"Kami harap kau mau ikut kami sebentar," kata salah seorang.
Siau Ma menghela napas, kelihatannya dia amat kecewa.
Enam orang itu juga bersikap kecewa, seorang yang berdiri di kanan mengeluarkan selembar kain hitam, katanya, "Kau tahu kami bukan orang-orang yang takut berkelahi, soalnya majikan ingin bertemu dengan kau, tugas kami membawamu pulang dalam keadaan segar bugar, jikalau lenganmu putus atau pahamu buntung, majikan kami tentu kurang senang."

"Siapa majikan kalian?" tanya Siau Ma.
"Setelah berhadapan, tentu kau tahu siapa beliau," sahut seorang laki-laki.
"Kain hitam ini untuk apa?" tanya Siau Ma.
"Kain hitam untuk menutup mata."
"Menutup mata siapa?" tanya Siau Ma pula.
"Sudah tentu menutup matamu."
"Supaya aku tidak tahu kemana kalian membawaku?"
"Agaknya kau sudah pintar."
"Kalau aku tidak mau ikut?"

Orang-orang itu menyeringai bersama, seorang di antaranya membalik tubuh, tinjunya menggenjot sebuah balok batu peranti mengikat kendali kuda di pinggir jalan. "Duk" balok batu sebesar paha itu dipukulnya patah menjadi dua.
"Wah, hebat, lihai sekali," teriak Siau Ma.
Laki-laki itu mengelus tinjunya, katanya congkak, "Kalau kau tahu betapa lihai tinjuku, maka ikutlah kami pulang."
"Tanganmu tidak sakit?" tanya Siau Ma. Sikapnya amat prihatin, sehingga laki-laki itu lebih bangga.

Seorang laki-laki lain, mendadak mendekam, kaki pun menyapu, balok batu yang terpendam hampir dua kaki itu seperti dicabut dan dilempar begitu saja oleh kakinya yang menyapu dengan kuat.
Siau Ma lebih kaget, teriaknya, "Kakimu tidak sakit?"
Laki-laki itu berkata, "Kalau kau tidak mau ikut kami, kalau kaki tangan tidak patah, tubuhmu akan babak belur!"

"Bagus sekali," seru Siau Ma.
"Apa maksudnya bagus sekali?" tanya laki-laki itu.
"Maksudnya, sekarang aku akan ajak kalian berkelahi," sahut Siau Ma.

Baru saja mulut bicara, tinjunya lantas menggenjot hancur hidung seorang, sekali tampar pula dia bikin telinga seorang menjadi tuli, begitu sikutnya menyodok, lima tulang rusuk orang di belakangnya patah, sekali kaki menendang, seorang dibuatnya mencelat ke udara, seorang lagi selangkangannya kena sepak, kontan dia menungging sambil mendekap anunya, air mata, liur dan keringat dingin bertetesan, tubuhnya basah kuyup, celananya pun basah dan bau pesing.
Lima dari enam orang roboh tak berkutik hanya dalam segebrak, tinggal seorang saja yang berdiri di hadapannya, tubuh orang inipun basah oleh keringat dingin.
Siau Ma memandangnya kalem, katanya, "Sekarang kalian masih ingin memaksa aku ikut kalian?"

Laki-laki yang masih utuh ini segera geleng kepala, geleng sekuatnya dan tidak berhenti kalau Siau Ma tidak segera bersuara lagi.
"Bagus sekali," ucap Siau Ma.
Laki-laki itu tak berani bersuara.
"Kenapa tidak kau tanya apa maksud 'bagus sekali'?"
"Aku ... Siaujin ...."
"Kau tidak berani bertanya?"

Laki-laki itu manggut-manggut, manggut-manggut ketakutan.
Siau Ma menarik muka, mata pun melotot, katanya, "Tidak berani tanya, kalau tidak tanya kuhajar kau."
Laki-laki itu mengeraskan kepala, mulutnya tergagap, bibir gemetar, "Apa maksudnya bagus sekali?"
Siau Ma tertawa lebar, katanya riang, "Maksudnya aku mau ikut kalian." Segera ia ulur tangan membuka pintu siap naik kereta, namun mendadak ia berpaling, "Bawa kemari."

Laki-laki itu berjingkrak kaget, serunya,"Apa ... bawa apa?"
"Bawa kain hitam itu kemari, untuk menutup mataku."
Tersipu laki-laki itu menutup matanya dengan kain hitam.
"Bukan menutup matamu, menutup mataku," seru Siau Ma.
Laki-laki itu mengawasinya terbelalak, bingung tidak mengerti, apakah laki-laki ini edan atau sinting, sedang mabuk atau mengigau?
Siau Ma tidak sabar, dia rebut kain hitam itu menutup mata sendiri, lalu melompat ke kabin kereta dan duduk di atas sofa yang empuk sambil menghela napas lega, katanya, "Menutup mata dengan kain hitam, ternyata lebih nyaman lagi nikmat."

* * *

Siau Ma tidak gila, juga tidak mabuk.
Kalau seorang memaksa dia melakukan sesuatu yang tak ingin dia lakukan, umpama menusuk bolong delapan lubang di badannya pun akan ditolaknya dengan tegas. Selama hidup, dia senang melakukan apa yang ingin dia lakukan, rela melakukan, tidak mau dipaksa.

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongWhere stories live. Discover now