke mana aja sayang? Beberapa hari ini gak pernah kelihatan?"

Rain tidak membalas pelukan Anna, kedua tangannya betah mengepal di belakang. "Hm, ngerjain ... tugas ... tugas kuliah, Tante," jawabnya terbata-bata.

Ron tahu kalau Rain hanya berbohong, ialah orang yang paling tahu di ruangan ini. "Mah, anaknya yang paling tampan gak dipeluk juga? Gak kangen nih?" Ia pura-pura merajuk untuk mencairkan kekikukan yang Rain rasakan saat Anna memeluknya dengan kasih sayang.

"Iya nih, mamah peluk." Anna melepas Rain dan beralih memeluk anak sulungnya yang sejak bisnis property-nya lancar, ia jadi jarang pulang ke rumah ibunya. Pria itu sibuk menikmati uang hasil kerja kerasnya, pria yang aroma parfumnya mampu melumpuhkan syaraf-syaraf kesadaran wanita bahwa Ron adalah seorang womanizer.

"

Udah." Anna hanya memeluk Ron sebentar, "Puas kamu?" Ia pura-pura tidak terlalu merindukan Ron.

Ron cemberut menerima ekspresi datar Anna. Ia beralih ke Leon yang terkekeh kecil menyaksikan tingkah laku mereka berdua. "Leon, maaf kakak gak bawa apa-apa."

Dilihat dari kemeja kusut yang Ron kenakan saja sudah memberi Leon petunjuk bahwa kakaknya tidur saat dini hari lalu sengaja bangun kesiangan. "Santai, Kak. Kak Ron datang aja, Leon udah senang."

"Hai Rain," sapa Leon pada Rain yang sedari tadi diam saja dengan mata yang tak mau fokus ke titik tertentu. Ia terus menyibukkan diri dengan mengedarkan pandang demi mengurangi gamparan kecemburuan. Sialan, Rain belum bisa mengenyahkan perasaan cintanya untuk Leon.

Rain menatap Leon yang mengulaskan senyum ramah. Tolong Leon! Jangan tersenyum sebegitu polosnya karena senyummu itu bagaikan taburan garam di luka Rain yang belum sembuh total!

Rain mengangkat tangannya, tanda ia menerima sapaan Leon dan itulah cara ia membalasnya.

Besan," mendadak Anna menarik pergelangan tangan Ron dan Rain bersamaan, "Kenalin, ini anak sulung aku. Namanya Aaron." Ia menyodorkan tangan Ron kepada ibunya Lexy.

Wanita yang mengenakan simple dress merah tua dipadu blazer hitam menyunggingkan senyum saat membalas uluran tangan Ron. "Victoria."

"Aaron, Tante. Ron," balas Ron.

Pandangan Victoria tertuju ke Rain yang sempat membuang napas berat karena ia tahu penyebab dirinya tak bisa berakhir bersama Leon. Di saat Lexy tampak anggun dalam balutan gaun, maka Rain nyaman sekali berlarian mengenakan jins belel. Itulah yang Rain tangkap setelah menganggumi keanggunan Victoria.

"Arraine, Tante. Panggilan saya Rain."

Victoria menengok Anna heran. "Kalau gadis cantik ini siapa? Calon menantu dari Ron ya?"

Wow! Dugaan Victoria mengharuskan Ron menahan senyum senangnya mati-matian. Apakah mereka berdua terlihat serasi sampai Victoria bisa bicara begitu? Ataukah wanita paruh baya ini menderita rabun dekat?

"Rain ini anak sahabatku dan maunya sih gitu, Jeng," Anna merangkul Rain, "Dia ini mantu idaman banget!"

Bagus Anna! Kau telah membuat Ron sok batuk-batuk agar kegembiraannya tersamarkan usai mendengar ucapanmu.

Rain tertawa hambar. "Gaklah, Tante. Kak Ron udah kayak Kakak buat Rain."

Victoria mengangguk paham. "Ya saya kira, kamu pacarnya Nak Ron. Habis pas kamu dateng, Anna langsung meluk kamu erat sekali."

Pupuslah kegembiraan Ron seketika akibat deklarasi Rain mengenai dirinya. Hubungan adik--kakak yang klise namun mampu menjungkir balikkan pikiran womanizer penggemar tato itu.

"Ah, Jadi..., Leon juga ya, Rain?" Ron buka suara lagi, "Dia jadi Kakakmu juga."

Rain sekilas menatap tajam Ron karena ternyata pria itu mampu membalas ucapannya. "Iyalah." Ia tersenyum tipis.

Senyum tipis tahu-tahu pudar setelah Rain melihat Leon mengusap-usap kepala Lexy yang telah menelan lima sendok bubur ayam. Lalu terpikirlah sebuah permintaan di hati Rain kalau ia punya bola naga milik Goku. Bisakah Lexy tidak selamat usai melahirkan anak hasil hamil di luar nikah?

Bisakah Lexy mati saja dan Rain akan dengan senang hati mengambil peran ibu tiri yang baik hati sekaligus istri yang cinta mati kepada suaminya, yaitu Leon?

Itulah yang ada di pikiran Rain. Kenapa Lexy tidak menghilang saja?

"Kalo begitu, Rain. Temani aku lihat keponakan kita, yuk?" Ron menarik tangan Rain dan membuyarkan pikiran buruk gadis itu. Ia pun sengaja menekankan kata 'keponakan' sebagai balasan lainnya untuk Rain.

"Sayang, aku antar Kak Ron sama Rain dulu ya ke ruang inkubator bayi." Leon meletakkan mangkuk berisi bubur ke atas nakas.

Sebelum Lexy mengiyakan, Ron mendahuluinya, "Gak usah. Aku udah tau di mana tempatnya dan aku juga udah dikasih tau nama anak kalian siapa."

Tunggu, tadi Leon panggil Lexy dengan sebutan apa? Sayang? Bolehkah Rain mengambil pisau dan menggoreskan benda tajam itu ke wajah Lexy supaya senyum wanita itu menghilang!!

"Ayo, Rain. Kamu pasti pengin banget lihat anak mereka." Ron berjalan keluar diikuti Rain yang sebenarnya bersyukur bisa cepat menyingkir dari ruangan penyiksaan batin ini.

Bicara empat mata, Ron ingin mencobanya.

~•••~

Tbc! Vomment!

Semoga gak membosankan karena tema cerita ini romansa klise. Wkwkwk...

TAG [ 2 ] : From Rain To RonWhere stories live. Discover now