23 [ Lisa & Kevin ]

1.7K 97 0
                                    


Sorak-sorak serta tangis kini memenuhi seluruh lapangan sekolah. Diantara tangisan ada tangis bahagia dan sedih. Hasil yang telah lama mereka tunggu-tunggu kini telah sampai ditangan mereka. Bahagia karena usaha mereka sukses, sedih karena usaha mereka belum berhasil maksimal. Tapi yang terpenting. Angkatan tahun ini seluruh siswa SMA Pelita lulus 100%. Yang artinya, disini semua siswa sukses.

Begitu juga pancaran sinar bahagia dari wajah Kevin. Teman-temannya kini menggotong tubuhnya karena Kevin dinobatkan menjadi siswa dengan nilai NEM tertinggi. Hei! Siapa yang tidak bahagia! Walaupun NEM bukanlah tolak ukur untuk memasuki sebuah Universitas, tapi tetap saja membuat kita bahagia karena usaha kita selama ini tak tersia-siakan.

"KEVINN!! WOO!!!" begitulah teriakan ramai dari para teman-teman Kevin maupun para junior.

Kevin digotong ditengah lapangan dengan balkon yang penuh siswa dari lantai tiga maupun dua. Tanpa disadari, diantara semuanya, Lisa dan Putri sedang ikut menatap kebawah. Lisa yang kini tersenyum menatap Kevin, dan Putri yang diam-diam memperhatikan Deki dari atas. Kedua ini yang mempunyai gengsi yang kuat.

Kevin tertawa oleh perlakuan temannya. Ditambah kini ia menyadari jika Lisa sedang ikut menatapnya dari lantai tiga. Tapi, tak lama Lisa pergi, mungkin karena dirinya tertangkap basah oleh Kevin sendiri.

***

"Selamat ya, Vin." Kevin mengangguk antusias. Rasa bahagianya masih begitu banyak tersisa.

"Em.. Gue boleh peluk ga, Vin?" tanya Mila hati-hati.

Kevin seketika terkejut. Ia menatap teman-temannya yang berada disampingnya. Lalu ia mengangguk.

"Selamat ya.." Kevin mengangguk dibahu Mila. Dan tanpa dikendalikan, matanya menangkap sosok Lisa didepannya yang sedang memegang kotak makan bergambar Elsa.

"Lisa..." ucap Kevin yang tanpa sadar yang masih dibahu Mila. Sedangkan, Mila hanya menautkan kedua alisnya bingung.

Kevin melepaskan pelukan Mila saat sosok Lisa berlari dari tempatnya lalu ia mengejarnya. Kali ini ia tidak ingin membuat kesalahan lagi. Ia ingin menjelaskan semuanya. Ia tidak ingin kehilangan lagi.

***

Lisa berlari kedalam bilik toilet lalu mendudukan dirinya diatas closet. Ia menangis sejadi-jadinya. Memang tak seharusnya ia mengharapkan Kevin kembali. Toh, Mila yang berperawakan dewasa lebih cocok dengan Kevin dibanding dirinya. Seorang seperti Kevin memang dari awal memang tidak akan pernah bisa bersatu dengan anak kecil sepertinya.

Sakit memang melihat Kevin dan Mila berpelukan, tapi mau bagaimana lagi, hubungan dirinya dan Kevin telah kandas. Dan keberaniannya untuk menjelaskan semuanya kepada Kevin kini telah hilang. Mungkin tak ada lagi yang dapat ia lakukan. Dan tidak akan mengubah apapun.

Tokk.. Tok..

Lisa menatap pintu yang menjadi penutup tempat persembunyiannya dengan terkejut. Ia sebisa mungkin untuk menghentikan tangis serta sesegukannya.

Tok.. Tok..

Ketukan itu kembali berbunyi tanpa menjelaskan siapa pelaku yang telah melakukannya. Hal itu menimbulkan pertanyaan untuk Lisa.

"Lisa.." panggil seseorang dengan suara lirih. Lisa melebarkan matanya mendengar suara yang ia tebak sebagai pelakunya. Bagaimana bisa Kevin berada disini, dan apa yang ingin dilakukannya.

"Lo gausah keluar, cukup didalem aja. Gue cuma mau ngejelasin sesuatu sebentar,"

"..dan gue pikir sekarang waktu yang tepat, karena mungkin kita ga akan ketemu lagi." jelas Kevin seakan-akan ia akan pergi kesuatu tempat yang jauh.

Dibalik bilik toilet itu, Lisa semakin terisak, tidak kuat untuk menahan dorongan air mata yang deras. Ia mencoba untuk menahan isakannya agar tidak menimbulkan suara. Ia ingin dipandang kuat oleh Kevin, walau nyatanya Kevin tidak akan mengakui hal itu.

"Gue minta maaf soal gue ngebentak lo, jujur itu secara ga sengaja keluar dari mulut gue, karena gue selalu dibayang-bayangi oleh pesan seseorang,"

"Gue tau, seharusnya gue cerita ke lo tentang pesan itu bukannya malah menyimpulkan sendiri."

"Gue juga minta maaf soal gue yang ga bisa memahami lo. Seharusnya yang gue lakuin adalah memberi keyakinan buat lo, bukannya malah menyepelekan hal yang menurut lo besar."

"Tapi, lo harus yakin bahwa gue selalu mencintai lo tanpa peduli orang berkata apa."

"Seandainya lo tau... Sifat lo yang itulah yang buat gue sayang sama lo. Dan itulah yang menjadi alasan gue buat menyeimbangi diri gue ke lo. Jadi, jangan khawatirin sesuatu yang ga perlu lo khawatirin."

"Lo pasti lelah ya selalu menunggu kepastian dari gue? Kalo gitu gue minta maaf untuk ini. Walau maaf gue ga akan bisa ngebalikin tenaga lo yang udah kekuras itu."

"Maaf kalo gue belum bisa memahami lo dengan dalam. Dan gue yang ternyata belum bisa percaya lo untuk membantu keresahan gue."

"Dan yang terakhir..."

Kevin menarik napasnya dalam. Kerongkongannya seperti sedang dihantam palu yang besar.

"Kevin selalu mencintai Lisa. Jangan berubah ya.."

12 April 2017

----

Woi makin aneh woi..

Lisa & KevinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora