Zandar yakin Elang maupun Alvin mengerti maksudnya. Dan ia sudah diberikan kesempatan, ketika kesempatan yang ia pegang sudah berlalau, maka saat itu pula Zandar harus melepas obsesinya untuk merubah perangai seorang Hani.

Bertengkar takkan mengubah apapun bukan?.

Zandar memang harus membenarkan apa kata Elang dan Alvin, menjadi keras kepala tidak akan merubah apapun, bagaimanapun juga Zandar harus melepas obsesinya jika ia masih ingin berada disekitar Hani. Atau jika ia terus keras kepala, ia akan kehilangan sahabat dan Hani.

Mengalah untuk menang bukanlah hal licik ataupun penuh tipu muslihat. Zandar hanya mengakui kesalahannya dan itulah yang terbaik untuk sekarang ini.

Zandar mengangkat sebelah alisnya saat tidak menemukan Hani diteras samping taman, tempat ia menunjuk sebuah kursi untuk dua orang dan meja kecil didepannya. Pemuda itu hanya mampu menghelas nafasnya pelan saat mendengar bunyi decitan ayunan kayu yang sudah cukup lama tidak digunakan.

"Wooy! Nanti roboh itu ayunan!" Teriak Zandar setelah terlebih dahulu meletakkan nampan yang ia bawa diatas meja, Zandar tau Hani pasti memutar bola matanya malas saat ayunan telah berhenti meskipun ia tidak melihatnya secara langsung. Bukankah kata - kata berlebihan akan membuat siapapun memutar bola mata mereka malas. Dan tidak terkecuali gadis introvert sekalipun, setodaknya itulah yang terpikirkan oleh Zandar.

"Gue gak seberat itu kali" Zandar bersedekap dengan alis terangkat, saat Hani mulai menggerutu dan berjalan melewati pijakan dkatantara rumput hijau.

"Perasaan gue nyuruh lo duduk disitu deh!" Lagi - lagi dengan dagunya, Zandar menunjuk kearah bangku yang sejak tadi ada didepannya. Dengan langkah lebar Zandar menyeret satu lagi bangku yang berada dipojokan dan diisi oleh gitarnya. Ia biasanya berlatih bermain gitar disana "Oya minum nih!" Pemuda itu memberikan jus dalam kemasan pada Hani ketika gadis itu sudah duduk dan mulai memandangi gitar Zandar, atensi Hani teralihkan pada tangan Zandar.

"Tangan lo kenapa?" Hani langsung mengambil jus yang tadinya Zandar pegang dan meletakkannya diatas meja, gadis itu langsung sibuk memperhatikan jari Zandar yang berbalutkan plester. "Lo gak lagi belajar masak kan?" Tanya Hani pelan dengan ekspresi aneh.

"Gue gak belajar masak kok!" Zandar menarik tangannya dan duduk diatas kursi yang tadinya ia geser, setelah terlebih dahulu mengambil gitar yang ada diatasnya lalu memangkunya "gue belajar main ini!" Pemuda itu mengetukkan kepalan tangannya pada bagian bawah gitarnya dengan senyuman bangga.

"Gue kok baru liat ya, orang yang belajar main gitar kayak mau belajar main lempar piso? Pake plester segala" Hani menyeruput jus-nya dengan ekspresi datar.

Senyuman dibibir Zandar otomatis terkembang saat pemuda itu menyadari bahwa suasana canggung yang ia perkirakan akan terjadi cukup lama sudah hilang, menguap entah kemana. Hani sendiri terlihat biasa - biasa saja, gadis itu sibuk memperhatikan sekitarnya sambil sesekali menyeruput jus kemasan yang selalau ada digenggaman tangannya.

Mungkin memang begitu, sikap kita akan menentukan seperti apa sikap lawan bicara kepada kita. Jika Zandar tetap diam dan menunggu Hani membuka mulut, mungkin mereka akan bertahan diam selama berpuluh puluh menit. Atau, jika Zandar berbicara dengan canggung, maka Hani akan ikut - ikutan canggung dan suasananya akan amat sangat aneh.

"Gue gak tau kenapa tangan gue bisa luka - luka cuman gara - gara senar gitar" Zandar mengangkat tangannya dan mulai memandangi jari - jemarinya yang ditutupi plester "padahal elo bedua kayaknya mudah bener make ini benda!" Zandar kembali mengetukkan kepalan tangannya diatas gitar, tapi kali ini diakhiri senyuman yang membuat Hani langsung ikut tersenyum.

"Kayaknya elo terlalu maksain tangan lo" gumam Hani pelan, diletakkannya jus kemasan yang sejak yadi ia pegang. Dengan penuh senyuman gadis itu menopang dagunya dan menatap Zandar "mangnya ada apaan sih sampe elo belajar mati - matian main gitar" salah satu alis Hani naik dan menatap Zandar penasaran.

"Gak ada apa - apa kok!" Zandar mulai memposisikan tubuhnya senyaman mungkin dengan gitarnya "kata Alvin lo suka liat orang main gitar, so gue belajar main gitar buat minta maaf sama elo"

Hani mengerjapkan matanya dan menatap Zandar dengan penuh kebingungan, "apa hubungannya coba minta maaf sama main gitar?"  Gadis itu menunjuk gitar yang ada dipangkuan Zandar . Kembali menimbulkan senyuman dibibir pemuda itu.

"Hubungannya?" Zandar mengangkat sebelah alisnya dengan senyuman yang lebih lebar "hubungannya adalah, gue pingin minta maaf sambil main gitar" .







.....





.....



.....

....









Haloooooooo.... update kok secuil (?) Banget yak!! Sorry... saya lagi kena demam goblin (telat) ... sebenernya temen saya udah punya itu drama pas baru - baru tamat (saya orangnya kan gak sabaran nunggu perminggu jadi nunggu lengkap dulu) tapi saya maunya nonton sehabis UN, tapi apalah daya ketika dia ngasih Flashdisk berisi goblin... #bhakk.. lumayan sih refreshing, saya kan rada stress, soalnya masa depan saya bergantung pada nilai UN nanti, masih ada UAMBN juga dan apalah - apalah itu.. saya stress ... buanyak apalan pulak..

Intinya otak saya udah fresh, dan mungkin masih bisa update dua atau tiga Chapter selama maret nanti (semoga ya) . Saya juga jadi ngefans berat sama Ahjussi ganteng (bhakkk) ada yang sehati?

Biodata Elang.

Nama : Elang Aerlangga

Panggilan : Elang, Angga

Tanggal lahir : 2 Februari 2000

Motto : hidup adalah pilihan, kau harus memilih untuk menentukan jalanmu.

Kebiasaan : gak punya , sering melakukan sesuatu berdasarkan mood

Apa yang disukai : kebersamaan dengan teman - teman.

apa yang dibenci : perpecah belahan meskipun gue sendiri yang memulainya.

Hobby : gak punya, apa yang mood aja, palingan olah raga.

Favorite Qoutes : cara termudah untuk mengetahui masa depan adalah dengan menciptakannya.

Tinggi : 175 cm.

Berat : 65 kg

Ada yang mau ngasih tambahan?


.....

Elang : gila lu thor! Masa ia bio gue kek gitu.

Author : saya gila? Kalo ia kamu yang lebih gila Lang! Orang gila kok kamu ajak bicara.

Elang : nah loh!!!...

INTROVERTWhere stories live. Discover now