Orang Aneh dan Penguntit

Start from the beginning
                                    

Kugantungkan tasku di pundak kiri selama di perjalanan. Karena menurutku pundak kiri dan tangan kiriku lebih kuat dari yang kanan-karena aku kidal-. Rumahku lumayan jauh dari sekolah. Sialnya aku harus berjalan karena tidak ada yang menjemputku.

Sepanjang perjalanan, pemandanganku didominasi oleh pohon, jalan, rumput, rumah, dan lapangan? Wah, ada lapangan ya di sini? Sayang sekali padahal luas tapi rumput liarnya tak beraturan. Ada pohon beringinnya pula. Besar sekali. Hampir setinggi rumahku.

Tapi, tunggu dulu, memangnya tadi pagi aku melewati lapangan?

Mama, aku nyasar! T-T

Pusiing, kepalaku tambah pusing! Aggh!

Terus berjalan, terus berjalan, terus berjalan, berjalan, berjalan.

"Ah, ada orang!" Aku segera berlari menghampiri seorang lelaki yang sedang berjongkok di bawah pohon.

"Uhuhuhuhu.. hiks.. aku mau pulang.." ia menangis terisak dengan kepala tertunduk.

Jangan-jangan bapak ini nyasar juga!?

"Permisi, Pak, saya numpang tanya Jalan Scythe ke arah mana ya?"

"Huhuhu... saya.. huhu.. tidak ta.. hu.."

"Baiklah, terima kasih," akupun berjalan melewatinya sambil mencari sumber informasi lain.

"Enak ya.. bisa pu.. lang.. uhuhuhu.." tiba-tiba ia menyahut dari belakang.

Aku menengok. Dia masih jongkok di sana sambil menangis. Kukira dia akan mengikutiku. Kulengkupkan kedua tangan di samping mulutku, "Mungkin kau bisa pulang kalau tanya di mana rumahmu!" Teriakku menyahut balik.

Ia terdiam beberapa detik tanpa isakan. Lalu kepalanya terdongak. Rambutnya hitam awut-awutan menutupi wajahnya.

Hiiy, jangan-jangan dia psikopat yang sedang mencari mangsa!

"Rumahku.. di sana.." ia menunjuk sebuah bukit yang jauh tertutup kabut tebal.

"Kalau begitu pulanglah!" Aku meneriakinya.

"Aku.. huhuhu.. tidak ingin pulang ke rumah.." ia pun mulai menangis lagi, lalu kepalanya kembali seperti posisi semula.

Sebenarnya aku ingin membantunya, tapi ia begitu mencurigakan sehingga membuatku berlari kecil meninggalkannya di sana sendirian.

Lalu aku melihat sesuatu yang berkilau, meliuk-liuk seirama dengan langkah kakinya yang cepat. Rambut cokelat keemasan yang berkilau. Ada seorang anak kecil, umurnya mungkin tiga tahun lebih muda dariku. Ia sedang berlari-lari dengan riang di jalanan yang sepi ini. Ia hanya mondar-mandir dari seberang jalan ke seberangnya lagi.

"Permisi, hei, kau yang di sana!" Aku melambaikan tangan dan berlari ke arahnya.

Ia berhenti lalu menengok ke arahku sesaat. Wajah cerianya menjadi datar serta raut wajahnya bingung. Tanpa memerdulikanku ia lalu kembali berlari-lari riang menyeberangi jalan.

"Apa-apaan?" Desisku. Memangnya aku ini tembus pandang apa!?

"Hei, kau yang lari-larian," Aku berjalan mendekatinya. "Kenapa kau mengabaikanku, aku kan mau tanya jalan," ucapku dengan suara yang agak marah.

The Last BlueWhere stories live. Discover now