Lies #26 Kembali

1.2K 145 32
                                    

"Lo gila hah?! Gue gak nyangka lo bisa ngelakuin hal kaya gini."

Dirga memegangi sebelah tangan Lava berjaga kalau-kalau lelaki itu hilang kendali, "Udah, Lav. Dia itu cewek," ujarnya berusaha menenangkan Lava.

"Gue tau, Dirga. Lo pikir gue bego?" sahut Lava berusaha tenang. Memang sulit baginya menahan emosi jika sudah menyangkut Ara. Ia tak suka ada yang mengganggu kekasihnya itu.

Lava telah mengetahui kebenaran di balik insiden di toilet waktu itu. Orion sudah memberitahu semuanya kalau dari awal Marinna ingin merusak hubungannya dengan Ara. Sebenarnya, saat itu bukan hanya Ara dan Marinna saja yang berada di sana. Di salah satu bilik toilet itu, bersembunyilah seorang gadis dari kejaran Anak Kelas XII yang biasa mem-bully-nya. Dia adalah Desy. Teman sekelas Lava yang terkenal paling Nerd satu sekolahan.

Awalnya gadis itu takut membicarakannya dengan Lava. Walau sekelas, mereka tak pernah saling berbicara satu sama lain. Tetapi setelah gadis itu pikirkan baik-baik, ia rasa ia perlu memberitahu Lava. Desy merasa kasihan dengan Ara. Lava lantas berterimakasih yang sebesar-besarnya pada Desy. Berkat gadis itu, masalah ini bisa benar-benar ia selesaikan.

"Jangan pernah berpikir mentang-mentang lo cewek lo bisa lolos gitu aja," Lava menatap sinis ke arah Marinna. Tangannya terkepal sampai buku-buku jarinya memutih saking kuatnya ia menahan amarah.

Marinna tertunduk dengan tubuh yang gemetaran, "Maaf Kak–"

"Gak usah banyak bacot! Gara-gara lo Ara harus nerima apa yang seharusnya gak dia terima. Lo tau gimana cara orang-orang memandang rendah dia, hah? Semua karena lo!" bentak Lava dengan mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Marinna. Gadis itu lantas menutup matanya karena takut melihat Lava yang sudah terbakar amarah.

Ara lalu menarik tangan Lava, "Lava, udah. Gue sekarang gak apa kok. Lo kan udah janji gak bakal emosian lagi," ujarnya seraya menatap bola mata hitam milik Lava.

"Bentar, Ra. Gue gak emosi kok. Gue bakal selesaikan ini," ujar Lava pada Ara lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada Marinna, "Lo denger ya, sekali lagi lo berani macam-macam sama Ara, gak ada ampun buat lo. Gue gak peduli lo cewek atau apa. Lo itu perusak martabat Kaum Hawa!"

"Lava ayo. Lo bilang mau ngasih sesuatu kan ke gue." Ara kembali menarik-narik tangan Lava berusaha mengalihkan perhatian lelaki itu agar segera menghentikan aksinya. Ara tak ingin masalah ini semakin dibesar-besarkan. Baginya, dengan terungkapnya kebenaran saja sudah membuat hatinya senang. Apalagi saat ini mereka sudah jadi bahan tontonan.

Dan mengenai kondisi kesehatannya, Ara masih dalam masa pemulihan, tetapi ia sudah diizinkan untuk kembali masuk sekolah setelah beberapa hari absen. Asalkan ia bisa menjaga tubuhnya agar tidak kelelahan dan jangan sampai melakukan pekerjaan berat.

"Ayo." Lava lalu merangkul tubuh Ara dan membawanya pergi meninggalkan Marinna yang masih terdiam.

Ara menyempatkan diri menoleh ke belakang sebelum Lava benar-benar membawanya pergi. Dilihatnya Marinna telah duduk terisak dengan dikelilingi beberapa orang yang Ara pikir adalah teman gadis itu. Kasihan. Tetapi Ara rasa Marinna perlu menerimanya sebagai pelajaran agar gadis itu tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Sebenarnya tak pernah sekalipun terlintas di pikiran Ara untuk melabrak Marinna. Tetapi Lava sudah terlanjur menghampiri gadis itu. Dan apabila Ara tak mengikutinya, entah apa yang akan terjadi di sana. Mengingat Lava sangat mudah terbawa emosi.

"Ngapain aja di sana? Rame gak? Kok lama banget sih, Ra?" tanya Luna begitu Ara baru saja membanting bokongnya di bangku sebelah Luna. Saat ini mereka sedang berkumpul di salah satu tempat andalan Lava dan kawan-kawannya yang berada di dekat lapangan.

ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]Where stories live. Discover now