Bab Sembilan Belas - Boss and Love

67.6K 2.4K 57
                                    

"Kak , dulu waktu kak Adel pacaran sama Kak Varo , kakak bahagia gak?"

Aku mengerutkan keningku pelan. Untuk apa Karen bertanya seperti itu? Maksudku , apakah itu penting baginya?

"Well , tentu saja aku bahagia. Memangnya kenapa Ren?"

Kulihat Karen mengerjapkan matanya beberapa kali , lalu menggeleng pelan. Kulihat dia tersenyum namun senyumnya tak mencapai matanya. Senyum yang berbeda. Senyumnya sedikit membuatku takut.

Entah mengapa perasaanku jadi sedikit tidak enak.

Aku berusaha tidak memperdulikan perasaan ku. Aku berusaha kembali memakan makanan ku tapi entah kenapa , aku jadi kehilangan selera.

Perasaan takut sialan.

Aku kembali menatap makanan ku berusaha tak menghiraukan perasaan ku. Mungkin aku terlihat sedikit gelisah sehingga Karen menatapku dengan tajam.

"Kakak kenapa?"

"Ah enggak kok."

'Jangan mengabaikan rasa takut itu , Adel!' sebuah suara tiba - tiba datang di pikiran ku. Aku tak tau tapi itu malah membuat ku semakin takut. Ada apa ini?

"Kak." panggil Karen. Aku menoleh dan menatapnya -berusaha terlihat- tenang.

"Yaaa?"

"Aku mau nanya Kak. Kak Adel pernah ga , merasa bersalah karena merebut kebahagian orang lain?"

"Maksudnyaa?" tanyaku tak mengerti. Merebut? Sejak kapan aku pernah merebut kebahagiaan orang?

"Eh? Sorry kak , aku juga bingung kenapa ngomong gitu. Aku rasa aku lagi sensitif jadi bisa nanya gitu. Aku ga bermaksud kok. Hehehe."

Aku mengangguk - angguk mengerti. Tapi tetap saja hal itu menggangu pikiran ku. Untuk apa ia bertanya seperti itu?

"Ayo kak , habiskan makanannya. Habis ini aku ingin ajak kakak ke suatu tempat yang aku jamin kakak akan suka."

Aku mengangguk mengerti dan cepat - cepat menghabiskan makananku. Nanti aku akan diajak kemana ya? Pantai? Seperti apa yang dilakukan oleh Tian?

Mungkin. Tapi tetap saja rasa takut menghantui ku.

Ada apa ini?

Semoga saja tidak terjadi suatu hal yang buruk.

///

Waktu yang sama di tempat yang berbeda...

"Hah? Kok bisa Karen?" tanya Edward dengan terkejut. Kulihat Kaleena menatap ku dengan kasihan sedangkan Jeremy menatapku dengan tatapan yang tidak dapat di jelaskan.

Lain dengan diriku. Aku hanya bisa tertunduk. Kurasa aku terkena shock berat.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa adik mungilku yang manis bersifat liar seperti itu?

"Dulu saat kami masih kuliah , aku , Jeremy dan Varo bersahabat. Kami sangat dekat sampai banyak orang yang iri akan diriku. Satu - satunya anak perempuan yang bisa dekat dengan anak lelaki inceran para perempuan di kampus." kata Kaleena akhirnya.

Aku masih terdiam dengan kepala tertunduk. Namun aku masih bisa dengan jelas mendengarkan apa yang Kaleena ceritakan.

"Persahabatan kami sangat indah. Tanpa adanya rasa cinta atau sayang yang mencampuri persahabatan kami. Sampai akhirnya datang adikmu , Karenina."

"Dia begitu manis. Cantik. Dan dia dengan mudahnya menjadi sahabat kami. Saat itu, Varo sudah berhasil menyelesaikan kuliahnya , sementara kami belum. Walau begitu kami tetap terus berhubungan. Entah bertemu bersama di cafe." lanjut Kaleena lagi.

Boss and LoveOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz