Bab 5: Sembilan Ratus Kati Beras

Start from the beginning
                                    

Lu Siok Bun segera menyeka kering air matanya, setelah mengambil keputusan dia menyahut.
'Baik, aku pergi bersamamu, terserah mau pergi ke mana pun, aku akan selalu menguntilmu"
PerasaanNyo Cing terasa hancur lebur.
Parasaan cinta yang merasuk hingga ke tuIang sumsum, sama menghancur Ieburkan perasaan hati seseorang persis seperti sebuah penderitaan, entah bagaimana yang terjadi, tahu tahu ke dua orang itu telah saling berpelukan dengan mesrahnya
Baru pertama kali ini mereka berpelukan dengan mesrah.

Semacam tenaga tekanan yang datang dari Iuar, seringkali dapat menghancurkan "sekat" yang memisahkan dua orang lawan jenis yang sesungguhnya saling mencintai namun karena sesuatu hal tak bisa saling mencurahkan perasaan hatinya, tapi begitu sekat tersebut hilang, perasaan mereka berdua justru tumbuh dan berkembang semakin mendalam.

Dalam waktu singkat, mereka seolah-olah sudah melupakan segala sesuatunya, melupakan semua kegundahan, penderitaan, kebencian sera perasaan sedih yang Iuar biasa.
Keadaan seperti ini tidak berlangsung tertalu lama.
Pada saat itulah, tiba tiba terdengar seseorang mengetuk pintu.
Seorang bocah lelaki berusia 12-13 tahunan yang berwajah putih bersih, tampan dan polos telah berdiri di depan pintu, dengan sikap yang amat hormat dia menjura kepada Lu Siok Bun yang sedang membukakan pintu.
"Aka datang mencari seorang nona yang bemama Ji Giok"
"Akulah Ji Giok" sahut Lu Siok Bun, "ada urusan apa mencari aku?"

Seandainya tidak berada datam situasi seperti itu, mungkin saja dia sudah tartawa lantaran geli, selama ini banyak sekali lelaki dari pelbagai jenis lapisan masyarakat datang mencarinya, mulai dari yang muda hingga kakek berusia tujuh-delapan puluh tahunan, tapi beIum pernah ada bocah sekecil itu datang mencarinya.

Mimpi pun dia tak menyangka bocah itu datang bukan untuk mencarinya, melainkan hendak mencabut nyawanya.
"Aku bernama Siau Yap Cu" bocah lelaki itu memperkenaIkan diri sambil tertawa cekikikan, "banyak orang bilang nona Giok selain pintar juga amat cantik, ternyata mereka tidak membohongi aku"

Ketika memperkenalkan namanya tadi, diam-diam dia telah meloloskan sebilah pisau tajam, sebilah pisau yang belum pernah meleset bila digunakan untuk membunuh seseorang.
Tapi kali ini dia meleset.

Baru saja pisaunya di tusukkan ke atas, mendadak terdengar suara membentak gusar sambil menyerbu ke depan.
Sebuah tonjokan tinju yang keras langsung menohok biji tenggorokannya.
Seorang bocah kecil yang baru berumur tiga belas tahu, mana mungkin mempunyai biji tenggorokan?

Sebaliknya Siau Yap Cu sendiri pun tidak mengira kalau dari dalam rumah kediaman seorang pelacur bisa muncul seorang lelaki dengan serangan yang begitu cepat lagi kuat.
Tapi dia tak sampai gugup, dia pun tidak dibuat kalut oleh tonjokan maut itu.
Dia datang khusus untuk membunuh orang, karena itu biarpun dalam keadaan dan situasi perubahan seperti apa pun, dia tetap harus laksanakan tugas tersebut.
Sebagai seorang pembunuh yang terlatih, tentu saja dia tak melupakan wejangan itu.
Badannya berputar bagai gangsingan, begitu lolos dari sodokkan tinju Nyo Cing, dia berbalik tangan menusuk belakang tengkuk Lu Siok Bun.

Kali ini babatan pisaunya tidak me1eset, diantara kilatan cahaya senjata mata pisau sudah menembusi daging seseorang, daging bagian bawah bahu.
Bukan bahu miIik Ji Giok, tapi bahu itu miIik Nyo Cing.
Tiba-tiba saja Nyo Cing menerjang maju ke depan, menyambut datangnya tusukan pisau itu dengan bahunya kemudian menarik otot dan dagingnya kuat kuat.

Mata pisau seketika terjerumus ke dalam daging badan yang lebih keras daripada baja. Siau Yap Cu terkejut bercampur girang, dia tidak tahu apakah serangan itu berhasil atau tidak karena selama ini belum pernah menjumpai situasi macam begini.
Pada saat itulah telapak tangan Nyo Cing yang kuat bagai besi sudah membabat persis diatas tenggorokannya.
Sepasang biji matanya melotot keluar bulat-bulat, memandang Nyo Cing dengan perasaan terkesiap.
Menyusul kemudian tubuhnya roboh terkuiai ke tanah, roboh untuk selama-lamanya.

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongWhere stories live. Discover now