‘aku tahu, Seven, karena itu aku tidak bertanya padamu,’ balasku sebal.

‘aku tidak tahu,’ bisik Zen.

Kuulurkan tanganku menyentuh pipinya yang pucat, ‘kau adalah satu dari sedikit yang tidak kumengerti.’

Zen menghela nafas panjang, ia menggenggam kedua tanganku, ‘Hades ada diluar sana, Mika! Mungkin dia akan datang ke pesta dan-‘

‘Zen..’

‘kalau itu terjadi, Zen juga dalam bahaya. Zen adalah sasaran empuk selama konferensi pers,’ kata Seven.

‘itu sudah kupikirkan. Hades, Saeran, kalau semua berjalan seperti yang kita rencanakan, semuanya sudah selesai saat Zen naik keatas panggung.’

‘Hades, mungkin. lain ceritanya kalau Hephaestus juga terlibat,’ timpal Seven.

‘Hephaestus?’ ulangku. aku berjalan kearah Seven, mengintip apapun yang ada di layar laptopnya.

‘yeah. Hephaestus mengobrak-abrik agensiku. Sendirian. dia mencari informasi tentangku,’ Seven tertawa getir, ‘dia telah mendapatkan segudang informasi tentangku dan menghapus informasi itu. bosku murka. Dia mengira aku ada hubungannya dengan Hephaestus. Sekarang dia memasang imbalan untuk kepalaku. Sekarang seluruh agensi mengincarku.’

Aku menghela nafas panjang. Kepalaku sedikit sakit.

Rasanya aku tidak punya pilihan lain.

‘maaf kalian harus mengalami semua ini..’ kataku lirih dan berjalan keluar dengan kunci mobil Seven.

‘Mika, mau kemana?’ tanya Seven.

‘belanja!’ balasku setengah berteriak.

Zen menarik pergelangan tangan kiriku, memaksaku menghentikan langkahku, ‘aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal gila lagi,’ kata Zen tajam, ‘sendirian.’

Aku tersenyum kecil saat Zen melangkah tanpa melepaskan pergelangan tanganku..

*

‘waktu kau bilang ‘belanja’, aku tidak menyangka yang kau maksud adalah belanja..’ celetuk Zen saat kami melintasi deretan toko di pusat perbelanjaan, ‘benar-benar belanja..’

‘memangnya apa lagi? aku perlu dress, kau dan Seven juga perlu sesuatu yang bisa kalian pakai besok.. kau mau naik ke atas panggung dengan t-shirt dan jeans?’ omelku.

Aku masuk ke dalam sebuah butik bersama Zen. dalam sekejap kami menjadi pusat perhatian. Ralat – Zen menjadi pusat perhatian.

‘sudah kubilang jangan mencolok!’ protesku pada Zen.

‘apa yang bisa kulakukan, Mika..? aku memang tampan sejak lahir,’ kata Zen. narsisnya belum hilang, omelku dalam hati. tapi Sei benar. abaikan sisi narsisnya dan kau akan melihat sisi baiknya. Bukan sekedar baik. Luar biasa, mungkin?

Senyum yang merekah di bibirnya membuat gadis-gadis yang menatapnya tersipu.

Aku mendengar bisik-bisik tepat di belakang punggungku.

‘itu Zen! aku tidak menyangka dia punya nyali untuk muncul di sini!’

‘siapa gadis itu? targetnya setelah Echo Girl? Kasihan sekali, dibohongi oleh wajah tampan..’

‘yeah.. padahal dia masih polos.. setelah Echo Girl, targetnya sekarang masih sekolah..’

‘kita harus laporkan dia pada badan perlindungan anak!’

‘tapi dia tampan sekali..’

Aku menggenggam lengan Zen, ‘tegakkan kepalamu, jangan dengarkan mereka..’

mistakesHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin