Chapter 9: Dear Diary

16K 883 5
                                    

MARISSA STRIX'S POV

Mati aku!

Aku sedari tadi hanya terdiam dengan mata yang masih membelalak tidak percaya. Astaga jantungku juga sekarang kondisinya tidak membantu. Huh! Jantungku rasanya berdetak 160 kali per menit ada kali.

Tiba-tiba Grayson mendekatkan wajahnya ke wajahku. Astaga! Apa yang akan dia lakukan.

Ya Tuhan. Oh Tuhan. Oh my God please help me.

Aku hanya mematung di kasur tersebut dengan badan sekarang sudah mulai condong ke belakang.

Tidak lama kemudian aku sudah berbaring kembali di kasur empuk milik Grayson ini.

Sekarang posisi Grayson sudah terlalu ekstrim. Astaga ini adalah posisi mendominasi pria. Tanganku langsung aku taruh di dada bidang Grayson dan mencoba untuk mendorongnya.

Tapi seperti tanganku kehilangan tenaganya karena tatapana matanya yang sungguh menghipnotis itu. Tidak!

Marissa jangan bilang kamu terkena penyakit stockholm syndrome (penyakit mencintai orang yang menculiknya).

Ketika jarak wajahnya dengan wajahku tinggal 10 sentimeter lagi, aku langsung memejamkan kedua mataku.

Dan aku sungguh yakin ekspresi wajahku seperti orang menahan buang air besar.

1 detik
2 detik
3 detik

Tidak ada apa-apa. Dan tiba-tiba. Cup.

Aku merasakan kehangatan di keningku dan aku melihat Grayson berjalan menjauhiku dengan tatapan seolah telah memenangkan sesuatu.

Dasar manusia itu! Biadab.

Aku yakin wajahku sekarang sudah semerah tomat.

Grayson masih menatapku. Tatapannya tidak pernah putus dariku sambil ia mengendorkan dasinya. Lalu melepaskan kancing kemejanya satu persatu. Lalu sampai ke ia melepaskan celananya, meninggalkan hanya boxer.

Astaga aku sangat malu! Aku langsung menutupi wajahku dengan selimut tebal miliknya dan berharap segera ditelan bumi.

Aku merasakan kasurnya tenggelam di bagian depan sana dan aku tahu itu Grayson.

"Don't be shy princess. You're so cute. Ayok tidurlah," kata Grayson dengan kekehan kecilnya.

Aku hanya mengangguk dan berniat untuk beranjak pergi kembali ke kamarku.

"Oh no princess, you stay here with me tonight," katanya.

"Tapi gue rambutnya masih belom terlalu kering dan ya.. ehm.. ya bisa diliat sendiri gue masih pake.. ehm.. bikini," kataku malu dengan wajah yang aku yakin sudah seperti kepiting rebus.

"I don't care," tiba-tiba ia kembali ke nada dinginnya dan membalikkan badannya. Dengan satu tepukan tangan, lampu di kamar Grayson mati.

"Okay then, gue pergi," kataku yang masih bingung dengan sikap bipolarnya.

Dengan begitu aku kembali ke kamarku dengan perasaan bercampur aduk.

Astaga kalau begini caranya aku gak akan pernah bisa tidur lagi! Ngapain dong..

Eh sebentar.

Diary itu! Ya ya ya aku harus membaca diary itu. Dengan langkah cepat aku langsung pergi ke kamarku dan mengambil diary yang telah aku selipkan di bawah seprai.

Diary ini berukuran sedang dan berwarna biru muda walaupun warnanya sudah agak memudar, tetapi tetap terlihat cantik. Warna favoritku, tapi rasanya tidak mungkin ini milik Grayson.

The Heart of a Beast (COMPLETED)Where stories live. Discover now