11

255 36 11
                                    

‘ada kabar dari V?’ tanyaku beberapa saat setelah aku membuka mata. Seven dan Zen sudah bangun meski saat ini matahari masih mengintip malu di balik pepohonan.

‘semalam V muncul,’ jawab Seven. Suaranya terdengar kecewa.

‘lalu?’ tanyaku lagi.

Zen meminjamkan ponselnya, membiarkanku membaca semua pesan yang ada. aku tidak habis pikir, setelah semua yang terjadi, hanya itu yang V katakan? kupikir V akan mengambil langkah yang lebih nyata dan menjawab pertanyaan Seven, tapi ternyata..

Seven perlu jawaban lebih. Tidak hanya itu, kami semua juga perlu jawaban atas apa yang terjadi. sesuatu yang ingin V sembunyikan dari kami.

Sekarang aku mengerti kenapa wajah Seven lebih kusut dari kertas yang diremas-remas.

Aku menelan kembali deretan kata yang nyaris melompat keluar dari bibirku. Waktunya tidak tepat. apapun yang kukatakan hanya akan memperburuk keadaan.

‘ponselmu, Seven, tidak diangkat?’ tanyaku setelah beberapa kali dering di ponsel Seven menghilang begitu saja. bukan dering messenger, tentunya.

Seven menggeleng saat nama ‘Vanderwood’ menghiasi layar ponselnya untuk kesekian kalinya.

‘Seven, tolong aku,’ kataku akhirnya.

Aku membuka lembaran kertas bertanda hijau dan meminta Seven mencari informasi pribadi orang-orang itu. dalam waktu singkat aku berhasil mendapatkan alamat email, nomor ponsel mereka – serta alamat lengkap, nomor paspor bahkan nomor sepatu mereka.

‘tolong..’ aku memberitahu Seven apa yang harus ia lakukan. Dan bukan hal yang sulit baginya.

‘ada yang bisa kulakukan? Aku juga ingin membantu,’ kata Zen.

Aku mengangguk, ‘sudah siap dengan apa yang akan kau katakan besok?’

‘sebagian besar – yeah – tapi aku-‘

‘tolong persiapkan sebaik-baiknya. Sisanya biar aku dan Seven yang urus,’ potongku sebelum Zen sempat protes.

‘aku juga ingin membantu, Mika! Pasti ada yang bisa kulakukan untuk membantu kalian!’ protes Zen.

Aku membuka mulutku, tapi tak ada sepatah katapun yang terucap. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan.

‘tolong ceritakan lagi apa yang terjadi malam itu,’ kataku akhirnya. aku mendengarkan apa yang Zen katakan dengan seksama, berusaha mencari celah yang bisa digunakan untuk memutar balikkan keadaan.

‘aku menelepon managernya, memintanya menjemput Echo Girl-‘

‘Zen,’ potongku, ‘kau menelepon managernya dan managernya mengambil foto kalian untuk dijadikan bukti. Kau punya rekaman pembicaraan dengan manager Echo Girl?’

Zen menggeleng.

‘Seven-‘

‘aku tahu, sedang kulakukan,’ kata Seven sebelum aku sempat berkata-kata.

‘terima kasih..’ balasku puas.

‘Mika, aku ingin membantu kalian, bukan membantu diriku sendiri!’ protes Zen ‘dan kenapa kau ingin pesta itu tetap berlangsung?’ tanya Zen akhirnya.

Tampaknya ia menggunakan seluruh energi dan keberanian yang tersisa untuk menanyakannya padaku.

Aku tersenyum kecil, ‘saat kau tahu ada bom di apartemen Rika, kenapa kau datang?’

Zen mengerang, ‘aku tidak tahu, Mika! Aku-’

‘aku datang karena kau memaksaku,’ celetuk Seven.

mistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang