Aku ketawa gugup.

"Kena bilang ada kamu sama anak Tarka. Masalahnya aku cuma kenal kamu doang kan, jadi mungkin Kena pake iming-iming nama kamu supaya aku ikut." kataku.

Ini seratus persen bullshit. Aku meneguk Fat Straw tanpa berkata apapun. Revan juga sama-sama diam di sebelahku.

"Nay, jalan yuk? Nanti kita kayak bangke kalau disini terus." Revan akhirnya bersuara.

"Jalan?" tanyaku. Revan ngangguk, berdiri lebih dulu dariku.

"Kita cari yang seru." Revan senyum dan aku sedikit tertawa melihatnya antusias.

※※※


"Nay, kamu udah makan?"

"Udah. Kamu laper?" tanyaku selagi aku dan Revan menuruni eskalator.

"Aku kan nanya kamu laper atau enggak, yah malah balik tanya." Revan memasang tampang greget.

Aku ketawa. "Aku juga nanya kan intinya?"

"Iya deh terserah kamu."

"Kesana yuk?" aku menunjuk toko patung dan boneka. Lebih mirip aksesoris sampai berbagai boneka ada disana.

"Hah? Ngapain?"

"Ayok ikut aja." aku memaksa.

Revan mengikutiku dan untungnya dia nurut juga.

"Nay liat deh bonekanya kayak nggak punya hidung gitu." Revan menunjukkan boneka yang dia bawa.

Aku ketawa. "Emang itu ceritanya dia nggak punya hidung."

"Kan kesian Nay, dia harusnya punya hidung."

Aku ketawa lagi-lagi.

"Eh, kalau kamu jadi pembuat boneka, kamu mau buat boneka kayak apa?" tanyaku. Revan melirikku.

Alisnya mengerut tapi ada senyuman tipis yang dia sembunyikan.

"Mau bikin boneka naga yang gede banget udah gitu ekor tapi warnanya pelangi terus ada culanya gitu."

"Kayak unicorn?" aku melihatnya bingung.

Revan ketawa. "Iya tapi yang pasti ada hidungnya. Eh tapi beda Nay, ini naga bukan kuda."

"Iya deh, terserah kamu aja." aku nyerah ketawa terus.

"Kalau kamu, mau bikin boneka apa?" tanya Revan.

Aku senyum. Ingat apa kata Eza kalau dia suka banget sama Harry Potter.

"Aku mau buat boneka yang pakai jubah gitu, sambil bawa tongkat. Mirip-mirip Harry Potter, tapi versi ceweknya. Girly tapi mukanya serem."

Aku mulai mengkayal. Revan ketawa.

"Ide bagus." kekehnya.

Biasanya kalau aku lagi sama Eza. Dia pasti ikut berkhayal bareng aku dan dia khayalannya juga nggak kalau seru. Aku senyum.

Kenapa tiba-tiba ingat Eza?

"Nay kesana yuk? Liat lampu-lampu itu."

Aku menoleh. "Oke, bentar nanti aku nyusul."

"Oke, aku kesana ya." Revan pergi dan aku masih diam di dekat rak boneka.

Aku membuka handphoneku. Melihat beberapa misscall dari Kena dan satu pesan masuk.

Aku memiluh membuka pesan masuk lebih dulu. Mengklik pesannya dan ternyata itu Eza.

Eza :

Nay, aku ketemu Voldemort di Braga. Dia nanyain kenapa aku nggak bawa kamu. Aku bilang kamu lagi hangout sama Sirius Black.

Aku ketawa waktu baca pesan Eza. Ini anak nggak ada kerjaan juga ya. Tapi lucunya aku malah kangen ngobrol hal yang nggak penting sama dia.

Aku membalas pesannya.

Naya :

Yah sayang nggak ikut kamu. Tapi jalan sama Sirius Black lebih seru dibanding jalan sama kamu. Salam buat Voldemort ya, Za.

Send.

Aku memasukkan handphoneku ke tas sling bag dan menghampiri Revan yang sibuk melihat lampu-lampu taman mengantung.

Sampai akhirnya aku dan Revan memilih kembali ke Tea House Tong Tji.

※※※

Note: Selamat bulan Februari semuanya! Lots of love from dhidhi❤

Write on 24th December 2016 and published on 4th February 2017.
By dhizayniegirl.

HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang