Bab 8

287 9 0
                                    

Mendadak Siau Ma berseru lantang, "Kenapa kau bersikap begini?"

"Begini bagaimana?"

"Kau dapat mencegah mereka, mempertahankan mereka, tapi kau sengaja membiarkan mereka hancur, kau tahu mereka tak mampu mengalahkan aku."

Cu Ngo Thay-ya diam saja. Setelah Wanyan bersaudara gagal memukul Siau Ma dan malah tinju mereka beradu sendiri, bahwasanya ia sudah tahu bahwa kakak beradik raksasa ini hakikatnya bukan tandingan Siau Ma.

"Betul tidak, kau sengaja ingin menghancurkan mereka?"

Dingin suara Cu Ngo Thay-ya, "Mereka sudah tidak berguna, kenapa harus dipertahankan, biar hancur juga tidak jadi soal."

Gemas Siau Ma dibuatnya, ingin rasanya menerjang ke sana dan memukul ringsek hidungnya. Tapi Siau Ma sadar, meski hati panas, kepala tetap dingin, aksinya hari ini menanggung beban beberapa jiwa orang, kalau hanya dia seorang diri, Siau Ma berani berbuat apa saja mesti harus mempertaruhkan jiwa raga, tapi saat ini ia tidak boleh bertindak gegabah.

Cu Ngo Thay-ya berkata, "Tadi sebetulnya mereka mampu menghancurkan engkau."

Siau Ma tidak menyangkal.

"Perbedaan kalah menang hanya sekejap mata, terus terang tidak kuduga kau menggunakan cara yang berani dan jurus yang begitu berbahaya."

"Dalam keadaan kepepet demi mempertahankan hidup, seorang akan berusaha melakukan sesuatu yang berbahaya."

"Besar benar nyalimu."

"Sudah biasa, nyaliku memang tidak kecil."

Lama Cu Ngo Thay-ya berdiam diri, di tengah keheningan itu berkumandang suaranya yang bergema, "Duduk!"

Maka Siau Ma duduk.

Waktu Siau Ma membalik dan duduk di kursinya, baru ia tahu Wanyan bersaudara entah sejak kapan sudah tidak kelihatan lagi, entah pergi kemana, noda darah yang berceceran di lantai juga sudah dibersihkan.

Anak buah Cu Ngo Thay-ya serba cekatan dan selalu beres melakukan tugas, mereka bekerja secara reflek, tanpa perintah tapi cepat.

Siau Ma menunggu cukup lama di tempat duduknya, terdengar Cu Ngo Thay-ya berkata lagi, "Kusuruh kau duduk lagi bukan karena perbuatanmu yang dulu terpuji, tetapi untuk menghargai sepasang tinjumu."

"Aku maklum."

"Kau boleh duduk di sini, belum tentu kau dapat mempertahankan hidupmu."

"Agaknya kau masih segan menerima sepasang tinjuku?"

"Barusan sudah kusaksikan, sepasang tinjumu memang gaman yang ampuh dan berguna untuk membunuh orang."

"Terima kasih."

"Di medan laga, gaman untuk membunuh orang, jadi belum tentu gaman itu merupakan kawan setia," suaranya kalem, "air dapat membuat kapal terapung, tapi air juga bisa membuat kapal tenggelam. Kalau aku menyimpan gaman yang dapat membunuh orang, apalagi masih harus disangsikan apakah gaman itu setia dan tunduk padaku, apakah kehadirannya di sampingku tidak berbahaya?"

"Cekak-aos saja, apa kehendakmu? Cara bagaimana aku harus meyakinkan dirimu untuk percaya kepadaku?"

"Paling tidak aku perlu waktu untuk mempertimbangkannya."

"Sudah tak ada waktu lagi, tak usah kau pertimbangkan lagi."

"Kenapa tidak perlu pertimbangan?"

"Kau perlu waktu mempertimbangkan, sebaliknya waktuku amat mendesak, kalau kau tak mau membantu, biar aku keluar saja."

"Apa kau bisa keluar dari sini?"

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongWhere stories live. Discover now