2

5.5K 427 84
                                    


"Nay, udah bangun kan lo?"

Oke, jam berapa ini?

7.30 A.M

Gila, sepagi ini di hari Sabtu yang semua orang tahu weekend adalah hari terbebas di dunia dan sahabatku yang punya julukan 'freaky' tapi entah kenapa masih beraninya aku panggil dia sahabat. Well, seberapapun menyebalkannya Kena.

She is still my best partner in any situation. Tapi untuk situasi kali ini, aku nggak pernah berharap untuk manggil dia dengan sebutan partner in crime atau apalah itu.

"Ken, what time is it? Berani-beraninya bangunin gue jam segini. Ini waktu paling berharga gue. Sumpah tega banget lo ngancurin."

Hal yang paling aku sukai dari Kena-she will listening to whatever i'm talking about-dan
dia cuma ketawa atau senyum-senyum menimpali semua omonganku.

"Iya, sorry Nay. Tapi serius, gue butuh banget bantuan lo sekarang." katanya.

Dengan nada memohon yang aku tahu selama kenal dia dua tahun belakangan ini dia akan ngelakuin hal yang sama kalau dia butuh sesuatu.

"Ada apa? Gue siap denger segala curhatan lo even di pagi buta kayak gini." aku menekankan kata even dan dia terkekeh.

Sabtu pagi ritualku adalah selain biasanya dulu aku habiskan dengan latihan musik, well
sekarang aku sudah beralih profesi menjadi 'si tukang tidur' di hari Sabtu.

Awal weekend selalu jadi hari paling menyenangkan. Aku berani taruhan meskipun nggak pergi hangout bareng temen-temen, dating bareng pacar, atau quality time makan malam bareng keluarga.

Weekend tetap menyenangkan meskipun cuma bisa dihabiskan bersama kasur, susu cokelat, dan Netflix. Mungkin itu d-a-t-e paling perfect menurutku dan aku punya waktu sendiri untuk diriku. Dan untuk bangun sepagi ini kalau nggak ada schedule penting, ini bukan tipeku.

Tidur sampai siang setelah shalat subuh dan sisanya aku akan scrub sambil nyanyi-nyanyi di
kamar mandi, having mask face buatanku sendiri dari berbagai buah-buahan, olahraga sore
bareng Papa keliling komplek, dan malamnya nonton film streaming atau nyoba buat menu
makanan baru bareng Mama.

I think that's my saturday night paling sempurna menurutku. So,
pagi ini Kena menghancurkan segalanya.

"Bukan itu, babe. I need you right now, so please get ready and i'll pick you up. Okey?" mohonnya.

Aku menghembuskan napas malas dan berusaha duduk di tepi tempat tidur. Memastikan
mataku baik-baik saja untuk melihat cahaya matahari yang menembus hangat ke gorden.

"Please, Nay."

※※※

"Ayo cepet masuk, gila ya gue nungguin lo sampe kayak maneken di Pasarbaru."

Omel Kena dan aku menghela napas untuk siap berkomentar setelah ini.

"Lo tahu kan ritual Sabtu gue itu gimana? Lo tahu kan sejak kapan gue bisa ngerasain weekend yang nyaman kayak gini lagi? Dua minggu yang lalu, kita nonton pensi. Minggu kemarin, gue dipaksa ikut ke nikahan tante gue yang ngebosenin dan itu sebenernya acara bapa-bapak ibu-ibu karokean karena nggak ada hiburan lain selain itu dan gue cuma bisa makan es krim kelapa yang liur dan mbak jaganya pelit banget."

Aku berhenti sebentar.

"--And, you know what minggu ini lo yang mengambil hari 'bebas' gue, Ken."

Aku mulai nyerocos sambil memasang seat belt dan Kena mulai menekan gas.

"Nay, nay, please ya, gue cape-cape bawa CD album band favorite lo itu yang lo gilai itu demi lo nggak banyak bacot dan betah di mobil. So, please gue mau lo diem sekali aja Nay."

Kena-ku itu melirikku.

"Berani banget ya nyogok gue pake album One Direction segala, pake nyuruh gue diem lagi."

aku membolak-balik stock CD yang Kena bawa sambil melihat isinya dan merasa senang juga sepagi ini aku sudah mendengarkan suara merdu Harry Styles menyanyikan lagi If I Could Fly dari album kelima mereka.

"At least, gue udah minta maaf tentang bangunin dan nyulik lo di hari istimewa lo. Dan gue
udah berusaha ngambil koleksi CD album adek gue, okey. Kurang baik apa coba gue?"

Aku memutar kedua bola mataku malas.

"Sebenernya, kita mau kemana sih?" tanyaku.

Pertanyaan ini sudah sibuk berulang kali terlintas di benakku sejak tadi.

"Pokoknya duduk tenang, hari ini gue yang nyetir dan lo free driving for today. Makan siang
gratis juga dari gue dan tinggal ikutin gue aja. Deal?"

"What's the deal? Lo sama sekali nggak nyebutin kita mau kemana. Nggak adil." protesku.

Kena tersenyum menampilkan wajah penuh kecurigaan yang paling aku benci.

"Anak-anak Tarka minta gue ngurusin performing guessnya hari ini, jadi gue harus
ngomongin masalah budget, akomodasi, sampe konsumsi si guess star itu dan lo cuma
tinggal diem aja."

Jawabnya santai.

"Terus?" aku yakin seribu persen kalau masih ada hal lain selain itu. Aku tahu Kena bukan 'pembohong' yang pintar buat menutupi jebakannya.

"Dan yang kenal sama guess starnya itu Revan. Kenapa Revan? Karena Revan dulu Ketua OSIS sekolah kita jadi dia tahu link-link pengisi acara kayak gitu. Dan dia juga jago banget masalah gituan. So, Nay, be ready ya." cengirnya.

Aku cuma bisa diam mencerna ulang kalimat Kena.

※※※

Published (editing) on December 24th 2016.
By dhizayniegirl.

HIMWhere stories live. Discover now