Bab Dua Belas - Boss and Love

85.8K 2.4K 46
                                    

Suara ketukan dari pintu kamar membuat Adel terhenti dari aktivitasnya. Adel menoleh lalu berjalan ke arah pintu kamar, membuka pintunya dan terlihat lah wajah mommynya dengan mata yang berbinar - binar.

"Kenapa mom?"

"Tian udah sampe tuh. Kamu turun gih. Dia lagi ngobrol sama daddy kamu."

Adel menaikkan sebelah alisnya. "Sama dad?"

Mom tersenyum. "Iya , kamu tau lah daddy kamu gimana."

Adel terkekeh pelan. Ia tau , kalau daddynya sudah angkat bicara , artinya daddy sudah setuju dan ingin anak nya untuk bahagia.

"Ya udah mom. Aku turun 5 menit lagi. Oke?"

Mom kembali tersenyum. "Oke dear."

Adel pun menutup pintu kamarnya dan berjalan kembali ke arah kaca. Ia tersenyum melihat penampilannya malam ini. Dengan dress putih tanpa lengan diatas lutut , yang diperlengkap dengan pita dibagian pinggang , serta model rok yang mengembang membuat nya lumayan cantik.

Setelah merasa puas , Adel pun berjalan ke arah kasur nya karena ia menaruh tas pesta warna putihnya. Namun , Adel tiba - tiba berhenti karena melihat fotonya bersama Varo.

Adel mengambil foto itu dan menatapinya. "Kamu lihat ga? Sekarang aku udah bisa berbahagia. Terima kasih , Varo."

Adel tersenyum lalu meletakkan nya ke dalam lacinya. "Kamu adalah kenangan ku. Dan kini , kenangan kita berhenti sampai sini." gumam Adel.

Ia pun berjalan ke arah pintu kamarnya dan berjalan turun ke lantai bawah. Dalam setiap langkah nya ia berdoa. Bahwa ia tidak akan melihat kebelakang dan berbahagia. Dan Adel berharap dari hati , kali ini tidak akan ada lagi perpisahan.

Amin.

* * *

Wow.

Hanya kata itu yang ada di kepalaku saat melihat Adel turun dari kamarnya. Dia terlihat manis malam ini. Bukan manis. Melainkan sangat manis dan sangat cantik. Mungkin kalau aku hidup dalam dunia komik , mungkin muka ku sudah disertai dengan air liur yang turun kebawah.

Tapi tetep stay ganteng dong. Hehehhe.

Aku tak tau sudah berapa lama memperhatikan Adel sampai sebuah suara membuat ku memalingkan mukaku ku.

"Sepertinya Aalisha tampil cantik hari ini sampai - sampai Tian dibuat tidak berkutik."

Kulihat wajah Adel merona merah. Begitu juga aku. Bisa - bisanya calon mertua ku - tepatnya daddy nya Adel - bilang begitu. Aku malu!

Oh ya. Fyi , kalau dirumah Adel dipanggil Aalisha sama daddy nya. Gatau juga sih kenapa. Mungkin aku bisa menanyakan ke Adel suatu hari.

Akhirnya aku pun berdiri dari sofa. Aku menarik Adel mendekat dan menggandeng tangan Adel. "Kalau begitu kami pamit dulu ya. Om tante."

"Hati - hati ya. Dan pulangkan Adel pukul sembilan oke?" sahut Paul , daddy nya Adel.

Kudengar suara merengut dari Adel. "Ih dad. Aku kan bukan anak kecil lagi. Pokoknya jam setengah duabelas. Oke?"

"Bagi dad kamu masih seperti anak kecil yang dad gendong dulu. Dan kamu harus pulang jam sebelas. Ah -ah! Jangan membantah lagi Adel. Oke?"

"Baik om. Kami pamit dulu."

"Bye mom , dad!"

Kami pun berjalan ke arah mobil ku. Lalu terdengar suara merdu Adel yang memanggil namaku.

"Tian."

"Apa honey?"

"Kamu tadi ngapain sih tadi main gandeng aku depan daddy? Aku kan jadi malu."

Boss and LoveWhere stories live. Discover now