Now 15

375 17 0
                                    

      Beberapa detik setelah aku membaca chat dari Mitha, Varo sudah kembali. Ia spontan mengacak-acak rambutku gemas lalu mengatakan "Sorry lama."

      Aku mengamati Varo menghabiskan sepiring batagor di depannya. Aku memperhatikan bagaimana Varo memilih potongan yang ingin dia makan. Dimulai dari potongan yang paling besar, lalu disusul potongan-potongan kecil. Sejujurnya, pikiranku masih terbagi antara Varo dan chat dari Mitha.

       Sekembalinya dari kantin. Aku pamit pada Varo untuk ke toilet. Namun, Varo memaksa untuk menemani.

      "Nggak malu apa nongkrong depan toilet cewek. Entar dikira mesum." tegurku.

      "Kan lagi nungguin cewek aku. Ini dari dulu yang selalu aku mimpiin dan nantiin Nav. Nungguin cewek aku yang lagi di toilet."

      "So weird." ketusku lalu masuk ke toilet dan mengunci pintu utama yang memisahkan toilet dengan dunia luar. Aku pun memasuki salah satu bilik yang kosong, mengeluarkan ponsel lalu mendengarkan VN yang baru saja dikirim oleh Mitha.

      "OMGGGGG Navvv... Loe pasti penasaran kan gimana ceritanya gue bisa dapet gebetan yang adalah kenalannya mantan tersayang loe. Untung gue lagi baik hati Nav mau cerita panjang lebar. Gue lagi di toilet loh ini menjauh dari mereka. Loe pasti lagi di toilet juga kan? Ahh gue tau yang rahasia-rahasia begini loe selalu sembunyi di toilet. Eh pastiin ga ada Varo disitu yah.
      Oke... back to the topic. Gebetan gue tuh namanya Nilo. Dia temennya sepupu gue, sama-sama gabung di salah satu klub bulu tangkis di Jakarta. Katanya Nilo, dia kenal loe. Kalian satu SMA. Nah, makanya Nilo kenal Tio yang kebetulan juga mereka sekarang sekelas di hukum. Tadi Nilo sempet nitip salam ke elu loh. Dan loe tau nggak sih tadi gue sempet nanya ke Tio apa dia juga mau nitip salam. Katanya enggak, cuma pesen aja biar jangan kebanyakan belajar, seneng-senenglah. Ih ucul banget cihhh... Gue rasa nih ya masih banyak pesen yang mau dititipin ke elu, tapi kayaknya dia masih malu deh sama gue. Eh btw tadi si Nilo ngenalin Tio sebagai mantan loe. For your information ajah. Haha dikirain gue bakal wow wow gitu ya. Padahal gue udah tau dari kapan kaliiii.
      Eh tapi dia kok gak banyak omong ya Nav. Nggak kayak di novel loe itu. Atau karena dia belum kenal gue jadi masih jaim ? Ah tau deh. Itu aja sih Nav. Jangan tanya-tanya abis ini. Gue nggak bakal mau jawab. Biarin. Kasian deh loe !"

      Aku segera menscroll kolom chatku dengan Mitha lalu membuka foto terakhir yang dikirim. Aku meneliti wajah lelaki berkemeja putih tadi. Setelah beberapa detik akhirnya aku menyadari bahwa cowok itu memang Nilo.  Nilo dulu anak IPS dan orangnya cukup pendiam sehingga aku bahkan lupa-lupa ingat wajahnya.

      Bel istirahat usai berbunyi membuatku tersadar bahwa ada Varo yang sedari tadi menungguku. Aku bisa membayangkan bagaimana tatapan cewek-cewek yang melihat Varo nongkrong didepan toilet cewek. Pasti pikiran mereka aneh-aneh. Aku pun buru-buru menemui Varo.

      "Lama." Itulah kata pertama yang diungkapkan Varo.

      Aku tersenyum dan menggamit lengannya sebagai permintaan maaf lalu mengucapkan kata "Sorry." Kepalaku sedikit menempel di pundaknya. Setelah beberapa detik, aku hendak melepaskan gamitan itu namun Varo menahannya. "Biarin." katanya. Malah sekarang Varo beralih menggenggam tanganku, membuat kami menjadi pusat perhatian di sepanjang koridor. Oh tidak. Besok berita ini akan tersiar di mading kamlus. Aku pun menghembuskan napas kasar.

Kelvo : Kapan ngumpul ?

Adnan : Kapan ngumpul ? (2)

Tiara : Kapan ngumpul ? (3)

Gugun : Nunggu kiamat

Gugun : Pada sombong semua. Nggak mau lagi ketemu temen lama.

NaveliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang