Love #29 Salah Siapa?

944 132 55
                                    

Ara menerobos kerumunan siswa yang sedang berkumpul di lapangan basket sekolahnya. Tubuhnya nyaris terhimpit di antara orang-orang yang sedang asyik bersorak. Ia terdorong ke kanan dan kekiri sampai hampir terjatuh ke belakang. Dengan susah payah akhirnya Ara berhasil sampai ke barisan paling depan.

Mereka bukan sedang menonton pertandingan basket atau acara lainnya. Bahkan yang mereka lihat tidak seharusnya menjadi bahan tontonan.

Lava berkelahi lagi. Dan parahnya yang menjadi lawan lelaki itu adalah Alvan. Ini benar-benar salah dan tak seharusnya terjadi.

Ara dapat melihat dengan jelas darah mengalir di sekitar wajah dua lelaki itu yang sudah penuh dengan bekas luka. Keduanya saling pukul dan menendang. Jatuh bangkit dan kembali menyerang tak peduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Lava terlihat fokus dengan pukulan yang selalu tepat sasaran. Sedangkan Alvan lebih bergerak spontan memukul di mana ia melihat ada celah. Keduanya terlihat sangat ulung dalam hal perkelahian.

Ara tahu ia tak bisa diam saja. Tapi Ara juga tak tahu harus berbuat apa. Ia sangat merasa serba salah.

Teman-teman Lava jelas sekali terlihat ingin melerai. Tetapi mereka tahu jika salah melangkah, Lava malah akan lebih mengamuk dan membahayakan orang lain. Sedangkan di pinggir lapangan terlihat Orion dan Dirga terduduk dengan luka di sudut bibir mereka. Dapat Ara ketahui kedua lelaki itu sehabis mencoba melerai perkelahian yang terjadi. Kalau seperti ini terus tak akan ada yang bisa menghentikan kedua lelaki itu. Apalagi tak banyak siswa yang memiliki keberanian seperti Orion dan Dirga.

Bu Jihan selaku guru BK hanya bisa berteriak meminta mereka untuk berhenti. Namun tak satu pun ucapan guru itu didengar oleh Lava dan Alvan. Ara pun mengikuti Bu Jihan berteriak dengan menyebut nama Lava. Sayang sekali lelaki itu terlalu kalap dan sama sekali tak mendengar teriakan Ara.

Ara tak bisa melihat kejadian ini lebih lama lagi. Ini harus dihentikan, kalau tidak nyawa Lava dan Alvan bisa saja berada dalam bahaya. Ara akhirnya mengakui kejadian ini terjadi karenanya.

Ara terus berpikir bagaimana cara menghentikan perkelahian ini. Sampai akhirnya datanglah para guru lelaki yang berbadan besar dengan sigap melerai perkelahian itu.

Ara menghela napas lega. Tetapi jantungnya tiba-tiba berdetak kencang saat matanya bertemu dengan mata Lava namun lelaki itu membuang muka seperti tak peduli dengan Ara. Ara lalu kembali ke kelas sesuai dengan arahan para guru yang mulai menertibkan kerumunan itu.

Ara memasuki kelas dengan wajah yang pucat. Luna yang melihat keadaan sahabatnya itu hanya bisa bertanya apa yang terjadi di sana. Saat kejadian, Luna sedang mengikuti ulangan susulan di ruang guru. Oleh karena itu ia tak bisa melihat apa yang terjadi barusan.

"Lava bego banget sumpah. Ngapain coba sampe kelahi gitu," ujar Ara sembari merebahkan kepalanya di atas meja.

Luna menghela napas, "Siapa coba yang gak marah kalo pacarnya di ganggu?"

"Tapi ya gak usah pake berantem dong. Gue bingung harus gimana lagi, Lun. Gue pusing." Ara meringis mengingat kejadian tadi yang baru ia saksikan.

"Dengerin gue deh," Luna menggenggam tangan Ara, "Semua ini gak cuma salahnya Lava, Ra. Alvan juga salah di sini. Harusnya dia gak gak ganggu hubungan lo sama Lava."

Ara memicingkan matanya, "Lo belain Lava gitu?"

Luna menggeleng, "Lo berpikir terlalu kekanakkan, Ra. Lo juga salah. Lo itu sekarang pacarnya Lava. Lo harusnya tau di mana posisi lo. Lo harus bisa mengkondisikannya, Ra. Lava gak salah kalo dia marah. Dia cuma salah menyalurkan kemarahannya itu. Lo punya status sama siapa, deketnya sama siapa. Apa gak aneh? Dan gue rasa Lava pasti udah cukup sabar nahan emosinya sampe selama ini. Dia pasti lakuin ini demi lo, Ra."

ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora