Bab 8: Siasat Pinjam Golok Membunuh Orang

Start from the beginning
                                    

"Selama hidup tak mungkin aku bersembunyi terus, tak berani bertemu orang," sahut Toan Giok sambil tertawa getir.

"Bersembunyi selama beberapa hari pun tak mau?"

"Tidak!"

"Kenapa?"

"Karena sebelum bulan empat tanggal lima belas, aku harus sudah tiba di Po-cu-san-ceng." Mendadak Hoa Hoa-hong tidak bicara lagi.

Malam semakin kelam, suasana pun semakin hening, cahaya bintang yang redup rrtemancar masuk lewat jendela. Lamat-lamat hanya terlihat wajah cantik gadis itu serta sepasang matanya yang jeli.

Sinar mata yang terpancar seolah terselip perasaan yang sangat aneh.

"Bulan empat tanggal lima belas adalah hari ulang tahun Cu-jisiok," kembali Toan Giok berkata. "Cu-jisiok adalah saudara karib ayahku."

Hoa Hoa-hong mendongakkan kepala, menggunakan sepasang matanya yang jeli memeloto ti pemuda itu, kemudian bertanya, "Benarkah kau terburu-buru berangkat ke sana hanya untuk menyampaikan ucapan selamat panjang umur kepada Cu-jiya?"

"Masa aku bohong?"

Hoa Hoa-hong menundukkan kepala makin rendah, ditariknya ikat pinggang lalu diikatnya jari tangan sendiri kuat kuat. Setelah termenung lama sekali, baru berkata lagi, "Aku dengar Cu-jiya mempunyai seorang putri yang sangat cantik, benarkah dia amat cantik?" . "Aku tidak tahu, aku pun belum pemah menjumpainya."

"Konon tujuan Cu-jiya menyelenggarakan pesta ulang tahun kali ini adalah karena dia ingin memilih calon menantu?" Kembali dia mendongak, melotot sekejap ke arah Toan Giok dan serunya dingin, "Kelihatannya kau punya harapan besar terpilih menjadi calon menantunya!"

Toan Giok tertawa paksa, dia seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi kemudian ditahan, ingin menatap wajahnya, apa mau dibilang dia tak berani bertatapan.

Angin berhembus sepoi menggoyang dedaunan, suara gemerisik mengiringi keheningan malam yang mencekam.

Tiba-tiba pemuda itu menghela napas panjang, bisiknya, "Kau seharusnya pulang." "Dan kau?" tanya Hoa Hoa-hong.

"Aku akan pergi mencari Thiat Sui."

"Hm, apakah hanya kau yang boleh pergi mencarinya, sedang aku tak boleh?" dengus Hoa Hoa-hong sambil tertawa dingin.

"Tapi persoalan ini sedikit pun tak ada sangkut-pautnya dengan dirimu."

"Sebetulnya memang tak ada sangkut-pautnya, tapi sbl6rang sudah ada."

Akhirnya Toan Giok tak tali an untuk berpaling dan menatap wajahnya lekat-lekat.

Gadis itu sama sekali tidak menghindari tatapan matanya.

Cahaya bintang menyinari matanya, sorot mata gadis itu seakan terselip perasaan sedih dan duka yang tak dapat diutarakan.

Biarpun dia tak mampu berkata-kata, namun matanya masih dapat melihat dengan jelas.

Toan Giok tak tahan untuk mengulurkan tangan, tiba-tiba sepasang tangan mereka saling genggam, saling berpegangan dengan kencang, kali ini siapa pun tak ingin menarik kembali tangan mereka.

Tangannya terasa begitu lembut, halus, tapi dingin.


Malam semakin larut, semakin hening, cahaya bintang masih bertebaran di angkasa, angin musim semi terasa masih lembut dan hangat.

Seluruh langit dan bumi seakan ikut mencair di tengah cahaya musim semi yang indah ini.
Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya Toan Giok berkata, "Aku akan pergi mencari Thiat Sui, karena aku sudah tiada jalan lain yang bisa ditempuh. Biarpun ayahku bisa menerima kenyataan seperti apa pun, tak nanti dia tahan bila orang lain menganggap diriku sebagai seorang pembunuh keji."

Serial 7 Senjata (Qi Zhong Wu Qi Zhi) - Gu LongWhere stories live. Discover now