"Apa yang kamu lakukan disitu sayang? Sini , mendekatlah. Aku kan gak gigit."
Adel tertawa , tertawa lepas didepan kekasihnya ini. "Gak aku gak mau. Aku lagi ngambek sama kamu , Varo."
Alvaro tertawa , melihat gadis yang dicintainya. Ia mendekat dan menghampiri Adel. "Kamu jangan ngambek dong sayang , nanti aku gak cinta lagi loh."
"Ya udah. Aku makin ngambek lagi aja." kata Adel lalu cemberut.
Alvaro tertawa terbahak - bahak lalu mencubit pipi gadis yang ia sayang ini. "Aku ingin kamu lihat ke langit , sayang. Ayo lihat."
"Lihat apa?" tanya Adel penasaran lalu melihat langit.
Tiba - tiba saja ia melihat banyak kembang api di angkasa. Bahkan ada juga yang berbentuk hati.
"Ya Tuhan. Ini semua , kerjaan kamu?" tanya Adel kaget.
Tak ada jawaban.
Karena tidak ada jawaban , Adel menoleh dan melihat Alvaro sudah berada bersama seorang pemain gitar.
Alvaro akan menyanyi?
Your hand fits in mine
Like it's made just for me
But bear this in mind
It was meant to be
And I'm joining up the dots
With the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me
Adel menutup mulutnya tak percaya. Ya ampun! Apa yang dilakukan lelaki ini?
I know you've never loved
The crinkles by your eyes when you smile
You've never loved
Your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I'll love them endlessly
Kini mereka berdua telah menjadi tontonan gratis. Bahkan banyak wanita yang memegang dadanya karena merasa sesak akan keromantisan Alvaro. Dan Adel tak sadar , benar - benar tak sadar , karena suara serak nan merdu itu menghipnotisnya.
I won't let these little things slip out of my mouth
But if I do
It's you
Oh it's you
They add up to
I'm in love with you
And all these little things
Alvaro berlutut lalu mengeluarkan kotak beludru dari kantongnya.
"Hei Adelia Aalisha Sanchez. Will you marry me?"
Adel tak percaya. Ia dilamar didepan umum seperti ini. Ya ampun.
"Terima! Terima!" terdengar teriakan dari orang - orang yang menonton mereka sedari tadi.
Adel berlutut lalu memeluk Alvaro dengan erat. "I do." bisiknya.
"Hei , jangan nangis dong. Masa dilamar malah nangis?"
"Aku bahagia tau!" kata Adel masih memeluk erat Alvaro.
"Hei Adel? Lo denger gak sih omongan gue dari tadi?" kata Sebastian kesal.
"Hah ya?"
"Kita udah sampai dihotel Adel. Ayo turun."
"Ah iya." kata Adel lalu segera turun. Adel sendiri juga bingung kenapa ia kembali mengingat saat ia dilamar oleh Alvaro.
Mereka berdua berjaln menuju hotel dan langsung disambut oleh pegawai disana.
"Silahkan lewat sini.." kata pegawai itu.
Adel hanya berjalan mengikuti pegawai itu. Ia bahkan tak sadar ia sudah sampai dikamarnya.
"Adel! Lo ini kenapa sih?"
"Hah iya? Apa?" tanya nya dengan suara yang serak.
"Lo nangis? Hei , ada apa?"
Adel bahkan tak sadar ia sudah menangis. Dan yang ia tau hanya sekarang ia sudah berada dalam pelukan Sebastian.
Bukannya mereda , tangisan Adel semakin kencang.
"Ssstt.. Sudah jangan menangis lagi. Gue sedih kalau lo nangis Adel." kata Sebastian jujur.
Sebastian bahkan tidak tau apa penyebab Adel menangis.
'Varo , bagaimana caranya aku bisa membuka lembaran baru , sementara kamu masih saja membayangi hari - hari ku?'
* * *
Aku tau part ini sedikit! Sorry ya. Hehehe.
Gimana part ini? Bagus gak?
15 votes and 10 comments for next chapter. Oke?
Love you!
P.S : Suka gak dengan karakter Alvaro? Dan jujur , aku rada nyesek bikin part ini. Kenapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and Love
RandomIh! Kenapa sih harus ada lelaki macam dia? Udah tukang PHP-in orang , iseng banget lagi. Dan hal paling buruknya dia itu CEO dari Bradley Company. Dan hal yang sangat disayangkan , aku itu sekertarisnya. Pokoknya nyebelin! -Adelia Aalisha Sanchez...