03

384 44 0
                                    

Dering ponsel lagi-lagi membawaku kembali pada kenyataan. Meski enggan aku meraih ponsel yang hanya beberapa sentimeter dari hidungku dan membuka aplikasi yang mengganggu tidurku itu. perlahan aku mulai membaca semua obrolan yang ada, sejak hari aku bergabung. Sesuatu yang seharusnya kulakukan sejak kemarin.

Mereka belum mempercayaiku, kataku dalam hati. tentu saja, orang yang tidak mereka kenal tiba-tiba hadir dan menjadi pengganti seorang yang penting bagi mereka. aku mengerti, sangat mengerti. meski demikian, 707 telah memastikan bahwa aku tidak ada hubungannya dengan 'Unknown' yang menuntunku kesini, memeriksa akun Fbku, foto-fotoku dan latar belakangku. aku tertawa kecil. Aku bahkan tidak pernah memasang foto di akun sosial media. Lalu akun siapa yang diperiksa oleh sang hacker handal?

Ini pasti ulahnya - atau ulah seorang yang ia percaya.

Mungkin seorang hacker membuat akun palsu atas namaku untuk mengelabui hacker lainnya. Senyum lebar mengembang di bibirku, untuk pertama kalinya aku tidak keberatan seseorang melanggar privasiku.

Beberapa kali aku bersin karena debu yang menumpuk di tempat ini mulai berterbangan dan masuk ke hidungku. Akhirnya kuputuskan untuk membersihkan tempat ini sekarang. Meski tampak rapi dan teratur, tetap saja aku tidak bisa menghilangkan lapisan abu-abu yang menyelimuti ruangan ini dari pandanganku.

Waktu berlalu begitu cepat, terutama saat berperang melawan debu yang membayangi apartemen ini. Aku duduk di depan komputer dengan segelas air dingin di tanganku setelah berhasil menaklukkan semua debu dan kotoran yang ada. Sedikit penasaran, aku membuka aplikasi itu, sekedar ingin tahu siapa yang sedang online saat ini.

'Hei, Mika! Sudah selesai membersihkan rumah?' sapa 707 beberapa detik setelah aku masuk.

'Hai, hacker mesum. Masih memata-mataiku?' balasku ketus.

'ah - kau membersihkan setiap inci apartemen itu dengan penuh semangat, bagaimana kalau sesekali kau mampir ke rumahku dan membersihkan rumahku juga? Jadi aku tidak perlu membayar maid untuk membersihkan rumah.'

'hentikan kebiasaanmu atau kupecahkan satu-satunya kamera yang tersisa.'

'heei, aku hanya memastikan kau aman, kau baik-baik saja di sana.'

'... mesum.'

'sudah kubilang ini untuk keamananmu sendiri, Mika,' si hacker mulai putus asa, 'aku tidak punya niat buruk, apalagi mengintipmu ganti baju atau memperhatikanmu saat kau tidur >,<'

'Hei, Mika,' sapa Zen.

'Oh, selebriti kita telah datang!' lanjut 707.

Rasanya seperti pengalih pembicaraan. Dan mereka berdua mulai sibuk membicarakan kucing milik Jumin yang dititipkan pada Jaehee. aku hanya membaca, sedikit menimpali. Dengan anonimitas yang kupunya, rasanya aku bisa mengatakan apa saja yang kuinginkan.

'lalu, mana yang lebih kau benci, Jumin atau kucing?' tanyaku pada Zen lalu kembali menjadi seorang silent reader.

'Mika,' panggil Zen setelah 707 pergi, 'aku senang kau ada disini, meski Jaehee atau yang lainnya belum sepenuhnya mempercayaimu, tapi tidak sedetikpun aku berfikir bahwa kau adalah orang jahat.'

'... terima kasih,' balasku singkat.

'aku ingin tinggal lebih lama tapi aku harus pergi. Sampai nanti, Mika.'

Dan ia pergi.

Aku terdiam di depan ponsel. Kata-kata terakhirnya, aku tidak menyangka-

Tapi aku bukan orang baik sepeti yang kau pikir, kataku dalam hati. Sebaiknya jangan percaya padaku, pada apapun yang kukatakan.

mistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang