26 : Debat!

19.1K 950 0
                                    

" Bi... aku pingsan berapa lama?" Tanya gue ke Bian yang sedang menyuapi gue dengan bubur di tangannya.

" Kemarin sore Alan nemuin kamu pingsan di kamar dan semalaman semuanya nungguin kamu bangun" Ucapnya.

" Sekarang jam berapa?"

" Hmm.. jam 9 pagi. Tadi, kamu sadar sekitar jam 7"

" Kamu sejak kapan disini?" Tanya gue ke Bian.

" Waktu Alan telpon aku dan bilang kamu masuk rumah sakit. Aku sama Mama langsung kesini."

"Kamu udah makan?" Tanya gue dan dia menggelengkan kepalanya. Gue langsung merebut bubur ditangannya sehingga berpindah ke tangan gue.

"Kalau gitu kita makan barengan. Mau disuapin?" Tanya gue dan Bian tersenyum sambil mengangguk.

" Mau pake sendok atau pake mulut?" Tanya gue menggoda.

" Mulut" Ucapnya spontan.

" Sendok aja deh" Ucap gue langsung mengarahkan bubur ke mulutnya. Bian membuka mulutnya dan gue langsung memasukan bubur itu ke mulutnya.

Bian tersenyum menatap gue. Senyum itu. Lebih tepatnya tersenyum licik ke gue. Kayanya perasaan gue jadi gak enak nih. Benar saja karena Bian langsung melingkarkan tangannya di leher gue.

Dia menekan tangkuk gue sehingga gue mendekat dan akhirnya bibir kami menempel. Dasar Bian! Mencari kesempatan dalam kesakitan gue.

Bian menggigit bibir bawah gue sehingga gue terpaksa membuka mulut. Terasa bubur yang tadi gue suap menerobos masuk ke dalam mulut gue. Gue terus meronta, tapi tenaga Bian lebih kuat dan dia terus memasukan bubur di mulutnya ke mulut gue sehingga gue terpaksa menelan semua bubur itu.

Gue kehabisan napas waktu Bian melepaskan bibirnya. Semoga aja tuh bibir kesengat lebah biar dower supaya gak seenaknya nyium anak gadis orang sembarangan. Bian tersenyum sambil menatap gue jahil.

"Bian- hmmppptt" Ucap gue karena Bian malah kembali mencium gue.

"AWW!!" Bian mengaduh kesakitan saat telinganya ditarik oleh Tante Ayu. Mamanya sendiri.

"Anak kurang ajar! Berani sekali nyosor anak orang sembarangan! Gak tau Alva lagi sakit?! Hah?! Siapa yang ngajarin?! Pasti papa kamu yang ngajarin kan?!!" Ucap Tante Ayu menjewer telinga Bian dan menariknya menjauh dari gue.

Rasain! Makanya jangan main nyosor anak gadis orang sembarangan! Makasih Tante Ayu... untung ada tante kalo enggak gue udah bunting disini. Hahaha...

Salah sendiri, coba aja Bian mau dengerin ucapan gue. Padahal, gue mau kasi tau kalau ada Tante Ayu dateng. Eh, dia malah langsung nyium gue sembarangan. Mamam tuh jeweran!

" Aduh, kalau kaya gini, kalian harus cepet nikah deh" Ucap Tante Ayu membuat mata gue melotot seketika. Menikah? Heloo!! Demi Dijah Yellow kawin sama Justin Bieber gue gak bakal rela!

" Apa jangan-jangan kalian udah?!! Oh my god!! Sebentar lagi aku punya cucu" Ucap Tante Ayu histeris sendiri. Bukannya membantu, Bian malah tersenyum jahil ke gue yang gue hadiahi pelototan tajam.

" Tenang aja Ma, Bian mainnya aman kok" Ucap Bian membuat Tante Ayu bernapas lega dan gue?

Pinjemin gue benang pancing buat gantung diri di pohon tauge sekarang! Cepet dek... Kakak udah gak kuat! Hiks..

" Tante.. Maafin aku ya.. hiks.." Ucap gue dan Tante Ayu langsung memeluk gue erat.

" Udah sayang, ini kan bukan salah kamu. Tante gak marah kok. Tante kan sayang sama Etta. Justru Tante bersyukur kalau Tante gak kehilangan kamu juga" Ucap Tante Ayu memeluk gue.

" Hiks.. Tante..hiks.. maafin aku" Ucap gue menangis dipelukan Tante Ayu.

"Udah sayang. Kalau Etta kangen sama Nindy, kita bisa pergi ke makamnya Nindy"

" Beneran Tante?!"

" Iya, tapi Etta harus janji sama Tante kalau Etta gak akan sakit lagi" Ucap Tante Ayu dan gue langsung memeluknya.

" Pokoknya, kamu istirahat. Jangan pikirin sekolah dulu" Ucap Tante Ayu. Sekolah? ASTAGA?!! Gue lupa! Gimana soal pementasannya?!

" Bian!! Kapan pentas dramanya?!" Tanya gue panik ke Bian.

" Besok malam. Kamu gak boleh tampil sayang, aku takut kondisi kamu memburuk. Nanti kamu digantiin aja ya" Ucap Bian.

Gak! Mana mau gue digantiin! Siapa tuh cewek yang berani gantiin gue jadi cinderella?! Gue gak terima ada cewek yang jadi pasangannya Bian nanti! Gak! Gue gak rela!

"Bi.. aku gak mau! Aku mau tampil besok! Titik!" Ucap gue.

Kalau gue gak tampil besok berarti percuma usaha gue selama ini! Usaha apa? Sampai sekarang aja gue belum hapal semua naskahnya. Hahaha... tapi, setidaknya gue gak mau ngecewain orang yang udah percaya sama gue.

Gue gak mau kecewain penonton yang menunggu pentas ini sejak beberapa minggu lalu. Gue gak mau kalau pentas drama ini rusak karena gue gak ikut di dalamnya.

Kalaupun pentas ini rusak, harus ada gue di dalamnya. Setidaknya, gue juga ikut disalahkan atas rusaknya pentas itu. Gue gak mau sahabat gue aja yang mendapat hinaan karena kesalahan gue.

"GAK!" Ucap Bian tegas.

" Bi... ayolah..." Gue berusaha membujuk Bian.

" Gak, sayang" Ucap Bian.

" Tante? Bisa tinggalin aku berdua sama Bian?" Tanya gue dan Tante Ayu mengangguk lalu pergi keluar.

" Apapun jawaban aku tetap "NO" sayang" Ucap Bian.

"Please, Bi..." Ucap gue memohon.

Berapa kali gue ngerayu Bian, tapi jawabannya masih sama. Dia gak ngizinin gue. Alasannya kalau ini demi kebaikan gue.

" Yang ada dipihak Bian silahkan duduk di dekat Bian" Ucap Rendi.

Saat ini, semua sahabat gue ada disini. Termasuk Dinda dan Kak Alan. Hanya sekumpulan anak remaja kok, gak ada orang tua.

Kak Alan bangkit dan duduk di dekat Bian. Eh! Kok Kak Alan ikutan juga sih?! Iiihhhh!! Loh.. kok Dinda juga ikut sih?! Dasar tuh anak ikut aja kalau ada Kak Alan!

Sahabat macam apa dia?!

Loh.. kok?

Kok semuanya sih?! Masa gak ada yang di pihak gue?!

Fino juga ikutan!

"See? Semua gak setuju, sayang" Ucap Bian membuat gue tambah cemberut.

Kalau kaya gini, gue terpaksa harus ngelakuin itu. Gak ada cara lain lagi.

" Bisa tinggalin gue berdua sama Bian?" Tanya gue.

" Percuma sayang, keputusan aku tetap sama"

Semua keluar dari ruangan gue dan meningalkan gue yang ingin berbicara empat mata dan dua mulut dengan Bian.

" Sini, sayang" Ucap gue merentangakan kedua tangan gue. Bian sedikit heran dengan perubahan sikap gue. tapi, dia menurut dan langsung mendekat.

Gue memeluk Bian dan menatap Bian dalam. Perlahan, gue menempelkan bibir gue ke bibir Bian sampai kami berdua kepanasan di ruangan ini.

"Boleh ya, Bi.." Ucap gue pelan dengan memasang wajah memelas paling memelas dari yang lebih memelas.

Bian menatap gue dan kembali mencium bibir gue.

" Gak, sayang" Ucapnya.

-part26

Dikit lagi nih...

VOTE-nya kawan jangan lupa dong :*

WAY?Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz