Bab 6: Gubuk Penderitaan

Start from the beginning
                                    

"Setelah Ban Tayhiap meninggal, apakah Ti Siau Houya segera meninggalkan tempat itu bersama cewek cantiknya?"
"Keesokan harinya dia baru pergi"
"Selama berada di Pesanggrahan Botan Sanceng milik Hoa Suya, pemahkah ada orang yang menaksir cewek cantik itu?"
"Siapa yang berani menggoda ceweknya Ti Siau Houya?" jawab Pui Seng sejujumya, "sekalipun ada yang naksir, rasanya mereka tak akan berani bertindak"

Sebenarnya Nyo Cing merasa sudah tak ada pertanyaan lain yang bisa diajukan lagi, tapi pada saat itulah mendadak Pui Seng berkata."Bila kau menaruh curiga kalau guruku mati ditangan orang lain, maka dugaanmu itu keliru besar. Selama ini dia orang tua berjiwa besar dan tulus terhadap siapa pun, kecuali pernah sedikit berselisih paham dengan Cing Liong Pang, beliau tak pernah punya musuh lain"
Kelopak mata Nyo Cing segera menyusut kencang, sepasang kepalannya digenggam makin kencang.
"Sedikit berselisih paham? Pernah selisih paham soal apa?"

"Padahal bukan selisih paham yang kelewat besar, aku hanya secara kebetulan pernah dengar beliau berkata, Cing Liong Pang selalu ingin dia orang tua masuk menjadi anggotanya, tapi tawaran itu selalu dia tampik"
Setelah berhenti sejenak, kembali Pui Seng menambahkan:"Tapi selama ini pihak Cing Liong Pang belum pernah bentrok secara langsung dengan dia orang tua"

Nyo Cing berdiri termangu setengah harian lamanya disitu, kemudian Dia baru menjura seraya berkata,"Terima kasih, maaf, dan selamat tinggal"
"Apa maksudmu?" teriak Pui Seng sambil menghalangi jalan perginya.
"Terima kasih karena kau bersedia beritahu begitu banyak persoalan kepadaku, maaf karena aku telah mengganggu tidurmu, selamat tinggal artinya aku akan pergi dari sini"

"Kau tak boleh pergi! Sama sekali tak boleh!" tukas Pui Seng dengan wajah amat serius.
"Kenapa?"
"Karena kau telah mengganggu tidurku, sekarang aku sudah tak bisa tidur lagi, bagaimana pun, kau harus temani aku minum dua cawan sebelum boleh pergi dari sini"
Nyo Cing menghela napas panjang.
"Hai, selama dua hari belakangan hampir tiap hari aku hanya makan sayur asin plus kueh keras, mulutku sudah pahit semua rasanya, terus terang aku memang ingin makan lebih enak"

Setelah menghela napas kembali terusnya,"Sayang ada orang yang pasti menampik"
"Siapa yang menampik?"
"Orang yang bersembunyi di belakang pohon itu"
"Kau takut dengannya?"
"Sedikif' jawab Nyo Cing, "bahkan mungkin tidak sedikit "
"Kenapa kau takut dengannya? Dia itu apamu?" teriak Pui Seng tidak puas.
"Dia bukan siapa siapa, hanya biniku"
Secara khusus dia menjelaskan lagi: "Bini artinya istri"

Gantian Pui Seng yang termangu sampai setengah harian lamanya, tiba tiba dia pun menjura seraya berkata, "Terima kasih, maaf, selamat tinggal"
"Apa maksudmu?" Nyo Cing segera menegur.
"Terima kasih karena kau bersedia beritahu kepadaku tentang masalah yang memalukan ini, maaf karena aku lebih suka tak dapat tidur ketimbang memaksa orang yang takut bini menemani aku minum" Tak tahan Pui Seng tertawa tergelak, kemudian tambahnya, "selamat tinggal artinya persilahkan kau pergi dari sini!"

Nyo Cing ikut tertawa tergelak.
Selama berapa hari terakhir, baru kali ini dia tertawa lepas, tertawa yang muncul dari sanubarinya!
0-0-0

Malam sudah makin larut, suasana di Pesanggrahan Teng Gwe Siau Ciok masih amat riuh, karena satu gentong arak Li Ji Ang nyaris habis diminum orang orang itu.
Rencana berjalan sukses, seratus delapan puluh taksa tahil perak sudah tersimpan aman dalam gudang keluarga Ti, sementara Nyo Cing bakal mampus diujung pedang milik Lan Toa Sianseng.
Semua orang merasa sangat gembira.

Hanya Ti Cing Ling yang berbeda, seolah olah tak ada kejadian lain yang bisa merangsang den menggembirakan hatinya lagi di dunia ini.
Sebelum satu gentong arak habis ditenggak, kembali dia bertanya kepada Ong Ceng Hui,"Kau yakin Lan Toa Sianseng pasti dapat menemukan Nyo Cing?"
"Pasti"
"Darimana kau bisa mengetahui jejak Nyo Cing?"

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongWhere stories live. Discover now