Iva mengambil ponsel Hani yang memang sedang tersambung dengan headset yang menyumpali telinga teman sebangkunya itu. Mancari lagu paling mengerikan yang pernah ada disana dan menaikkan volume suara setinggi mungkin satu detik setelah bunyi auman mistis dari serigala ia putar. Membuat Hani yang sejak tadi sibuk melamun langsung berdiri tegak dan menarik headset yang menjadi sumber suara dengan kasar.
Mata gadis itu membulat dan cukup hanya terkejut selama satu detik Hani sudah ngos-ngosan. Gadis itu menatap Eca dan Iva dengan tatapan tidak percaya. Eca hanya menunjukkan cengiran bersama V sign dari jarinya meskipun sang pelaku bahkan tidak terlihat merasa bersalah sedikitpun.
"itu cara paling cepet" Iva menunjukkan V sign tanpa mau repot - repot melihat kearah Hani.
"makan aja dulu lah Han" Eca berusaha melerai pertengkaran yang mungkin sebentar lagi akan tersulut.
"Woy tukang gosip! Gak minat liat mading? Udah di update tuh" Rakha menepuk bahu Eca sekali saat melewatinya ketika berjalan menuju meja tempat ia duduk.
"mang isinya apa?" Iva membalik tubuhnya kearah belakang dan melihat tempat dimana Rakha sudah menelungkupkan kepalanya diatas meja. Kepala Rakha terangkat sesaat.
"gak tau" sahut pemuda itu sebelum kembali menelungkupkan kepalanya diatas meja.
"em kita liat mading aja yuk" Iva mengelap bibirnya yang berminyak akibat memakan gorengan dengan tisu, disahut anggukan setuju Eca "elo Han? "
"gue gak minat" Hani tersenyum simpul dan mambuka bungkusan keripik singkong kesukaannya. "pergi ajalah lo pada" gadis itu mengibaskan tangannya seperti sedang mengusir Iva dan Eca.
.....
"Hani siapa Hani? "
"Iya Hani"
"yang nempel sama Elang mulu itu Ya? "
Iva dan Eca saling pandang ketika Ada begitu banyak orang yang membicarakan Hani. Mereka mengangkat bahu bersamaan dan memaksa menerobos agar bisa melihat apa yang ditempel disana.
"well ini gila" gumam Iva yang terdiam ditempatnya sedangkan Eca sudah keluar dari gerombolan tersebut Dan menelpon seseorang.
"cih apaan nih maksudnya? "
Seseorang bersuara disamping Iva, menimbulkan kembali kesadaran gadis itu dan dengan cepat ia menyobek seluruh kertas yang berhubungan dengan Hani. Membuat beberapa orang berteriak tidak suka meskipun hal itu sama sekali tidak Iva gubris.
"Ca! Hani harus tau ini! " Iva menarik tagan Eca dan berjalan meninggalkan orang - orang yang menatap mereka berdua tidak suka.
"lo nyobek itu kertas? " Eca bersuara saat menyadari gumpalan kertas yang ada ditangan Iva. "gak Ada gunanya kali! Kan Ada tiga mading yang Ada disekolah kita dan tiga - tiganya isinya sama"
"Udahlah yang penting Gue udah bantu ngeringanin bebannya Hani" Iva menyahut dengan percaya diri meskipun hal itu Sama sekali tidak Eca gubris gadis itu sedang sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.
"udah sampe kelas nih" gumam Iva saat mereka berdua berdiri didepan pintu kelas yang terbuka. Terlihat dengan jelas didalam sana masih Ada Hani yang sibuk memakan keripik singkong. "gimana ngasih taunya Ca? " Iva mencolek lengan Eca dengan raut Tak enak.
"Kita harus ngasih tau Hani Va" Eca mengambil gulungan kertas yang Sejak tadi Iva pegang. "Hani harus tau"
"tapi Ca? " Iva memegangi tangan Eca.
"Va! Temen yang baik itu bukan temen yang bohong demi terhindar dari masalah kecil" Iva terdiam "tapi temen yang baik itu ngasih tau semua Berita buruk yang nimbulin masalah supaya bisa diselesaikan bersama - sama" Eca tersenyum dan dengan mantap gadis itu berjalan memasuki kelas.
"Ih tumben gak lama - lama didepan mading" Hani mengangkat sebelah alisnya saat melihat ekspresi Eca yang terlihat sangat tersiksa "gosipnya gak banyak Ya? Kok kaliatan kecewa banget sih? " Hani kembali memasukkan keripik singkong kedalam mulutnya.
"Han" panggil Iva pelan Dan hanya disahut gumaman pelan Hani "Ada satu hal yang musti elo tau tentang isi mading minggu ini"
"Mangnya penting banget ya? " Hani menatap dua gadis yang terlihat sangat shock itu dengan perasaan campur aduk. Mungkin Karena didorong oleh Perasaan tidak enak yang mulai menjalar diseluruh isi pemikirannya. Apalagi ketika melihat sebuah gumpalan kertas yang mulai Eca buka isinya.
......
Alvin melirik kantong celananya dengan tatapan tak suka saat benda persegi didalamnya berbunyi. Saat ini ia sedang bermain basket bersama Elang dan Zandar, setelah beberapa saat hidup seperti orang yang tidak saling kenal akhirnya mereka kembali berkumpul.
"apaan dah Ca" sahut Alvin dengan suara tak senangnya.
"sebaliknya elo liat mading! Sohib lo bikin masalah" suara diseberang sana membuat Alvin sontak kebingungan. Pemuda itu langsung melihat kearah mading yang ada di teras samping lapangan basket dimana tidak Ada tanda - tanda orang lain disana .
"Lang! Zandar " teriak Alvin guna menghentikan kegiatan mereka berebut bola jingga itu. "Kita liat mading yuk! " Alvin dengan seenak jidatnya menyeret Zandar dan juga Elang kedepan mading tersebut.
Apa yang terpampang didalamnya membuat mereka bertiga terdiam seribu bahasa. Alvin lah yang pertama sadar dan langsung menyobek kertas yang tertempel disana dan menggumpalnya dengan kasar.
"Gue bakal nemuin Marco! " ucap Zandar dengan suara sedingin es. Berjalan dengan langkah cepat menuju ruangan osis.
"Gue bakal nyobek kertas yang Ada dimading deket perpus, elo mading satunya" Elang berjalan meninggalkan Alvin yang sejak tadi menahan - nahan amarahnya.
"Kok kayak Gini sih! "
.....
"apa mau lo?" Tanya Marco dengan Senyuman sinis dibibirnya.
"Harusnya gue yang nanya kayak gitu" sahut Zandar dengan dingin dan ekspresi datar.
"Gue gak perduli" Marco mengangkat bahunya tidak perduli dan melemparkan buku jurnal milik Zandar. "Gue udah gak perlu itu benda" Senyuman penuh kemenangan terbit Disalah satu sudut Bibir Marco.
Zandar ingin mengejar pemuda yang sudah menghilang dibalik pintu ruang osis itu. Tapi sebuah tagan menghentikan langkahnya.
"boleh Gue pinjam buku lo? " gadis itu -Hani- mengambil buku jurnal Zandar dan membukanya dengan tangan bergetar. Dengan cepat ia mengembalikan buku Zandar dan menutup mulutnya dengan punggung tangannya.
Dengan mata yang sudah berkaca - kaca itu Hani menatap Zandar "semirip itu kah gue sama hewan piaraan sampe jadi kelinci percobaan"
Gadis itu tidak menangis dengan suara kencang, hanya air matanya yang mengalir tanpa suara sedikitpun sambil berjalan meninggalkan Zandar. pemuda itu ingin mengejarnya, akan tetapi Alvin sudah berada didepannya dan melarangnya untuk mengikuti Hani.
YOU ARE READING
INTROVERT
Teen Fiction#16 in introvert #19/01/2019 #18 in Introvert #06/06/2019 Credits Beautiful pic from Anna Abola Art -when a introvert girl fall in love- -a same love that's will changing her self and it started when she's get a papercranes - by '22yuniyu' ...
chapter 27
Start from the beginning
