07

284 37 2
                                    

'babe.. ah, tidak apa-apa kan kupanggil babe? Atau honey? Atau..'

Aku tidak keberatan. Aneh, memang, tapi aku tidak keberatan. tapi kemana perginya lelaki yang setuju untuk tidak terburu-buru??

Biasanya mendengar panggilan itu saja bulu kudukku berdiri tegak. Tapi mendengar suaranya di telepon dan memanggilku dengan panggilan yang selalu membuat bulu kudukku berdiri, rasanya otakku berhenti beroperasi selama beberapa detik.

Waktunya tidak tepat, Mika. Belum tentu kau masih ada disini setelah pesta minggu depan. Tapi tetap ada kemungkinan dia membuangku kesini dan aku tidak bisa kembali, kan? Kenapa aku merasa senang hanya dengan adanya kemungkinan itu?

Semua ini hanya sementara, Mika.

Tidak setiap hari kau melihat lelaki jangkung dengan rambut silver memainkan piano sambil menyanyi bersamamu. Tidak setiap hari ada lelaki yang membisikkan hal-hal manis di telingamu. Ah, seingatku itu tidak pernah terjadi. Cinta pertamaku kandas dengan spektakuler dan apapun yang berhubungan dengan asmara tidak pernah terjadi setelahnya.

Ayolah, Mika.

Dia aktor yang sedang naik daun. Disekitarnya banyak gadis cantik yang berusaha mendekatinya, meski saat ini ia hanya berkencan dengan pekerjaannya. cepat atau lambat ia akan menemukan seseorang yang akan menemaninya seumur hidup.

Dan orang itu bukan kau, Mika.

Semalam Jaehee telah mengingatkanmu untuk tidak terlalu dekat dengannya. Skandal sekecil apapun akan memberikan efek buruk bagi karirnya yang sedang berkembang dan Jaehee tidak ingin itu terjadi.

Aku juga tidak ingin itu terjadi, Jaehee, tenanglah..

Mati-matian aku mengingatkan diriku sendiri bahwa setiap kata yang meluncur keluar dari bibir Zen hanyalah kata-kata tanpa makna. Setiap kata yang kau baca di messenger hanyalah deretan huruf, Mika. Tidak lebih dan tidak kurang. Dia pasti tidak serius. Dia pasti mengatakannya pada semua gadis yang ia temui.

Tidak ada yang spesial.

Ayolah, Mika. Pastikan akal sehatmu kembali seperti semula.

Aku menghela nafas panjang. Rasanya seperti hanyut di sungai berarus deras. Semakin aku berusaha lepas, semakin kuat arus itu menyeretku. Aku yakin aku bisa lepas. Tapi aku butuh waktu untuk berenang ke tepian dan melepaskan diriku dari semua ini.

'Ini hanya sementara, tidak akan lama,' kataku pada diriku sendiri sambil membuka aplikasi di ponselku. Simbol aplikasi itu saja lebih dari cukup untuk membuatku tersenyum. Dan senyum itu hilang saat akal sehatku kembali. Tapi saat melihat namanya - atau sekedar melihat foto profilnya saat ia tidak disini - senyum gila itu kembali lagi.

Senyum lebarku kembali saat Zen hadir di messenger dengan kabar baik. Ia mendapat peran utama yang luar biasa. Zen akan tampil bersama Echo Girl, seorang penyanyi yang juga sedang naik daun. Sambil membalas pesan Zen di messenger, aku mulai mencari tahu tentang Echo Girl. Fb, Tripter, Wiki, semuanya.

Seorang gadis dari keluarga kaya yang tahu cara yang tepat untuk menggunakan kekayaan dan pengaruh orangtuanya, dan dia adalah fans Zen. Ia tidak segan-segan menunjukkannya di tripternya - betapa ia mengagumi Zen, betapa ia ingin berdiri di panggung yang sama dengan Zen.

Echo Girl punya banyak fans - dan haters, tentunya. Dan ia sangat membanggakan dadanya. Ia yakin tidak ada seorang lelakipun yang akan menolak dadanya yang ukurannya diatas normal.

Aku menghela nafas panjang.

Zen akan berada di panggung yang sama dengan gadis ini? ada sesuatu yang mengganjal. Aku tidak suka gadis ini. rasanya seperti melihat seorang pembawa masalah. Tapi aku tidak mengatakan apa-apa. Aku tidak ingin merusak kebahagiaan Zen - serta kebahagiaan Seven dan Yoosung tentunya - yang berharap akan mendapatkan tanda tangan Echo Girl.

mistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang