Bab Delapan Belas - Boss and Love

67.7K 2.3K 132
                                    

Karena kalian minta cepet post , aku post cepet. Tapi sorry ya , karena ini pendek banget.

Btw , ini part the boys. Oke??

Happy reading all!!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Jangan terlalu fokus sama orang yang diduga , tapi sama orang yang ga perkirakan. Apa maksudnya?"

Aku menoleh dan menatap Tian yang terlihat sedang berfikir itu. Kulihat keningnya berkerut dan sekali bergumam kecil.

Dia berdiri dan berjalan bolak balik tak jelas di dekat meja makan. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku dan menjedukkan kepalaku lagi ke meja makan.

Ini benar - benar aneh. Bayangkan gara - gara masalah ini , aku jadi besties , atau apalah itu barengan Tian. Kemana - mana barengan. Udah kek homoan.

Freaky , isn't it?

That's we called the power of love.

Cuman cinta yang bisa bikin musuh jadi sahabat.

And it happens , to me.

Aku udah kasih tau belom kalau aku dirumah Tian? Ini hari Sabtu man. Dan gaada yang mau kerja. Begitu juga kami.

Dan Adel? Ah dia sedang seru berbelanja dengan adik Tian , Karenina. Jadi biarkan saja.

"Apa jangan - jangan Kaleena?" ucapku tiba - tiba.

Tian menoleh dengan cepat , dan menatapku. "Apa?"

"Bagaimana dengan Kaleena?"

"Kaleena?"

Aku mengangguk. "Yah. Alasannya sama seperti Jeremy. Cemburu mungkin?"

Kulihat Tian mengacak - acak rambutnya dengan kesal. "Mungkin. Tapi gue masih ga ngerti. Clue Varo membuat daftarnya semakin ga jelas , Ed. Gue bingung."

Aku kembali menjedukkan kepalaku ke meja makan , frustasi. "Lo pikir gue enggak? Udah gitu ditambah lagilah dia ngomong gue punya kekuatan. Suntuk gue."

"Lo udah tau ada kekuatan , nanya clue yang lebih berharga dikit dong."

Aku masih setia dengan posisi ku ini. Kepala tertunduk kebawah. "Nih , dia ngomong kayak gini, 'Kadang , orang yang menjadi pelaku adalah orang yang tak terduga. Gue sarankan , elo jangan terfokus sama orang yang lo duga. Melainkan sama orang yang ga lo perkirakan.' Nah apaan tuh coba?"

"Lo masih bisa nanya kategori yang ga diperkirakan itu kek apa kan?"

"Ngomong sih gampang. Asal lo tau ya , pas gue tanya , dia jawab 'Itu teka - tekinya , Ed.' Udah frustated nih gue."

"Ga guna lo." cibir Tian.

Aku ga terima. Disini kan aku mediatornya! Masa aku yang ga guna?!

"Cih. Bahkan gue udah sempet nanya 'Kenapa sih lo ribet - ribet ngasih clue. Sebut nama aja kali.' Intinya gitu deh. Dan lo tau dia jawab apa?"

"Apa?" tanya Tian dengan suara yang menurutku tanda orang sedang penasaran.

"Seandainya semudah itu. Dia jawab itu. Gimana gue ga makin suntuk coba?!" bentakku. Sumpah ini suntuk banget gila. Kayaknya cepat atau lambat aku bakal ngungsi di rumah sakit jiwa nih.

Eh , jangan deh. Sayang wajah cakep ini berakhir di rumah sakit jiwa.

"Crap." umpat Tian.

"Ed, lo inget sesuatu ga?" tanya Tian tiba - tiba.

Boss and LoveWhere stories live. Discover now