17

170 19 3
                                    

Gugup aku berdiri di ruangan yang hanya diterangi oleh cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah di dinding dan jendela yang pecah. Tidak ada hiasan dinding, tidak ada lampu gantung, lukisan atau apapun yang biasa digunakan untuk menghiasi dinding yang kosong.

Debu dan aroma khas dari ruangan yang lembab memenuhi hidungku. Lantainya berderit setiap kali aku melangkah.

Setting film horor! hantu bisa muncul kapanpun, dimanapun! aku benci tempat ini!

Dari semua tempat yang ada, bagaimana bisa Kai memilih tempat ini!?

'Mika, Seven, kalian dengar?' sayup-sayup suara Sei terdengar dari alat komunikasi berbentuk anting-anting yang Sei berikan padaku.

'kami dengar,' jawab Seven sambil memastikan alat komunikasi miliknya yang menyerupai tahi lalat di daun telinganya terpasang dengan sempurna.

'AV normal. Mika, Seven, andai terjadi sesuatu, hancurkan anting-anting itu,' kata Kai, 'kau juga, Seven.'

'ok,' kataku ragu.

'Izumi dan Nagisa berada tepat di belakang kalian. Kalian tidak perlu khawatir,' lanjut Kai.

'jangan ada yang masuk sampai aku memberi isyarat,' balasku datar. Aku tidak ingin semuanya berantakan hanya karena Ken dan Hiro menerobos masuk tanpa izin.

'mengerti,' jawab Ken dan Hiro nyaris bersamaan.

'Noona.. Hyung.. berhati-hatilah..' suara Yoosung terdengar jauh.

'jangan khawatir..' kata Seven, 'semuanya akan baik-baik saja.'

-15 menit sebelumnya, di dalam van hitam, sekitar dua ratus meter dari venue-

Aku mengambil semua yang kuperlukan, dua buah pistol mungil yang bisa kusembunyikan dibalik dress dan sebuah belati sementara Seven mengambil sebuah tas besar dan memasukkan apapun yang bisa ia masukkan ke dalam tas itu.

Pistol – entah berapa banyak yang ia masukkan – senapan otomatis, granat – ia tampak seperti anak kecil yang boleh membeli apapun di toko mainan favoritnya.

'bagaimana?' tanya Sei setelah ia mengenakan lensa kontak untuk mengubah warna matanya yang sewarna senja menjadi keemasan.

'tidak mirip. Rambut Seven tidak lurus dan rapi sepertimu!' protes Sayuri.

'Sei Hyung..?' tanya Yoosung bingung.

'aku ingin bertukar posisi dengan Seven,' kata Sei.

'tidak setuju,' kataku dan Seven nyaris bersamaan.

'saya mengerti maksud anda, Mr Yazawa, tapi yang ada diluar sana adalah adik saya, saya harus selesaikan sendiri,' lanjut Seven.

'ini juga bagian dari urusan saya dengan V yang belum selesai, Mr Choi,' tukas Sei.

'ah, saya juga punya urusan dengan V.. sepertinya salah satu dari kita harus mengantre..' Seven tertawa kecil, 'Hikaru, aku boleh bawa ini?' tanya Seven dengan sebuah bazooka di tangannya.

'letakkan! Jangan sentuh mainan kesayanganku!' protes Kai.

'tapi katamu aku boleh membawa apapun yang kusuka!' Seven sedikit cemberut.

'maksudku, kau boleh bawa pistol-pistol itu, senapan mesin, granat, granat cahaya – ayolah! Aku yakin kau tidak akan menggunakannya sama sekali!' omel Kai, 'hei! Jangan sentuh permen karet itu! Seven!'

'Mr Yazawa, saya tidak akan mau bertukar tempat dengan anda,' kata Seven santai sambil melemparkan dua buah pistol ke dalam tas, 'apalagi sekarang.. tiidak.. tidakk.. tiiidaaakkk....' Seven melemparkan tiga buah granat dan dua buah granat cahaya ke dalam tas.

mistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang