"Akan kucoba."

Tiba-tiba Cu Ngo Thay-ya tertawa, "Kenapa tergesa-gesa, apa kau tidak perlu menunggu temanmu? Nah, tengoklah dulu keadaan temanmu, belum terlambat kalau kau ingin pergi."

Kaku dingin sekujur badan Siau Ma, perasaan pun membeku. Kawan-kawannya ada di sini?

Maka Siau Ma bertanya, "Siapa yang harus kulihat?"

Tawar suara Cu Ngo Thay-ya, "Kecuali dirimu, ada seorang lain juga ingin menemui aku dengan maksud yang sama seperti engkau, ingin memberi kado kepadaku?"

"Siapa dia? Kado apa yang ingin diberikan kepadamu?"

"Sebilah pedang."

"Siang Bu-gi maksudmu?" teriak Siau Ma.

"Betul."

"Dia juga ada di sini?"

"Kedatangannya lebih dini darimu, tapi aku menerimamu lebih dulu, aku tahu kau tidak pandai membual."

Siau Ma melenggong.

"Duduk," kembali Cu Ngo Thay-ya menyuruhnya duduk.

Terpaksa Siau Ma duduk pula. Kalau Siang Bu-gi juga di tempat ini, mana boleh ia pergi? Mendadak Siau Ma sadar bahwa dirinya sudah tercengkeram di tangan orang, dalam posisi seperti dirinya, kecuali menyerah tiada jalan lain yang dapat ia pilih.

Ketika suara tabur berkumandang, pintu besar pelan-pelan terbuka.

Siang Bu-gi sudah berada di luar pintu, wajahnya berkeriput, kelihatan lebih tua sepuluh tahun.

Selama semalam ini entah apa yang dialaminya? Kesulitan apa yang dihadapinya? Betapa bahaya yang mengancam jiwanya?

Dalam keadaan bahaya di tempat ini, mendadak melihat Siang Bu-gi, kawan seperjuangannya, Siau Ma bagai melihat sanak kadang yang sudah lama tidak bertemu di rantau, entah bagaimana perasaan hatinya?

Siau Ma menatapnya, hampir saja tak kuasa menahan linangan air mata.

Sebaliknya Siang Bu-gi tetap bersikap dingin, tak acuh, menyapa dengan suara tawar, "Kau pun di sini?"

"Ya, aku di sini," hambar suara Siau Ma.

"Baik-baik saja kau?"

"Tetap segar."

Perlahan Siang Bu-gi beranjak masuk, setiba dalam pendopo ia mengancing rapat mulutnya, jangan kata bicara, melirik pun tidak kepada Siau Ma.

Terpaksa Siau Ma juga bungkam. Dia tahu watak Siang Bu-gi, temannya ini mirip batu bara, kelihatannya dingin, hitam dan keras, tetapi menyala dan membara, maka dia akan menyala dan berkobar lebih besar dan panas dibanding kayu atau arang, lebih hebat lagi, suhu panasnya dapat bertahan cukup lama.

Di saat dia menyala, cahayanya mungkin tidak seterang obor, tapi secara nyata, suhu panasnya dapat membuat orang yang kedinginan merasa hangat.

Kini Siang Bu-gi juga ada di sini, entah bagaimana dengan yang lain? Disekap dalam bahaya dan kedinginan atau dalam keadaan aman dan hangat?

Siang Bu-gi berdiri menghadap ke arah kerai mutiara, dalam jarak tertentu ia berhenti dan tidak maju lagi, biasanya Siang Bu-gi memang lebih tabah daripada orang lain.

Orang yang bercokol di balik kerai itu tidak kelihatan bergerak, tetap duduk di tempatnya, seumpama patung malaikat yang dipuja orang dan membiarkan orang-orang yang memujanya berubah sujud kepadanya.

Siang Bu-gi berdiri diam dan tenang, sabar menunggu orang bicara.

Betul juga, mendadak Cu Ngo Thay-ya bertanya, "Kau dapat membunuh orang?"

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang