04

306 38 1
                                    

Bunyi itu lagi.

Agh!

Matikan!

Ayolah, matikan!

Semalam aku nyaris tidak tidur. Seluruh indraku menjadi super sensitif. Aku nyaris lompat dari tempat tidur saat mendengar langkah kaki di depan pintu. Bahkan detik jarum jam di kamar ini sukses membuatku terjaga semalam suntuk.

Aku menghela nafas panjang melihat matahari perlahan merambat menaiki langit. Mataku berat. Kepalaku pusing. Dan ponsel itu tidak berhenti berdering. Kuraih ponsel itu dan kumatikan semua pilihan suara yang ada, tapi tidak ada efeknya sama sekali.

Ah, benar. Aplikasi ini buatan sang hacker. Dan sepertinya sang hacker lupa memasukkan pilihan untuk mematikan suara di aplikasi ini.
Dan bunyi itu kembali hadir. Lagi, lagi dan lagi.

Refleks aku menekan nomor ponsel 707 dan menunggu hingga ia mengangkat teleponku. Satu nada sambung telah menghilang, begitu juga dengan nada sambung yang kedua dan ketiga.

'Halo,' suara yang riang itu menjawab panggilanku.

'Seven,' panggilku lemas.

'Eh, Mika? Ada apa? kau sakit? Suaramu lemas sekali,' tanya Seven.

'Apa selama kau mengawasi apartemen ini.. ada sesuatu yang mencurigakan?' tanyaku akhirnya.

'mencurigakan? Mencurigakan seperti apa tepatnya? kalau yang kau maksud adalah penyusup atau pencuri, tidak ada. Sistem keamanan buatanku terlalu canggih. Penyusup atau pencuri biasa tidak akan bisa masuk dengan mudah.'

'Begitu?' kataku ragu.

'Kenapa? Ada yang mengganggumu?' tanya Seven.

'A..' aku membuka mulutku, tapi kembali menutupnya sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

'Ada apa? kalau ada yang membuatmu kurang nyaman, katakan saja.'

'di perangkat keamananmu yang luar biasa itu.. er.. apa kau pakai detektor hantu? Atau sensor hantu? Atau penangkal hantu?' kataku nyaris berbisik. Mendadak punggungku merinding.

'Apa? Hantu?' ulang seven, 'Mika, hanya anak kecil yang percaya pada cerita hantu.'

'Seven! Aku serius!' aku setengah berteriak. Aku yakin suaraku terdengar putus asa, 'ada yang mengawasiku, tepat di balik punggungku. Dia tahu apapun yang kulakukan dan kelihatannya dia tidak suka aku menyentuh dokumen-dokumen miliknya.. Seven.. apa kau punya kenalan hacker pengusir hantu? Atau orang yang bisa membuat perangkat detektor hantu? Atau-'

'Mika,' potong Seven, 'itu hanya perasaanmu saja.. lagipula hantu siapa-'

'Rika! Rika masih ada disini!'

'Apa!?' suara Seven berubah, 'Apa kau bilang?'

'Rika! Rika masih disini, Seven! Rika masih disini!' aku mulai putus asa, 'kalian bilang dia bunuh diri! mungkin arwahnya tidak tenang karena masih ada hal yang belum ia selesaikan atau - atau ia ingin menyampaikan sesuatu - Rika.. temui V.. temui V.. V pasti senang melihatmu..'

Dingin mulai merambati tubuhku. Padahal matahari telah bersinar. Seharusnya sekarang aku merasa hangat, bukan menggigil kedinginan.

'Mika.. Mika.. kau ada dimana sekarang?' tanya Seven.

'Aku di kamar, di apartemen Rika,' jawabku singkat.

'oke, tapi tidak ada yang salah dengan perangkat keamanan yang kupasang disana. Seharusnya semuanya baik-baik saja,' gumam Seven.

'Seven! Kalau hantu bisa ditangani dengan perangkat milikmu, semua pemburu hantu akan kehilangan pekerjaan mereka!' protesku, 'ayolah, lakukan sesuatu..'

mistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang