20. Putri CAROLINE

807 65 3
                                    

Apa-apaan kelakuan mereka berdua itu? Kenapa jadi sedingin ini? Bukankah seharusnya semua terselesaikan dengan mudah? Bicara dan menjelaskan itu mudah bukan?

Disaat aku melihat Elia yang memaksakan senyumnya itu kepada kami, hati ku terasa sesak. Dan saat melihat Guardian Advent dengan tatapan hancur seperti itu, hatiku juga hancur. Ingin rasanya aku menjelaskan semua nya kepada Guardian Advent, tapi Elia melarangku, dia ingin mengatakannya sendiri. Tapi melihat kondisi seperti ini, sungguh menyedihkan. Sedangkan Guardian Sasmita, dia hanya bisa meredam amarah Advent dan terus menyemangatinya, Sasmita terus mengikuti Advent kemanapun dia pergi agar mencegah hal konyol yang mungkin akan dilakukan Advent, dan itu adalah perintahku, tapi Sasmita melakukannya dengan senang hati. Sasmita belum tau jika ini semua kesalahpahaman. Aku menghormati keputusan Elia untuk mengatakannya langsung kepada Advent.

"Dek.. Adeekk.. ", teriakku sambil menuju kamar Elia. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Elia. Jangan-jangan...
Pikiranku sudah melayang kemana-mana. Aku mulai berlari dengan cepat, mencoba membuka pintu kamar Elia yang terkunci. Susah sekali membukanya, pintu kamar kami sudah dipertebal agar tidak gampang di susupi oleh musuh.

Tapi karena tidak ada jawaban dan hati ku gundah, aku menggunakan kekuatanku untuk mendobrak pintu kamar Elia.

BRRRAAAKKKKK.....!!!!!

pintu kamar terbelah menjadi dua. Disaat itu aku melihat Elia yang tengah berdiri di ambang jendela, dia menoleh kebelakang dan lalu terjun dari jendela, aku berlari ke arahnya mencoba menghentikannya, namun tanganku tak sanggup menggapainya. Lalu sesegera mungkin dia melompat dan mengepakkan sayapnya dan terbang meninggalkanku dengan cepat.
"ELIIIAAAA...!!!", pekik ku
Aku berkomunikasi dengan Advent melalui line telepati.
--Advent, kumohon, selamatkan Elia, dia pergi dengan amarah yang tinggi. Carilah dia cepat. Sasmita, Sasmita! Sebaiknya Kita juga ikut mencarinya--

Setelah memberitahu memutuskan link line dengan Advent dan Sasmita, aku menaiki jendela kamar Elia dan bermaksud menyusulnya.
Wuuussshhhhhh....
Braaakkk!!!

Aku terjatuh pada sebuah kurungan. Kurungan penyegel kekuatan.
"Aaarrrggghhh....!!!", teriakku
"Hahahahaa.. Dasar makhluk lemah. Seperti kau ini yang disebut Putri? Bukankah aku yang lebih pantas menyandang gelar bangsawan itu? Hahahaha...", kata seorang gadis, yang ku ingat namanya sebagai Valerie.
"Apa apa an kau ini!!! Lepaskan aku!!  Ini perintah!!", teriakku dengan tegas.
"Hah? Perintah? Perintah apa dasar wanita jalang!", kata Valerie
"Arrgghh... Aaahhh...", nafasku tersengkal sengkal.
"Sudah.. Diamlah dengan tenang. Lagi pula, kekuatanmu akan di netralkan di sangkar ini. Itu akan melemahkanmu", katanya dengan sadis.
Lalu dia menyuruh para pengawalnya membawa ku terbang entah kemana.
Tenaga ku habis. Aku mulai melemah. Bernafas pun aku tak sanggup. Dan akhirnya, aku pingsan.

Selang Beberapa waktu, akhirnya aku tersadar. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Tempat ini penjara, lengkap dengan jeruji besinya. Penjara penetralan kekuatan.
"Ah.. Sial..!", kata ku kasar.
"Hei. Kau sudah bangun Putri? Tidurmu nyenyak?", kata Valerie sadis sambil mendekat ke ruangan penjara yang mengurungku ini.
"Kau tau? Para Putri di Negara Alphonse ini menolak jika dia harus menyerahkan jabatan Putri nya kepada orang awam yang tak pernah tau urusan Kerajaan. Dan kau! Kau yang pertama yang akan kami bunuh!", kata Valerie dengan kejam.
"Kami?", tanya ku
"Ya, kami. Aku, Millagres, Laurella, dan kami juga menambah sekutu, Eashly akan bergabung dengan kami dan membunuh satu persatu dari kalian!", katanya menjelaskan.
"Bodoh! Lalu kau tidak akan pernah memiliki Ratu pengganti!", jawab ku
"Hah? Siapa yang mau disuruh-suruh untuk menaati perintah seorang Ratu Kerajaan Alphonse jika aku bisa menjadi Ratu nya? Aku mengetahui segala pengetahuan di Bumi ini! Siapa yang butuh Ratu konyol bodoh untuk memerintahku? Ahahahahaha...", katanya dengan tawa yang menggelegar dan meninggalkan aku.
"He.. Hee.. Heeeiiii...!!!!!!", teriakku, "Akan ku bunuh kau kalau kau melukai adik-adikku sejengkal saja!!!!", Lanjutku menyumpahinya, "Aku akan membunuhmu! Benar-benar membunuhmu dengan kejam!! Dengan tanganku sendiri!!! Bajingan kaauuu!!!!! ", teriakku di sisa-sisa tenaga ku.

Aku dan Tiga CerminankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang