15

171 21 9
                                    

i do hope that today will be my last day to write and upload this story..

but, something comes up..

oh well..

anyway, i did postpone these updates on purpose =P

*lit the candle and blow it ~

---------------------------------------------------------------------------------------

Spontan aku menjatuhkan kotak berisi kalung dari Sei – berdiri di depan Zen, mengeluarkan pistol angin yang kusembunyikan dan mengarahkannya pada Sei. Aku tahu aku tidak bisa melindungi Zen dari peluru itu, tapi setidaknya aku bisa membuat tembakan Sei meleset. Semoga aku punya cukup waktu untuk mengeluarkan Zen dari ruangan ini sebelum sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Hiro, Kai, Ken dan Ryouta mengangkat pistol yang sejak tadi mereka sembunyikan dengan sempurna dan mengarahkannya padaku dan Sei.

'Minggir, Mika,' desis Sei.

'Oppa! Hentikan!' pekik gadis itu.

'arahkan padaku, Sei, bukan dia,' balasku dingin.

Tapi Sei tidak bergeming. Ia masih membidik titik diantara alis Zen. titik yang hanya bisa dilihat olehnya.

'aku yang kau incar, kan? silahkan saja, tapi bebaskan Mika,' kata Zen tenang.

'tutup mulutmu, Zen,' desisku.

'Yazawa! Chibi! Turunkan pistol kalian!' geram Ken.

'bebaskan Mika?' Sei tertawa kecil, 'bebaskan dari apa, tepatnya?'

'Sei, turunkan bidikanmu, Sei,' suaraku sedikit bergetar, 'jangan seret orang yang tidak ada hubungannya dengan semua ini.'

'tidak ada hubungannya, eh?' sergah Sei.

'jangan seret orang yang tidak ada hubungannya, Sei,' ulangku, suaraku masih bergetar.

'yang kau lakukan untuknya bukan hal yang akan kau lakukan untuk 'orang yang tidak ada hubungannya', Mika..' Sei tertawa kecil.

Otakku berhenti berfungsi. Aku tidak bisa memikirkan apapun untuk bernegosiasi dengan Sei. yang ada di otakku hanya pertanyaan tentang siapa gadis yang berada di sisinya.

'kau bertemu Hikaru sehari sebelum pesta dan aku yakin Hikaru pasti memberitahumu tentang video yang kau jadikan bonus di akhir pesta. Kau yang biasa pasti akan menayangkan video itu sebelum Zen mulai memberikan pernyataan,' Sei tertawa kecil, 'apa ada sesuatu yang harus kuketahui?'

Aku menggeleng.

'yeah, ada,' kata Zen.

'tutup mulutmu!' bentakku.

Telunjuk Sei yang akan menekan pelatuk pistol yang ada di genggamannya bergerak lambat di mataku. Aku membidik peredam yang terpasang di pistol Sei dan sebuah lubang kecil muncul di langit-langit.

Tapi aku tidak yakin Sei akan berhenti. Berkali-kali aku menembakkan peluru udara itu kearah pergelangan tangan Sei hingga akhirnya ia menjatuhkan pistol di tangannya. Kai menarik Zen mundur sementara aku menembakkan peluru udara itu berkali-kali kearah pergelangan tangan Sei hingga akhirnya ia menjatuhkan pistol di tangannya.

'Mika!' teriak Zen.

'Mundur, bodoh!' bentak Kai, 'kau mengganggu!'

'dari sekian banyak pilihan senjata - pedang kayu?' celetuk Ken.

'setidaknya mereka tidak berniat menghancurkan tempat ini,' timpal Ryouta.

Ekor mataku melihat gadis itu panik berlari kearah Hiro.

mistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang