Bab 12 Awal yang Baru

Mulai dari awal
                                    

"Aahh.. inikah rasanya punya keluarga? Senang sekali bisa berbaring di pangkuan seorang ibu" bisiknya dalam hati.

Sedangkan Bunda Mona saat inipun merasa sangat-sangat bahagia, sudah bertahun-tahun mereka tidak pernah seakrab ini lagi. Jika suaminya masih ada, pasti ia sedang duduk di sebelahnya sambil membaca bukunya,dan juga bersenda gurau menggoda Joanna dan Jonathan. Sungguh dirinya dan suaminya sangat menyayangi Joanna, semenjak mereka memutuskan mengadopsinya dari panti asuhan. Waktu itu usia pernikahan mereka sudah menginjak lima tahun tapi tidak ada tanda kehamilan dalam dirinya, disitulah mereka memutuskan untuk mengadopsi seorang anak dari panti asuhan.

Ia langsung jatuh hati saat melihat Joanna kecil berumur kurang dari 2 tahun dengan langkah kecilnya menghampiri dirinya dan suaminya. Senyuman Joanna kecil telah meyentuh hatinya, ia langsung menggendong dan memutuskan bahwa anak ini akan menjadi anaknya untuk selamanya, ternyata tak jauh beda dengan dirinya, suaminya pun sudah jatuh hati pada Joanna sejak pertama kali bertemu dengan nya, balita kecil yang cantik dan lucu. 3 tahun kemudian Jonathan lahir melengkapi kebahagiaan mereka.

Hidup mereka sempurna sampai akhirnya rahasia itu terungkap. Baginya Joanna adalah anak kandung mereka, dan suaminya telah mengambil keputusan agar Joanna mengambil alih perusahaan keluarga mereka. Tapi keadaan tidak sejalan dengan keinginan mereka, tentangan itu malah datang dari keluarga besar mereka sendiri. Ditambah Joanna yang kecewa mengenai rahasia identitasnya dan penolakan nya yang berujung perginya dia dari rumah. Tekanan dari berbagai pihak, pekerjaan, stres dan perubahan sikap Joanna mempengaruhi kesehatan Alex hingga ia kemudian meninggal dunia.

Joanna tentu saja terpukul atas kematian ayahnya, bagaimanapun ia sangat mencintai keluarganya tapi ia tidak ingin orangtuanya terus di tekan hanya karena status dirinya. tapi akhirnya ia memutuskan kembali ke rumah, membantu pekerjaan ibunya yang kini menggantikan posisi ayahnya.

"Tadi Evan nelpon Bunda, kalian putus ya?" Tanya Bunda Mona sambil mengelus lembut rambut panjang Joanna yang masih asyik berbaring di pangkuan nya.

Joanna terkejut lalu menoleh memandang Bundanya, "Iyakah?"

"Laki-laki kok suka ngadu. Heran, kayak anak kecil aja" celetuk Jonathan yang matanya masih memandang tivi di hadapan nya

Bughh... bantal sofa kecil mendarat di kepala Jonathan, ia menoleh ke belakang melihat kakaknya yang berkacak pinggang sambil mengejek.

"Si Joni nyamber aja sih, ini urusan wanita dewasa tau" kata Joanna yang langsung di balas lemparan bantal lagi oleh Jonathan.

"Bener dong, baru status calon tunangan aja udah suka ngadu gimana kalo beneran jadi nikah? Kayaknya dia bakal ngeluh terus sama Bunda karena istri yang di nikahinya banyak kekurangan nya" Balas Jonathan.

Joanna mengelak dari bantal yang di lempar Jonathan dan balas melempar lebih banyak bantal, perang bantal pun di mulai. Bunda Mona tersenyum melihat tingkah mereka berdua, seperti De Javu, hal ini pernah terjadi bertaun-taun yang lalu bedanya waktu itu suaminya masih ada. Bunda Mona lalu berdehem keras

"Joanna... kamu masih berhutang penjelasan sama Bunda" ujar Bunda Mona sambil duduk bersedekap, menunggu penjelasan dari Joanna. Sementara itu si gadis yang di maksud duduk di sebelah Bundanya sambil mengerucutkan bibirnya. Ia lalu menceritakan alasan dirinya untuk memulai semuanya dari awal lagi dengan Evan, termasuk gelagat aneh yang menyergapnya saat Evan berada di dekatnya, semuanya ia ceritakan tanpa terkecuali termasuk pertemuan nya dengan Jeffrey dan juga kepergian nya ke Batam. Bunda Mona hanya diam mendengarkan penjelasan putrinya itu, di satu sisi ia merasakan hal yang berbeda pada diri putrinya tersebut. Joanna saat ini lebih ceria, terbuka dan juga lugu.

"Gitu Bunda, saat ini Jo gak mau terbebani dengan status calon tunangan Evan. Joanna pengen memilih pria yang benar-benar Jo yakini sepenuh jiwa dan raga"

Bunda Mona menghela nafas lalu menarik Joanna ke dalam pelukan nya, dan menepuk punggung nya pelan. Ia mencium puncak kepala Joanna pelan.

"Apapun yang membuatmu bahagia, Bunda akan dukung" ucapnya

"Terima kasih Bunda, Joanna sayaaangggg banget sama Bunda" seru Joanna yang kemudian mengecup kedua pipi Bunda Mona dan membalas pelukan nya erat.

Jonathan menghampiri Bunda dan kakaknya yang sedang berpelukan dan ikut memeluk erat sang Bunda. Tapi tangan nya di tepis oleh Joanna, berusaha menjauhkan Jonathan dari Bunda. Sementara sang Bunda kembali tersenyum merasakan kehangatan anak-anaknya.

"Ngapain sih, kamu kan cowok, gak pantes manja-manjaan kayak anak kecil" Dorong Joanna sambil menepis lagi tangan Jonathan.

"Aku bukan anak kecil yah, aku sudah mahasiswa sekarang, semester 2" Jonathan menepuk dadanya bangga

"Oia Bunda, kenapa gak Jonathan aja yang membantu bunda di kantor. Biar dia belajar dari sekarang dan jadi penerus papa. Tuh dia udah gede, udah mahasiswa, biar dia praktekin apa yang dia pelajari di kampusnya." Kata Joanna sambil menatap Bunda Mona dan mengedipkan matanya.

"Gak mauuu, kakak aja, kakak kan udah berpengalaman kerja di sana. Jhon masih pengen kuliah dan main" tolak Jonathan

"Aku gak mau jadi wanita karir seperti Bunda sekarang, sibuk sama kerjaan dan pulang larut malam. Aku tuh perempuan, suatu saat aku akan menikah dan punya anak. Impian aku tuh sederhana aja, punya keluarga kecil bahagia kayak kita. Gak disibukkan dengan urusan pekerjaan, aku lebih suka punya usaha kecil-kecilan yang gak menyita banyak waktu ku sebagai ibu rumah tangga" Jelas Joanna

Bunda dan Jonathan terdiam menyimak pernyataan Joanna, ini pertama kalinya Joanna menceritakan impian nya. Joanna yang dulu terbiasa diatur jalan hidupnya oleh Ayah dan Bundanya, ia mematuhi semua perkataan orangtuanya, tapi tidak sampai rahasia itu terbongkar, ia jadi pemberontak.

Bunda Mona tampak berpikir sesaat lalu berkata, " Mulai besok setelah pulang kuliah, kamu datang ke kantor. Kamu akan mulai belajar dan magang di kantor Bunda"

Mata Jonathan terbelalak dan membulat mendengar keputusan bundanya, tubuhnya lemas dan luruh terjatuh ke bawah sofa. Sementara Joanna terkikik geli melihat ekspresi adiknya itu.

I am Not Me (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang