Ini Hari Apa?

13.2K 448 14
                                    

Jumat, 13 Maret tahun sekian.

Park Jimin, pemuda yang baru menginjak usia 18 tahun itu kali ini memiliki kesempatan seribu tahun sekali. Kenapa seribu tahun sekali? Karena kesempatan ini sangat—hampir tak bisa dimiliki setiap uke di dunia. Kebahagiaan membuncah, rasa bangga serta kepuasan terpatri jelas di wajah maskulin cenderung manisnya.

Ya. Pada akhirnya seorang Park Jimin bisa mendominasi salah satu kekasih lelakinya; Min Yoongi. Catatan dengan cara agak curang. Semua orang tahu kalau Yoongi mempunyai kebiasaan tidur di atas rata-rata. Bahkan pemuda berhelai silver itu mengaku bahwa dia butuh waktu tidur lebih dari 20 jam perhari.

Beruntunglah Jimin, berkat hal itu dia memiliki kesempatan emas—duduk atau menduduki seorang Min Yoongi. Memonopoli tubuh ringan nan pucat. Sebuah eyesmile terpampang mengagumkan, pipi chubby memerah penuh rona. Sangat menggemaskan. Sepasang tangan dengan jari-jari gemuk mungil memerangkap kedua lengan kurus Yoongi di kedua sisi pundaknya.

"Minggir." Yoongi berujar tanpa ekspresi saat Jimin menunjukkan senyuman terlebarnya. Cukup memberi tahu bahwa pemuda itu tidak ingin minggir sekarang.

"Hyung~ kau tahu ini hari apa?" Tanyanya seduktif, menggoda, penuh hasrat dan gairah masa muda. Tidak lupa menggesek pantatnya di atas Yoongi, menambah kesan nakal.

Yoongi menggeram namun masih bergeming. Membiarkan Jimin tetap berada di atasnya. "Hari dimana lehermu dirantai, pan***mu berge*** dan mengalami eja****** ker*** berkali-kali. Bisa kupastikan kau akan menggeliat keenakan nantinya."

Jimin melotot, wajah memanas. Dapat Yoongi tebak pemuda itu sedang membayangkan dirinya sendiri sekarang. Dengan cepat Jimin menampar pipinya sendiri guna menyadarkan diri. Kembali tersenyum inosen tanpa dosa, mata lurus ke arah Yoongi, kepala menggeleng slow motion menambah kesan dramatis. "Salah~" putusnya. Walau tak bisa dipungkiri kata-kata Yoongi terdengar menarik.

Yoongi melengos. "Lalu?" Tanyanya malas dan ogah-ogahan. Satu hal yang diinginkannya pagi itu adalah bercinta dengan bantal-guling favoritnya tapi niatnya tak akan terlaksana jika Jimin terus berada di atasnya.

Bohong.

Jika mau Yoongi bisa dengan mudah membalik keadaan. Hanya rasa penasaran yang membuatnya tetap diam. Ya, rasa penasaran akan sampai sejauh mana kekasih chubby-nya itu berani mendominasinya.

Jimin tersenyum lebar lagi. Terkikik sebentar saat melihat ekspresi kekasih peraknya. "Hyung tak ingat? Ini hari jadian kita~" Jimin hampir meraih bibir Yoongi untuk memberikan morning kiss saat menyadari ada sesuatu di bawah kasur.

"Kalian berdua salah. Hari ini adalah hari ini." Suara mistis terdengar, Hoseok munyembulkan kepala dari bawah ranjang.

Jimin terlonjak kaget, mundur hampir jatuh dari tepi ranjang bila lengannya tidak ditangkap Yoongi. "Hyuung! Kenapa kau bisa ada di situ!?" Teriaknya melengking dengan tukikan tajam menerobos gendang telinga.

Kuping Yoongi berdenging.

Hoseok keluar dari balik ranjang. "Aku tahu kau akan mengucapkannya pada Yoongi-hyung duluan makanya aku sengaja tidur di sini."

Yoongi diam. Oh, pantas semalam ada yang aneh dengan kasurnya.

"Hyung, aku tak bermaksud. Aku...aku ingin mengucapkannya bersamaan tapi kamar kalian beda dan Yoongi-hyung lebih tua... jadi..."

"Jadi kau bersikap tak adil?" Potong Hoseok cepat. "Kita bertiga jadian di waktu yang sama. Tahun, bulan, tanggal, hari, jam, menit, detik yang sama pula."

Jimin dilema menyalahkan tapi juga ingin membenarkan. Ah, Jimin jadi serba salah kan.

"Sudah. Aku ingin kembali tidur." Yoongi melangkah keluar kamar.

"Hyuung!" Jimin menarik lengan Yoongi dengan pandangan memohon. Lengan Hoseok menahan Jimin sampai pemuda itu jatuh ke dalam pelukannya. Yoongi diam menatap keduanya.

"Hyung, boleh aku duluan?" Hoseok nyengir.

Yoongi mengangguk saja. "Bangunkan aku untuk membereskan sisanya."

Yoongi menutup pintu kamar bersamaan seringai jahat yang terukir di wajah Hoseok.

Jimin merinding. "H-hyung, mau apa?" Tanyanya ragu.

"Merantai lehermu, memasukkan vib***** dan dil** ke pantatmu, mengikat pen**mu sampai kau eja****** ker*** berkali-kali." Jimin menegak ludah kasar. Hoseok membanting tubuh Jimin ke atas kasur, menarik laci nakas pelan. "Dan bisa kupastikan kau akan menggeliat keenakan nantinya~"

Drabble ThreesomeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz