Bab 6: Gubuk Penderitaan

238 9 0
                                    

Koai To (Golok Cepat) telah terbangun dari tidurnya, ketika Nyo Cing mulai menggedor pintu rumahnya, dia telah mendusin.

Tapi dia tidak segera membukakan pintu.

Golok berada di bawah bantalnya, pelan-pelan dia pencet tombol pengunci pada sarung goloknya, pelan-pelan dia mencabut keluar senjatanya, dengan kaki telanjang dia melompat turun dari ranjang kemudian melesat keluar melalui daun jendela, melompati pagar dinding dibelakang rumah dan berputar ke pintu depan.

Seseorang yang belum pemah dijumpai sebelumnya sedang menggedor pintu rumahnya, sementara dibelakang sebatang pohon besar, belasan depa dari rumahnya bersembunyi seseorang.

Dia tak tahu apa maksud kedatangan ke dua orang itu, bila ingin berbuat sesuatu yang merugikan, tidak seharusnya dia gedor pintu sekeras itu.
Tentu saja teori ini sangat dipahami, namun dia tak mau ambil resiko.
Dia putuskan untuk menghadiahkan sebuah bacokan lebih dulu kepada orang itu, sekalipun salah membacok, paling tidak lebih baik ketimbang kena bacokan orang.
Memang begitulah jalan pikiran orang persilatan, karena mereka pun perlu untuk mempertahankan hidup.
Bukan peke jean yang mudah bagi orang persilatan untuk mempertahankan hidup.

Nyo Cing masih menggedor pintu, dia percaya mustahil penghuni rumah itu tidur seperti orang mati dia pun tahu si "Golok Cepat" adalah murid kesayangan Ban Tayhiap. Tapi bacokan dari Pui Seng kali ini meleset.
Baru saja cahaya golok berkilauan, Nyo Cing sudah berjumpalitan sambil melompat mundur dari situ.

Biar serangan golok itu cepat, reaksi Nyo Cing jauh lebih cepat, bahkan menggunakan cara tercepat dan paling langsung dia membuktikan identitas sendiri.
Dia keluarkan surat tugas yang dikeluarkan kantor pengadilan setempat yang ditujukan ke seluruh pejabat di seluruh propinsi.
Pui Seng tercengang bercampur kaget.


"Tak disangka kau benar seorang opas" katanya, "tak nyana diantara kuku garuda kerajaan masih terdapat seorang jagoan yang berilmu tinggi macam kau"
Nyo Cing tertawa getir."Coba kalau bacokanmu tadi mengenai batok kepalaku, apa jadinya?"
"Pasti akan kugalikan sebuah liang untuk menguburmu" jawab Pui Seng jujur, "kemudian akan sekalian kukubur temanmu yang masih bersembunyi di belakang pohon, siapa suruh kau menggedor pintu rumahku tengah malam buta begini"

Pui Seng seorang yang jujur den berterus terang, karena itu Nyo Cing pun memberitahu maksudnya secara terus terang:"Aku mencarimu karena ingin bertanya sesuatu, sebetulnya bagaimana kematian Ban Tayhiap?"
"Mungkin lantaran minum arak kelewat banyak" sahut Pui Seng sedih, "usianya sudah lanjut, kondisi badannya makin lemah, tapi dalam soal minum arak, dia tak pemah mau mengaku kalah"
"Konon dia meninggal sewaktu kencing? Kenapa kalian tak ada yang mengikuti dan mengawalnya?"
"Karena setiap kali minum terlalu banyak, dia pasti akan tumpah, dia tak mau orang lain melihatnya ketika tumpah"
"Dia selalu begitu?"

"Yaa, selama puluhan tahun dia selalu begitu" kembali Pui Seng menghela napas panjang, "setiap kali membujuknya agar tidak banyak minum, dia akan mengumpat dan mencaci maki kami semua."
"Apakah banyak orang yang mengetahui kebiasaan itu?"
"Ranya sih banyak"
"Banyak tidak tamu yang diundang Hoa Suya malam itu?"
"Biarpun tamunya banyak, tapi hanya beberapa orang yang diundang Hoa Suya pesta di kebun belakang"
"Siapa saja?"

"Selain kami, rasanya hanya Congpiautau dari Tionggoan Piaukiok, Ong Ceng Hui serta Ti Cing Ling, Ti Siau Houya"
Setelah berhenti sejenak, tambahnya,"Yang lain aku kurang begitu jelas"
"Ketika Ban Tayhiap pergi ke kamar kecil, Ong Congpiautau dan Ti Siau Houya berada dimana?"
"Ong Congpiautau masih ditempat, sedang Ti Siau Houya sudah memboyong ceweknya kembali ke kamar"

Nyo Cing kembali merasakan detak jantungnya berdebur keras. tapi dia segera mengepal tinjunya untuk mengendalikan diri, kembali dia bertanya:"Apakah pernah terjadi perselisihan paham antara Ban Tayhiap dengan Ti Cing Ling?"
"Tidak pernah" jawab Pui Seng tanpa berpikir panjang, "bukan saja tak ada perselisihan paham, dia malah menaruh kesan yang sangat baik terhadapnya„ Ti Siau Houya telah menghadiahkan seekor kuda mestika yang mahal harganya kepada Ban Tayhiap"

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang