CHAPTER 18 - [The Beginning]

Mulai dari awal
                                    

"Oh Se-hun, we need to talk!" teriaknya untuk menghentikan langkah lebar Se-hun.

Tanpa melirik ke arah Bruce sedikitpun, Se-hun berucap, "Tidak, Bruce! Kau tahu apa yang akan kukatakan tanpa perlu bertanya. Sampai kapanpun aku akan melindunginya, bahkan bila harus mempertaruhkan nyawa."

Memang dasar Se-hun keras kepala, ia tak pernah mendengarkan nasihat Bruce. "Aku tahu, tapi kau juga harus memikirkan keselamatanmu. Kau tidak harus mengorbankan diri untuk gadis itu."

Geli, Se-hun sangat geli mendengar Bruce berkata demikian. "Memikirkan diriku sendiri?" suaranya bergetar, sekelebat ingatan tentang masa lalu tiba-tiba menghampirinya. "Untuk apa aku memikirkan diriku jika pada kenyataannya aku telah dijual oleh orang tuaku sendiri? Untuk apa aku mempertahankan nyawa yang telah dibeli ini?"

Se-hun menyerah, ia akhirnya melirik sedikit ke belakang. "Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, khawatirkan saja dirimu. Karena mungkin bila aku kembali melakukan kesalahan dan mati, kau juga akan terseret di dalamnya."

"Apa yang sedang kulakukan sebenarnya?" Hee-ra mendecak. Beberapa waktu lalu, entah bagimana muncul ide gila untuk masuk ke kamar Se-hun dan membongkar tempat pribadi pria itu.

Ia duduk di ranjang Se-hun, kamar bernuansa hitam-putih tersebut memberikan kesan manly tersendiri. Dan percayalah, untuk seorang pria, kamar ini benar-benar rapi.

Pandangannya terfokus ke meja kerja, laci yang agak keluar dari tempatnya membuat Hee-ra tertarik dan mulai mendekatinya. Ditariknya laci tersebut sampai mendapati amplop bewarna coklat.

Rasa penasarannya kembali mencuat, dibukanya amplop milik Se-hun dan lihat! Kenapa Se-hun menyimpan foto seorang lelaki? Satu orang, tapi dengan gaya yang berbeda. Bukan Cuma itu, kalau tidak, salah pria di foto ini mirip dengan pengusaha yang mengadakan pesta waktu itu.

Jantungnya tiba-tiba berdebar tak beraturan, Hee-ra teringat saat tak sengaja melihat sosok pria yang mirip Se-hun di pesta. Kalau sudah seperti ini, mungkinkah orang yang dilihatnya memang Se-hun? Tapi untuk apa dia menyamar seperti itu? Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Se-hun? Dan kalau pria di pesta itu adalah Se-hun, lalu siapa gadis yang tengah bersamanya?

Merasa terlalu lama berpikir, Hee-ra tersadar ketika suara mobil Se-hun terdengar. Tunggu, pria itu sudah pulang? Sebaiknya Hee-ra segera mengembalikan amplop coklat ini ke tempat semula sebelum Se-hun menangkap basah perbuatannya.

Setelah mengembalikan amplop, Hee-ra buru-buru keluar dari kamar Se-hun dan berdiri di dekat sofa, menanti Se-hun untuk masuk ke rumah. Tidak butuh waktu lama, seperti perkiraannya, Se-hun membuka pintu dengan wajah lelah, jasnya disampirkan ke pundak, sementara tangan kirinya menyimpan kunci mobil ke saku.

"Kau... sudah pulang?" Bodoh! Apa yang kukatakan barusan? Bertanya sesuatu yang sudah jelas. Batinnya.

Tapi, rupanya Se-hun tidak mempermasalahkan. Ia mengangkat wajah dan langsung bertemu dengan tatapan Hee-ra. Saat itu pula, ada hal yang Hee-ra sadari. Tatapan Se-hun memang tak pernah bisa berbohong. Tatapan yang sama dari orang yang sedikit berbeda. Astaga, Hee-ra semakin yakin bahwa pria di pesta adalah Se-hun.

Tak ingin kelihatan mencurigakan, Se-hun segera berkedip dan membuang pandangan ke sisi lain. Meskipun begitu, ia tetap menjawab pertanyaan Hee-ra. "Ya, begitulah." Rasa gugup yang tiba-tiba muncul membuat Se-hun berusaha menyembunyikannya dengan menjilat lembut bibir bawahnya sendiri. "Aku mau mandi," tukasnya kemudian berjalan melewati Hee-ra.

"Aku..."

"Ya?"

Entah apa yang dipikirkan Se-hun, ia langsung berhenti dan menengok saat Hee-ra berkata 'aku'. Kedengarannya memang berlebihan bila merespon seseorang terlalu cepat, tapi Se-hun tak bisa menahan diri.

Salted Wound [Sehun - OC - Kai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang