Bab Delapan - Boss and Love

99.7K 3.2K 65
                                    

Sudah sekitar 15 menit aku menunggu dia. Well , dia yang kumaksud adalah adik Varo.

Jeremy Armando Arden.

Aku sempat takjub mendengar namanya. Bukan karena apa - apa tapi namanya sangat bagus. Jeremy Armando Arden. J.A.A. Jeremy-Arden. Jaden.

Aku masih ingat wajah terkejutnya ketika aku memanggilnya Jaden. Dia menatapku aneh lalu tersenyum. Dia bilang itu panggilan khusus ku untuknya mengingat aku calon iparnya.

Mantan , tepatnya.

"Maaf aku terlambat."

Suara yang sangat kukenal membuat ku menoleh dari kaca jendela besar yang berada tepat disamping kanan ku ini. Aku sengaja duduk dibelakang , karena aku ingin merasa nyaman. Dan tumben - tumbennya aku merasa sangat nyaman.

Kapan ya terkahir kalinya aku merasa nyaman?

Saat Alvaro masih ada.

Yah , betul. Hanya dengan Alvaro aku bisa merasa senyaman ini.

Kau juga merasa nyaman bersama Sebastian , belakangan ini.

Bisikian setan kecil itu tiba - tiba menganggu ku. Hei setan kecil! Jangan mengada - ngada ya!

Tuh kan. Kau menyangkal lagi.

Aku tidak menyangkal. Aku akui aku memang nyaman bersama nya. Hanya itu. Oke? Kalau aku merasa nyaman bukan berarti ada sesuatu seperti cinta kan?

Tentu saja iya. Kau mulai menyayangi nya.

What?!!! Sayang?! Sama boss gila seperti itu?!

"Adel. Adel. Hei. Kau dengar aku?"

Suara Jaden membuat perdebatan ku dengan setan kecil itu buyar.

"Ah iya. Ada apa?" tanyaku.

Jaden tersenyum tipis. "Ah. Rupanya kau tidak mendengarkan aku."

Aku tersenyum simpul. "Mau pesan makanan?"

Jaden hanya tersenyum takjub menatapku. Emangnya aku salah ya? "Kenapa?" tanyaku.

"Kurasa masalah mu benar - benar berat , sampai - sampai kau tidak melihat ada pelayan yang sudah datang ke meja."

Aku hanya bisa tersenyum. Jaden memang mengenal ku luar dalam. Dia sudah seperti kakak lelaki ku.

"Jadi , apa masalahmu?"

Aku bingung apakah aku harus mengatakannya apa tidak. Aku ingin membuka mulut ku dan bicara , tapi ragu.

"Jangan ragu Adel. Kau bisa memberi tau ku kok. Kita teman , ingat? Bahkan aku sudah menganggap mu seperti adikku , walaupun umur mu sama dengan umurku." kata Jaden lagi.

"Apa menurut mu aku pantas bahagia?" tanyaku akhirnya.

Jaden tersenyum. "Tentu. Mengapa tidak? Kuyakin abang juga mau kau bahagia."

"Bagaimana kalau kebahagiaan ku itu membuat aku melupakannya?"

Pertanyaan yang sangat sulit itu akhirnya keluar dari mulutku. Aku bahkan masih belum bisa menjawabnya sampai sekarang. Dan aku sangat butuh jawaban.

Jaden hanya menatapku lama. Dan baru saja ia ingin menjawab , seorang pelayab datang membawakan pesanan Jaden.

Jaden mengucapkan terima kasih lalu kembali menatapku.

"Kukira ini topik off limits , bagimu."

Aku hanya bisa tersenyum. "Aku sangat butuh jawaban."

Boss and LoveWhere stories live. Discover now