Siapa dan bagaimana asal-usul pemuda ini? Pek-li Tiang-ceng menatapnya penuh perhatian, tiba-tiba tangannya bergerak menyerang, gerak serangan yang lamban saja, seumpama hembusan angin sepoi yang dapat menenteramkan gelombang pasang di lautan teduh. Bagai aliran air terjun yang mengalir dari bukit yang tinggi, takkan putus meski dipotong dengan apa saja.

Pek-ti Tiang-ceng salah perhitungan, bukan golok baja yang dia hadapi, bukan gelombang pasang di lautan teduh, seluruh tenaga yang dia salurkan untuk menyerang hakikatnya tidak bermanfaat sama sekali.

Pek-li Tiang-ceng terbelalak, kaget dan tercengang, matanya terbeliak, gaya pukulan segera berubah, dari lembut dan lunak berubah keras dan kuat, kalau tadi lamban, kini berganti cepat, gerak tangannya menerbitkan deru angin kencang.

Reaksi Ting Si ternyata ikut berubah.

Terasa oleh Teng Ting-hou yang mundur ke samping, permainan ilmu silat kedua orang tua dan muda ini hakikatnya sama, mirip satu dengan yang lain. Seolah ada satu titik persamaan di antara kedua orang yang berbeda umur dan perawakan ini. Agaknya Pek-li Tiang-ceng sendiri juga sudah merasakan dan menyadari hal ini, begitu tinjunya menjotos, mendadak dia mundur dua langkah.

Ternyata Ting Si juga menghentikan gerakannya, tidak menyerang lebih lanjut.

Pek-li Tiang-ceng menatapnya sekian lama, lalu bertanya dengan nada tinggi, "Siapa yang mengajarkan ilmu silat kepadamu?"

"Tiada orang yang mengajarkan ilmu silat kepadaku," sahut Ting Si kaku.

"Lalu darimana kau memperoleh ilmu silat tadi?"

"Masa kau tak tahu? Apa benar kau tak tahu?" sikap dan mimik Ting Si agak aneh, suaranya juga ganjil, seperti merasa duka dan kecewa, amat menderita lahir batin.

Ternyata sikap dan rona muka Pek-li Tiang-ceng juga berubah aneh, hulu hatinya seperti ditusuk sembilu, entah mengapa mendadak badannya bergetar, dalam waktu singkat, kekuatan dan semangatnya seperti luluh dan buyar, lidahnya menjadi kelu, sepatah kata pun tak terucapkan lagi. Sebagai tokoh besar yang sudah tergembleng lahir batin, kekuatan dan tekadnya, tak mungkin dalam waktu sesingkat itu luiuh.

Teng Ting-hou mengawasi dengan seksama, lalu menoleh ke arah Ting Si, Mendadak dia merasa kaki tangannya sendiri ikut menjadi dingin dan berkeringat.

Pada saat suasana diliputi duka dan derita, mendadak api lampion padam, keadaan menjadi gelap gulita. Di saat perubahan terang menjadi gelap itu, seolah ada serumpun desir angin tajam meluncur di udara. Desir angin yang tajam dan runcing, begitu lirih dan enteng, sehingga sukar didengar. Hanya senjata rahasia yang menakutkan, bila disambitkan menimbulkan desir angin seperti itu. Kepada siapa senjata rahasia ini ditujukan? Siapakah sasarannya?

Begitu mendengar desir angin senjata rahasia menyerang, dengan seluruh kekuatan Teng Ting-hou menjejakkan kaki ke lantai, tubuhnya melambung ke atas satu tombak. Padahal keadaan gelap gulita, kelima jari sendiri sukardilihat, apalagi senjata rahasia musuh itu lembut lagi enteng, yang pasti dari desir angin senjata rahasia itu dapat dipastikan senjata rahasia yang disambitkan banyak jumlahnya, sehingga sukar diraba kepada siapa senjata rahasia itu ditimpukkan. Paling penting menyelamatkan diri, maka tanpa ayal Teng Ting-hou melambung tinggi ke udara.

Bagaimana nasib Pek-li Tiang-ceng dan Ting Si? Di saat hati dirundung rasa sedih dan haru, di waktu lahir batin terpukul dan perasaan terpukau, dirangsang oleh gejolak emosi, apakah mereka tetap waspada untuk menyelamatkan diri dari serangan gelap?

Kegelapan tak berujung pangkal.

Begitu Teng Ting-hou melambung tinggi ke udara, perasaannya justru seperti terbenam ke bawah. Di saat tubuhnya melambung dan bersalto di udara, matanya masih sempat melihat ke bawah, padahal sekujur badan ditelan kegelapan, demikian pula keadaan sekeliling, apa yang terjadi di sekitarnya, hakikatnya tidak diketahui sama sekali.

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongOn viuen les histories. Descobreix ara