Bab 5: Sembilan Ratus Kati Beras

234 9 0
                                    

Kuku jari tangan itu dicat merah dengan cairan bunga Hong Sian Hoa yang disuling secara khusus, warna merahnya amat cerah dan menyala.

Namun, begitu melihat kuku tangan itu, paras muka Lu Siok Bun segera berubah jadi pucat pias bagai mayat.

Dia rampas kuku itu dari tangan Nyo Cing, kemudian mengamatinya sampai lama sekali dibawah cahaya lentera yang baru saja disulutnya.

Tiba tiba tangannya gemetar keras, sekujur badannya ikut gemetar, dia putar badan dan bertanya kepada pemuda itu, "Darimana kau dapatkan benda ini?"

"Dari kereta milik Ti Cing Ling, benda itu benda di sela-sela karpet yang melapisi permukaan kereta."

Belum selesai dia bicara, air mata Lu Siok Bun telah jatuh bercucuran bagai hujan gerimis.
"Si Si sudah mati" katanya dengan air mata meleleh keluar, "sejak awal sudah kuduga, dia pasti mati ditangan Ti Cing Ling"
"Kenapa kau begitu yakin?"
"Kuku ini milik Si Si, cat merah dari cairan Hong Sian Hoa itu pemberianku, aku masih dapat mengenalinya" kata Lu Siok Bun sambil menangis, "Si Si selalu memelihara kukunya dengan baik, kalau tidak terjadi apa apa, mana mungkin kukunya bisa terputus dan tertinggal di kereta Ti Cing Ling?"

Paras muka Nyo Cing mulai memucat, pucat seperti wajah perempuan itu.
"Seorang Ielaki bangsawan macam Ti Siau Hou, kenapa begitu tega membunuh seorang wanita yang patut dikasihani seperti Si Si?" gumamnya lirih, "apakah lantaran ada rahasia besar yang telah diketahui oleh Si Si? Dengan status serta kedudukannya di dalam dunia persilatan, tidak seharusnya dia punya rahasia yang memalukan"

Sesudah menghela napas, lanjutnya,"Tapi seandamya dia benar benar telah membunuh Si Si, kita pun tak bisa berbuat apa apa"
"Kenapa?" tangis Lu Siok Bun semakin menjadi.
"Karena kita tak punya bukti, tak punya saksi"

"Kau harus bantu aku selidiki kasus ini hingga tunas" pinta Lu Siok Bun sambil menggenggam tangan Nyo Cing erat-erat, "aku mohon, kau harus bantu aku mengungkap tabir kematiannya"
Tangannya amat dingin begaikan es, tangan Nyo Cing juga lebih dingin dari salju.
"Sebenarnya selama ini aku hanya curiga" kata Nyo Cing 'tetapi sekarang, aku betul-betul sudah mengerti"
"Apa yang kau curigai? Apa yang kau pahami?"

"Semalam Lian Kou mati tenggelam dalam sumur. Dia adalah seorang gadis yang saleh dan baik hati, tak akan ada yang membunuh karena dendam, bahkan orang tua nya pun mengira dia mati lantaran bunuh diri, tapi aku tetap curiga, karena waktu itu dia sedang merawatku, tak mungkin disaat aku sedang sakit parah, dia terjun ke sumur bunuh diri"

Setelah berhenti sejenak, tambahnya,"Biarpun waktu itu keadaanku tidak baik, tapi lamat lamat aku sempat mendengar jeritan kesakitannya yang memilukan hati."
Bila seseorang hendak menghabisi nyawa sendiri, tak mungkin dia akan mengeluarkan jeritan yang begitu ngeri dan menyayat hati.
"Jadi kau menganggap dia mati lantaran dibunuh?" tanya Lu Siok Bun.
"Benar"
"Tapi siapa yang begitu tega membantai gadis sesaleh dan sebaik itu?"
"Seseorang yang sebetulnya ingin membunuhmu" sahut Nyo Cing dengan suara penuh amarah, kebencian dan rasa dendam yang membara, "dia tahu kau berada di rumahku, maka ketika melihat Lian Koh keluar dari kamarku, dia mengira Lian Koh sebagai dirimu"

"Mengapa dia hendak membunuhku?"
"Karena kau telah mencurigai Ti Cing Ling" jawab Nyo Cing.
"Karena itu kau tak boleh tetap tinggal disini, sebab Ti Cing Ling pasti tak akan biarkan kau hidup, sekali gagal membunuhmu, pasti ada kedua kali dan, ketiga kalinnya..."

Ditatapnya wajah Lu Siok Bun lekat lekat, kemudian tambahnya, "Kau harus pergi bersamaku, tinggalkan segala sesuatu yang ada disini dan pergi bersamaku, aku tak boleh membiarlcan siapa pun mencelaki jiwamu"
Sorot matanya begitu serius dan penuh permohonan, menandakan betapa tulus dan mendalamnya perasaan cinta terhadapnya.

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongWhere stories live. Discover now