18 : Mantan

21K 1.2K 11
                                    

Vote sesudah/sebelum membaca.

Latihan drama selesai

HORE!!! Dua minggu lagi menjelang pementasan. Kira-kira gue bisa gak ya tampil dengan baik dan enggak mengecewakan semuanya. Jujur aja gue takut. Taku semuanya hancur karena gue.

" Mau pergi makan?" Tanya Bian membuyarkan lamunan gue. kebetulan banget perut gue juga lagi laper dan sekolah sudah sepi karena semua murid telah pulang sejak satu jam yang lalu.

Gue duduk di kursi samping pengemudi. Bian menggenggam tangan gue. Ia menoleh dan tersenyum sebelum kembali fokus menyetir.

Kenapa gue ngerasa hangat setiap Bian membuka suaranya ke gue?

Gue pernah mendengar suara itu sebelumnya. Kaya suara seseorang yang lama sekali. Sangat lama sampai gue enggak bisa mengingat orang itu lagi.

Kami sampai di sebuah cafe yang memiliki desain modern. Aku dan Bian duduk di sebuah kursi dan meja yang terbuat dari kayu. Dekat dengan jendela kaca yang lebar sehingga kami dapat melihat orang yang berlalu lalang.

Kami memesan makanan dan minuman dan tak ada yang mulai membuka pembicaraan termasuk gue. Sebenarnya, gue masih kepikiran tentang orang itu.

Orang yang memiliki suara hangat seperti Bian. Gue yakin banget dan gue merasa kalau Bian itu bukan orang asing di hidup gue. Kenapa gue bisa ngerasa begitu?

Padahal, gue sama Bian baru kenal kurang dari sebulan.

Seorang cowok melingkari pinggang gadisnya masuk ke dalam cafe dan memesan makanan. Beberapa kali terdengar sang cowok mengeluarkan kalimat menggoda hingga membuat gadis itu tersipu.

Entahlah, gue gak tau kalau cewek itu masih pantas disebut gadis atau bukan mengingat cowok bajingan yang bersamanya.

Itu salah satu mantan gue.

Gue putusin seminggu setelah kami pacaran. Kalian tau kenapa? Enak banget tuh cowok main nyipok gue sembarangan. Untung aja enggak kena dan gue malah mukul asetnya plus mutusin dia saat itu juga.

HAHAHA....

Bilang aja kalau gue kejam. Gue enggak peduli! Karena ada beberapa cowok yang memang harus dikasih pelajaran extra.

Pandu.

Namanya Pandu. Lebih tua satu tahun dari gue. Pandu-du si adiknya Adu-du. Hahahaha...

Ya begitulah... dia mantan gue. Namanya juga mantan. Mantan itu kan jodoh orang lain yang enggak sengaja kita pacarin. Bener kan?!

Peduli enggak. Gue makan sampai kenyang.

Seorang wanita yang hmmm.... pake baju murahan menghampiri meja gue dan Bian. Lebih tepatnya ke arah Bian. Tau kenapa gue bilang murahan? Itu karena bajunya punya sedikit bahan.

Perempuan tersebut mengedipkan sebelah matanya pada Bian bermaksud menggoda dan memberi secarik kertas. Bian tidak memperdulikan dan malah menatap gue.

Gue?

gue harus gimana? Jelaslah gue enggak peduli! Emang gue siapanya? Terserah Bian kan?

Wanita itu pergi dan tak lupa memberikan kiss bye pada Bian. Ueeeekkk... jijik adek bang!

Bian menyerahkan secarik kertas yang diberikan wanita tadi di hadapan gue. Gue mengernyit bingung. Untuk apa? Gue tengok dan terdapat tulisan nomor telepon dan tanda bibir di sana.

Ewh!

" Kenapa lo taruh di depan gue?" Tanya gue ke Bian.

" Biar kamu gak salah paham"

"Oh" Jawab gue singkat. Gue lagi males berdebat dan mood gue lagi down saat ini.

Selesai makan, Bian mengantar gue pulang. Tidak ada percakapan di dalam mobil. Gue juga lagi males untuk ngomong apa pun itu.

" Kamu kenapa?" Tanya Bian memarkirkan mobilnya di pinggir jalan sambil bertanya ke gue.

" Gak apa" Jawab gue singkat.

" Gara-gara cowok tadi? Aku liat kamu mandangin cowok itu di cafe" Ucap Bian dengan ketus.

"Gak" Ucap gue mengelak.

"Kenapa? Kamu suka sama dia?"
" Kok lo nuduh gue sih?! kalau gue bilang enggak ya enggak!" Ucap gue kesal.

"Terus kenapa kamu mandangin dia?!"

"Emang lo harus tau?!" Kali ini gue yang kesal.

" Cih! Ternyata bener, lo suka dia"

" ENGGAK! Dia itu mantan gue dan namanya Pandu!" Akhirnya ngomong juga.

"Mantan?"

"Iya, mantan bajingan"

"Kamu masih suka dia?"

"Enggaklah! Mana mau gue sama cowok vangke kaya dia"

Gue dapat mendengar Bian menghembuskan napasnya lega.

"Terus, kenapa kamu marah?" Tanya Bian dengan halus.

" Enggak ada" Bian tersenyum dengan lembut sambil terus menatap gue.

" Kamu cemburu kan? Jujur aja babe" Ucap Bian menatap gue jahil.

"Cemburu?! Gila ya lo? Gue itu cuman kesel tuh sama cewek tadi! Udah pak baju ketat, badan kurus tapi dada besar! Dia itu susah payah diet sampe keliatan tulang-tulang aja! Dia itu mau narik perhatian manusia apa perhatian anjing?!" Ucap gue kesal.

Bian malah mencium kening gue dan menatap gue dalam. Gue yang kaget hanya bisa melongo melihat keanehan tingkah laku Bian.

" Mata aku buta untuk ngelirik cewek lain. Aku cuman bisa ngeliat kamu. Bukan pakai mata, tapi pake mata hati aku" Ucap Bian lirih sambil terus mengecup rambutku.

Blusss...

Gimana coba pipi gue enggak merah kalau diginiin terus sama Bian. Bisa meleleh gue disini abang..!!! Tolongin dedek dunkz... dedek udah gak kuat. Kawinin dedek sekarang :v

-part18

Yeee... author usahain bakal update cepet ya.

Tinggalkan VOTE-nya sayang..

��ۤ

WAY?Where stories live. Discover now