Bab Lima Belas - Boss and Love

78.8K 2.2K 22
                                    

Sudah sekitar 15 menit aku menunggu di sini. Ditaman tempat aku dan Adel menghabiskan waktu. Menghabiskan masa kecil sampai SMA kami bersama - sama. Ditaman yang juga merupakan saksi bisu dimana aku menyadari perasaan ku pada Adel.

Sekitar 15 menit yang lalu , aku mengirim pesan singkat pada Adel. Pesan yang berisi bahwa aku ingin bertemunya dan aku menunggunya di taman ini. Walau pesan itu belum juga dibalas , namun dengan bermodal keyakinan aku menunggu disini.

Sebenarnya , aku juga bingung kenapa aku datang kesini. Mungkin karena aku rindu pada Adel. Aku tau ini tidak boleh , makanya hari ini aku datang dan ingin meluruskan semuanya.

Menyatakan perasaan ku padanya dengan harapan aku dapat lebih mudah melupakannya , walau aku harus mengambil resiko bahwa mungkin luka dihati akan semakin terbuka lebar bukan menutup , karena aku tau pasti aku hanya akan mendapatkan senyuman tanda penolakan.

Sebuah tepukan ringan di pundak kananku memmbuat ku menoleh dan mendapati Adel sedang tersenyum. Aku balas senyumannya dan Adel pun akhirnya ikut duduk di sebelahku.

Tidak ada yang membuka pembicaraan , baik aku maupun Adel , sehingga itu menciptakan sebuah keheningan.

Keheningan yang mendamaikan.

"Lo percaya ga , kalau Varo yang bikin gue sama Tian bisa nyatu?" kata Adel pada akhirnya.

Aku menoleh menatapnya bingung. Aku bahkan tidak tau apa yang sedang dibicarakannya. "Maksudnya?"

"Gue tanya , lo percaya ga kalau Varo ngedatengin gue lewat mimpi dan ngeyakinin gue dari semua keraguan gue?"

"Tergantung." jawabku. "Tergantung kalau hal itu masuk logika gue , kalau masuk logika , gue percaya , kalau enggak, gue ga percaya." lanjutku lagi.

Kulihat Adel tersenyum kecil. Senyum yang manis , yang mungkin sebentar lagi akan menjadi salah satu kenanganku. "Lo ga percaya."

"Bukan itu maksud gue. Gue bilang kalau-"

"Lo percaya ga kalau gue bilang gue tau tentang perasaan lo ke gue selama ini?" potong Adel yang membuat ku tercengang. Dia tau? Dia tau!

"Gue sadar setelah lo ga muncul dihadapan gue setelah kejadian di makam Varo. Padahal saat itu gue lagi butuh lo. I need someone that can hear me and gimme solution , for my problem. Tapi lo ga dateng. Itu yang namanya sahabat?" lanjut Adel yang membuat ku merasa bersalah.

"Sorry. Tapi gue ga bermaksud-"

Lagi - lagi ucapan ku dipotong oleh Adel. "Lo emang ga bermaksud Edward. Tapi lo emang ga dateng karena lo ga sanggup liat gue sama orang lain. Lo takut merasa semakin sakit hati. Iyakan?"

Aku tersenyum kecil. Semua yang dikatakan Adel benar. "Sejak kapan lo jadi Sherlock Holmes gini Adel? Tian yang ngajarin ya?"

Dia terkekeh pelan mendengar perkataan ku. "Satu hal yang baru gue sadar , kalau gue egois. Bahkan gue gapernah tau perasaan lo. Maafin gue ya?"

Aku menatap nya heran. Untuk apa dia minta maaf? Dia tidak punya salah apapun padaku. "Lo ga punya salah kok."

"Thanks karena lo jadi sahabat gue yang terbaik. Selalu setia dan dengerin gue , walau kadang lo merasa sakit hati sama gue. Dan gue juga mau minta maaf kalau , gue ga pernah bisa nganggep lo lebih dari sahabat."

Aku tersenyum mendengar penuturan nya. "Lo emang ga pernah bisa nganggep gue lebih dari sahabat."

"Iya. Karena gue udah nganggep lo kayak abang gue , walau umur kita sama. Sampai sekarang , gue bahkan selalu merasa lo sebagai pelindung gue. Perisai bagi gue."

Boss and LoveWhere stories live. Discover now