5 [ Lisa & Kevin ]

2.4K 129 0
                                    


"Lo ikut donor darah ya?" tanya Lisa pada Kevin yang sedang mengemudi disampingnya.

Keduanya sekarang sedang dalam perjalanan untuk pergi kerestoran.

"Lo tau?"

Setelah mendapatkan pertanyaan seperti itu Lisa tertawa kencang. Kevin yang melihatnya hanya dapat mengkerutkan dahinya. Bingung.

Sekarang Kevin tahu. "Lo ngejek gue," ucapnya datar.

Tak ada balasan dari Lisa. Ia masih sibuk tertawa, entah karena apa.

"Sejak kapan lo mau ikut gituan?" tanya Lisa yang masih senyum-senyum sendiri.

Inilah yang membuat Kevin kesal, Lisa yang suka mengejeknya. Lagipula tidak salahkan kalau ia ingin mencoba hal baru? Lagipula donor darah itu banyak manfaat. Ya walaupun Kevin tertarik karena katanya donor darah itu menyehatkan badan.

"Itu karena dare dari Mila,"

Mendengar kata 'Mila' membuat senyum yang awalnya terpatri diwajah Lisa hilang. Hanya satu kata tapi dapat membuatnya diam.

"Gue baru tau kalo sekarang lo main lagi sama Mila," tanya Lisa tenang. Mencoba agar dirinya tidak terlihat begitu ingin tahu.

"Ga sih, cuma tadi karena gue sekelompok seni budaya sama dia makanya kita ngobrol-ngobrol bareng aja,"

Lisa menganggukkan kepalanya dengan bibir yang dikerucutkan.

Melihat Lisa yang lucu seperti itu membuat Kevin gemas. Ia menjepit bibir Lisa dengan tangan kirinya.

"Cemburu ya?" tanyanya.

Lisa menjauhkan tangan Kevin dari bibirnya, lalu menatap Kevin tajam.

"Enggak!" jawabnya cepat dan lantang.

Kevin tersenyum sendiri. Ia sudah memahami semua sifat Lisa. Termasuk dalam hal seperti ini.

"Yaudah biasa aja dong," ucap Kevin sambil mengelus kepala Lisa pelan.

***

Lisa memperhatikan sekeliling ruangan restoran yang didekorasi sangat mewah. Walaupun Kevin pernah membawanya kerestoran yang tak kalah mewah. Tapi, baru pertama kali ia kerestoran ini.

"Vin, kita ngapain kesini sih?"

Lisa merasa risih dengan tatapan semua pengunjung yang seakan-akan meremehkannya. Walaupun Lisa tidak dapat menyangkalnya kalau pakaian mereka semua pastinya pakaian yang berharga mahal.

Berbicara soal pakaian. Oh god! Ia masih menggunakan kaos rumah yang kebesaran ditubuhnya dan celana tidur panjang bergambar Elsa. Dan yang parahnya lagi.. 

IA MASIH MENGGUNAKAN SENDAL JEPIT HELLO KITTYNYA!

KEVIN SIALAN!

"Ga apa-apa, gue cuma mau ngajak lo kesini aja. Lagipula kita belum pernah kesini, kan?" tanya Kevin yang tidak membaca nada dari pertanyaan Lisa.

Rasanya Lisa ingin nangis saat ini juga. Biarkan orang mau bilang ia cengeng, ia tidak peduli. Memang kenyataannya ia cengeng, bahkan Kevin sudah tahu hal itu.

Kevin membawa tangan Lisa untuk duduk dimeja pojok yang jauh dari alunan musik dan film yang terputar didepan.

"Silahkan," ucap seorang pelayan yang menyerahkan buku menu.

Kevin menganggapinya dengan senyuman. "Kamu mau makan apa?"

Perasaan Lisa semakin bercampur aduk ketika Kevin memanggilnya 'Kamu'. Ia ingin menangis karena malu, disisi lain ia juga ingin menangis dengan panggilan Kevin. Kevin sangat jarang menggunakan bahasa 'aku-kamu', menurutnya itu sangatlah kaku. Namun, ia akan menggunakannya ketika saat-saat tertentu. Hal kecil memang. Tapi sangat spesial bagi Lisa.

Tuhan! Lisa ingin menangis sekarang juga. Biarpun orang mengatainya lebay ia tak peduli.

"Terse-rakh.." balas Lisa serak. Ia tak berani menatap Kevin.

"Yaudah yang ini sama minumannya yang ini," unjuk Kevin tanpa mau bersusah-susah menyebut namanya yang sulit itu.

Pelayan itu segera mencatatnya. "Mba nya?" tanyanya pada Lisa.

"Samain aja mba," jawab Kevin.

Pelayan itu mengangguk. "Mohon ditunggu ya," ucapnya lalu pergi.

Kevin menatap Lisa yang sedari tadi hanya diam saja. Lalu ia mengangkat dagu Lisa agar Kevin bisa melihatnya.

Lisa membiarkannya. Ia menatap Kevin yang juga menatapnya dengan penuh tanya.

"Kenapa?"

"..."

"Kenapa hmm?" ulangnya.

Lisa menggeleng. Air matanya lolos begitu saja setelahnya. Ia sudah tidak kuat lagi menahannya.

Kevin menghapus air mata itu.

"Jangan liat orang, liat diri kamu aja. Kalau perlu, liat aku," ucapnya seakan tahu apa yang ada dipikiran Lisa.

Air mata Lisa semakin meleleh. Hari ini sudah banyak air mata yang ia keluarkan.

"Mau pulang? Kalo gitu kita pulang aja ya," Kevin berdiri dan mengulurkan tangannya untuk mengajak Lisa pulang.

Lisa tidak mengindahkan uluran tangan Kevin. Ia menggeleng pelan.

"Kevin belum makan," ucap Lisa pelan.

"Ga apa-apa, abis anterin kamu pulang, nanti aku cari makan,"

Lisa tetap menggeleng. "Udah dipesan,"

"Tinggal bayar,"

"Gak!" ucap Lisa tinggi. "Lisa mau makan disini, Kevin." lalu merendah.

Kevin memejamkan matanya sebentar, lalu kembali duduk.

Pelayan pun datang membawa pesanan mereka. "Silahkan dinikmati," ucapnya ramah.

Mereka makan dalam diam. Sebenarnya Lisa tidak suka suasana seperti ini. Tapi, ini semua berawal darinya. Seharusnya ia mendengarkan Kevin, ia tak perlu melihat orang lain. Kalaupun harus, seharusnya ia melihat ke dirinya sendiri atau ke diri Kevin yang selalu ada bagaimanapun keadaannya.

Lisa tidak boleh seperti ini terus. Kevin sudah terlalu sering memahaminya.

Lisa membagi steak-nya menjadi dua bagian. Lalu memindahkan salah satu potongan itu kepiring Kevin. Kevin yang sedang makan hanya bisa diam kebingungan. 

"Makan yang banyak, biar lo-nya kenyang. Nanti Kepin bisa cepet besar."

Kevin yang mendengarnya hanya bisa tersenyum.

"Tapi nanti Lisa kurus, Kepin ga suka," balas Kevin.

"Yaudah Kepin ga usah suka sama Lisa,"

"Tapi Kepin maunya sama Lisa," balas Kevin terkekeh.

Lisa tersenyum. "Yaudah Kepin jangan suka sama yang lain, cukup buat Lisa aja,"

Setelah itu keduanya tertawa kecil. Kekanakan sekali memang.

"Kan Lisa bilang biar Kepin cepet gede tuh nantinya, nanti kalo Kepin udah gede Lisa mau ga sama Kepin?" ucap Kevin meneruskan.

Lisa bergaya seperti orang berpikir. "Nanti Lisa pikirin dulu yah,"

Mereka kembali tertawa dalam permainan yang mereka buat sendiri.

Kevin menatap Lisa dengan serius kali ini.

"Lisa,"

Lisa balas menatapnya.

"Kevin cinta,"

Pernyataan Kevin dibalas senyuman hangat Lisa. Begitupun Kevin ikut tersenyum melihatnya.

"Kevin..."

"Lisa juga,"

19 Februari 2017

Lisa & KevinNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ