Bab 3

421 8 0
                                    

Coh Hou mengepal tinju, katanya, "Ya, sakit hati ini harus kubalas."

"Kalau begitu kau cari saja orang berpakaian biru tua yang duduk di sana itu," Kim-jio-ji menganjurkan.

Coh Hou berkata, "Bukan dia yang main pukul, mengapa kita harus membuat perhitungan dengan dia?"

Tawar suara Kim-jio-ji, "Kalau kalian ingin mampus, lebih baik lekas mati, bila kalian cari perkara padanya, kutanggung kalian akan mati lebih cepat."

Tersirap darah Coh Hou, tanyanya, "Siapakah dia?"

Kim-jio-ji menyeringai dingin, "Dia bukan orang luar biasa, dia hanya seorang Piausu, pelindung barang hantaran, namanya Teng Ting-hou."

Berubah rona muka Coh Hou. Demikian pula air muka belasan orang itupun menjadi pucat.

Betapa tenar dan cemerlang nama julukan Sin-kun-siau-cu-kat, sudah tentu mereka pernah mengenal atau mendengarnya.

Beberapa tahun belakangan, nama besar Kay-hoa-ngo-coan-ki benar-benar menggetar dunia persilatan, kekuatan mereka berkembang dan melebar makin luas, kalau ada orang berani mengusik mereka, berarti menepuk lalat di kepala harimau. Maka kawanan orang-orang Kang-ouw yang kasar berangasan, petingkah dan menepuk dada tadi, kini kuncup nyalinya, semua berdiri lesu seperti balon yang kehabisan angin.

Jangan kata menoleh, melirik pun tidak, Kim-jio-ji tak menghiraukan mereka lagi, dia maju beberapa langkah menjura kepadaTeng Ting-hou.

Teng Ting-hou berkata, "Sekali berpisah, sekian tahun telah berlalu, sungguh tak nyana Ji-heng masih ingat padaku, hanya saja bila kelak ada orang ingin mati, jangan Ji-heng suruh mereka mencariku." Dengan tersenyum dia menambahkan, "Aku berani tanggung, bila seorang ingin lekas mati, daripada mencariku, lebih baik mencari dan minta tolong kepada dua saudara ini."

"Siapakah kedua saudara ini......." tanya Kim-jio-ji.

"Aku she Ting, bernama Si," Ting Si memperkenalkan diri.

Beberapa kali Kim-jio-ji mengawasinya dengan cermat, tanyanya, "Jadi kau inilah Ting Si yang menyenangkan orang itu."

Ting Si tertawa lebar, katanya, "Kadang kaia juga di namakan Ting Si yang menyebalkan."

"Kalau betul saudara adalan Ting Si, maka saudara ini tentu Siau Ma alias si Kuda Binal," sembari bicara dia menoleh ke arah Siau Ma, ternyata Siau Ma tidak peduli kepadanya.

Kecuali gadis yang minum teh itu, hakikatnya Siau Ma tidak peduii kepada orang lain.

Seketika masam rona muka Kim-jio-ji.

Segera Teng Ting-hou berkata, "Kabarnya Ji-heng akan berduel dengan Pa-ong-jio di sini?"

"Bukan aku yang menantang dia, tapi aku yang diundang kemari," sahut Kim-jio-ji.

Teng Ting-hou mengerut kening, katanya, "Dia menantangmu?"

Kim-jio-ji tertawa dingin, katanya, "Teng-heng mung-kin berpendapat aku tidak setimpal melawannya, aku tahu bukan tandingannya, tapi kalau dia menantangku, apakah aku harus menyerah tanpa bertanding?"

Rona mukanya menampilkan mimik ganjil, lalu melanjutkan, "Seorang jago yang bergaman tombak, bila dia mati di bawah Pa-ong-jio, bukankah hidupnya takkan sia-sia? Kurasa mati pun patut dibuat bangga."

"Bagus," seru Ting Si mengacungkan jempol. "Kau memang gagah."

Kim-jio-ji menatapnya lekat, pandangannya penuh selidik, lama kelamaan sinar matanya yang dingin berubah hangat, katanya pelahan, "Jago silat yang berkecimpung di kalangan Kangouw, adalah pantas kalau dia mati oleh golok, pedang atau tombak, mayatnya cukup dibungkus tikar, dikebumikan ala kadarnya."

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongWhere stories live. Discover now