Lies #12 Jangan Marah

2.3K 307 104
                                    

Luna membawa Ara menuju lapangan olahraga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Luna membawa Ara menuju lapangan olahraga. Di sana sudah terlihat sangat ramai dan banyak murid yang berkerumun. Tanpa diberitahu Ara yakin mereka sedang menonton Lava yang sedang berkelahi.

Luna menuntun Ara menerobos kerumunan manusia hingga mereka sampai di barisan paling depan. Dapat Ara lihat dengan jelas sosok Lava tengah baku hantam dengan Dion -kakak kelas yang terkenal sebagai berandal sekolahan.

"Orion! Kenapa gak lo lerai mereka," tanya Ara pada Orion yang ada di dekatnya.

Orion hanya mengangkat bahu tak acuh dengan kedua tangannya berada di saku celana. "Gue gak suka ikut campur. Lagi pula itu urusan mereka dan gak ada hubungannya sama gue. Bisa-bisa malah gue juga ikutan kena," ujarnya. "Mending lo aja, Ra."

Ara membulatkan matanya seketika, "Kalo lo aja gak bisa apalagi gue yang cewek?" balasnya dengan nada tinggi setengah memekik.

"Lava kan selalu dengerin ucapan lo. Who knows? Siapa tau dia berhenti"

Ara berpikir sejenak. Memangnya Lava pernah mendengarkan Ara? Yang Ara tahu ialah yang selalu menuruti maunya Lava. Jika seperti ini, apa yang dapat Ara lakukan?

Di tengah lapangan Lava terlihat mulai kelelahan. Memang luka yang ia terima tidak begitu banyak jika dibanding dengan lawannya. Hanya lebam yang terlihat jelas dibagian pelipis serta ujung bibirnya yang sobek dan mengeluarkan darah. Tetap saja Ara sangat jengah melihatnya.

"Lava!" Hanya satu kata itu yang akhirnya bisa keluar dari mulut Ara. Sudah berusaha dikumpulkannya segala keberanian hanya demi satu kata itu. Tak begitu lantang bahkan terdengar bergetar.

Sang pemilik nama lantas segera menoleh mendengar suara yang sangat familiar itu memanggil namanya. Ia lantas tersenyum manis sebagaimana yang biasa ia lakukan pada Ara. Sedangkan gadis itu membalasnya dengan tatapan heran melihat sempat-sempatnya Lava tersenyum padanya di tengah perkelahian itu.

Lava lalu menghindari serangan tiba-tiba yang dilancarkan oleh lawannya. Ia lalu mengarahkan pukulannya ke arah rahang yang langsung membuat lawannya itu jatuh tersungkur tanpa bisa bangkit lagi. Lava segera mendatangi Ara masih dengan senyum yang tercetak jelas di wajahnya yang penuh luka seakan-akan tak terjadi apa-apa.

"Lo kok di sini, Ra?"

Ara menatap Lava penuh amarah, "Lo apa-apaan sih, Lav!" bentak Ara. "Pake berantem-berantem segala."

"Gini Ra-"

"Ikut gue!" Ara segera menarik Lava memotong ucapan lelaki itu meninggalkan kerumunan manusia yang mulai memperhatikan mereka berdua. Lava mengikuti langkah Ara tanpa bertanya ke mana gadis itu akan membawanya. Dari arahnya Lava tahu sepertinya mereka menuju ke UKS.

Ara membuka pintu UKS dan segera dibawanya Lava ke salah satu tempat tidur yang berada di ruangan itu. Ia lalu menyuruh Lava duduk di sisi ranjang. Saat itu UKS sedang kosong dan tak ada yang menjaga. Dengan terpaksa Ara harus mengobati luka Lava dengan tangannya sendiri.

ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]Where stories live. Discover now