Epilogue

86.6K 2.6K 63
                                    

"Sayang , udah berapa kali aku bilang kalau kamu ga boleh kecapean?"

Aku tersenyum mendengar suara itu. Aku menoleh dan mendapati suamiku , Tian yang sedang menatapku dengan cemas. Aku tersenyum melihat kecemasannya.

"Kamu kok malah senyum sih? Udah istirahat sana."

"Astaga Tian , aku hanya cuci piring , bukan angkat barang."

Kulihat Tian menatapku dengan khawatir. Dan akhirnya dia menyerah melihat kekeras kepalaan ku. Kulihat dia berlalu dan pergi untuk duduk di ruang tamu kami.

Yah , semua berakhir dengan baik bagi kami. Kami menikah , setahun setelah Tian melamarku. Sebenarnya , kami tidak membutuhkan waktu lama untuk mempersiapkan sebuah pernikahan sederhana. Namun entahlah , keluarga kami yang heboh kalau tidak dilaksanakan secara besar - besaran.

Sudahlah , itu sudah lewat.

Dan kini , aku sedang mengandung anak pertama kami. Ternyata dalam tahun pertama pernikahan kami , kami sudah diberikan anak oleh Tuhan. Dan kini , aku sedang mengandung sekitar 5 bulan.

Dan yah , itulah yang membuat Tian cemas.

Tidak , tidak. Tian menjadi sangat protective setelah kejadian itu. Kejadian dimana nyawa kami berdua dalam bahaya. Bahkan , saat kami telah menikah , Tian menyuruh ku berhenti menjadi sekertaris nya. Pertamanya aku tidak mau , namun akhirnya aku luluh juga dengan perilaku manisnya.

Ah sudahlah.

Oh ya , kalau ada yang penasaran soal Karen , jawabannya dia baik. Namun sayangnya , setelah lama dirawat di RSJ dia sedikit menjadi - well you know , kayak gimana. Namun , kini dia selalu tersenyum padaku walau -creepy gitu.

Aku mengusap keningku pelan. Entahlah , sebenarnya , aku bosan namun aku merasa capek untuk melakukan sesuatu. Aneh kan?

"Tuh kan. Apa aku bilang , istirahat aja ya?"

Aku mencuci tanganku lalu menoleh dan mendapati suamiku yang ternyata masih berdiri di dekat ku. "Aku bosen. Kamu ga ngerti apa?"

Tian tersenyum kecil. "Aku cuma ga mau kalian berdua kecapekan." katanya lalu mengusap perutku ini.

"Astaga daddy , mommy gak akan capek kalau kerja dikit aja."

Tian terkekeh pelan lalu mengusap kepalaku dengan sayang.

Yah , begitulah kehidupan kami kini. Dan kami bahagia.

* * *

Adelia Aalisha Sanchez.

Itu nama wanita yang memenuhi hariku dan membuatku senang. Itu nama wanita yang mewarnai hidupku. Itu nama wanita yang kucintai. Itu nama wanita yang membuat hidupku berarti dan bahagia.

Dan , itu nama yang terukir didalam hatiku untuk selamanya.

Adelia Aalisha Sanchez.

Astaga. Bahkan aku merasa sesuatu saat pertama kali mendengar namanya. Ada yang lain walau aku tidak terlalu menganggapnya dulu. Takdir memang aneh ya? Tapi itulah yang membuat hidup kita manis. Dulu kau bahkan tidak menganggapnya. Sekarang? Dia sudah seperti oxygen yang membantu mu untuk menjalani hidup. 

Adelia Aalisha Sanchez.

Astaga , mungkin aku sudah tidak tau berapa kata lagi atau pujian apa yang akan kukeluarkan saat mendengar nama itu.

Kau tau? Saat nama nya kudengar apa yang kupikirkan?

Istriku. Bibirnya yang lembut. Suara nya yang memanggilku. Manis. Cantik. Baik. Manja. Ceroboh. Dan matanya!

Boss and LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora