GRAYSON DEANDRO'S POV
Mereka kembali menyerang lagi?! Berani-beraninya! Ini tidak bisa dibiarkan. Mereka selalu saja mengusikku tapi sekarang? Udah keterlaluan.
Dengan cepat aku mengambil pistolku dan langsung bergerak keluar dari kamar.
Ruangan sudah sangat gelap tapi aku selalu sedia kacamata infra red karena jika terjadi penyeludupan seperti ini, maka semua lampu akan dipadamkan dan pintu akan dikunci. Yang dapat membukanya hanya aku, Michael, dan Ethan.
Oke bagian sini clear.
"Roger boss?" Tanya salah satu memberku.
"Laporkan."
"Jumlah mereka ada 3 boss dan 2 lainnya telah kami bunuh sedangkan yang 1 berhasil menghacurkan kaca salah satu ruangan boss-" Katanya.
"-Dan ruangan itu milik miss Strix" lanjutnya.
Deg.
Dengan cepat aku segera pergi ke kamar Marissa. Ini gawat, oh ini sangat gawat. Tidak tidak tidak ini tidak boleh terjadi!
Aku gak boleh kehilangan lagi untuk kedua kalinya!
Aku langsung mendobrak kamar milik Marissa.
BRAKKKK
Dan melihat dia terjatuh di lantai dengan sedikit luka bekas pecahan kaca.
Wajahnya ketakutan. Oh astaga dia kan benar-benar tidak bisa melihat.
"My sweet Marissa. Tenanglah tenanglah tidak pa-pa ini gue ini gue." Kata gue sambil memeluknya.
Yang hebat adalah dia langsung terdiam. Bahkan tidak ada sedikit pun tangisan. Dia sungguh tenang.
Oke aku harus bawa dia keluar dari sini. Gak aman. Dengan cepat aku menggendong dia dengan gaya bridal karena aku yakin kalo aku suruh jalan justru akan memperlambatku. Di sini gelap gulita.
"Grayson?" Tanyanya dengan suara kecil.
"Hmm?"
"Aku merasakan sebuah bola tadi dilantai yang menggelinding," katanya lagi.
"Bola apa itu?"
"Aku tidak tahu," katanya.
Dengan begitu aku melihat sekeliling dan mendapati sebuah bola berukuran sedang di sana. Seukuran bola tenis.
"Sebentar ya," kataku dan mengambil bola itu. Bola itu cukup berat dan dilapisi dengan semacam karton. Gue yakin ini pasti ancaman yang mereka kasih.
Dengan begitu aku kembali menggendong Marissa dan segera keluar lewat pintu cepat rahasia.
Di situ semua mobil emergency -ku sudah siap.
"Ethan, gue mau yang terakhir itu diinterogasi sebelum lu bunuh," kataku dengan nada dingin ke Ethan sebelum masuk ke mobil bersama Marissa.
Dengan wajah serius dia hanya mengangguk dan pergi.
Astaga untung saja Marissa tidak pa-pa. Akumelihat ke samping aku dan ternyata Marissa hanya terduduk diam dan menatap keluar jendela. Pandangannya kosong.
Aku harus bawa dia ke tempat yang aman. Untuk sementara waktu ini.
Astaga! Aku dengan gusar mengacak-acak rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart of a Beast (COMPLETED)
RomanceMarissa Strix. Cewek petualang berusia 17 tahun yang baru saja dikasih pergi ke Amerika. Hari yang dinanti-nantikannya. Tapi apa jadinya jika pada 1 jam pertamanya saja sudah menjadi 1 jam terburuk dalam hidupnya? Belum lagi kejadian di depan patung...